Kamis, 31 Maret 2016

Bahasa Indonesia 3 tanda baca koma

PEMBAHASAN A. Pengertian Tanda Koma Tanda koma adalah tanda baca yang memiliki bentuk apostrof atau tanda petik tunggal tapi diletakkan di garis dasar teks. Beberapa jenis huruf menggambarkannya sebagai suatu garis kecil yang agak melengkung atau kadang lurus, atau seperti angka sembilan yang diisi bagian lubangnya. B. Penggunaan Tanda Baca Koma (,) Tanda koma digunakan dalam banyak konteks dan bahasa, umumnya sebagai pemisah. Menurut Oxford English Dictionary, kata ini berasal dari bahasa Yunani: komma yang berarti sesuatu yang dipotong atau klausa pendek. Menurut Pedoman EYD, koma dipakai: 1. Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Contoh: Diva membeli tas, buku, dan pensil. 2. Untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Contoh: Saya ingin datang, tetapi hari hujan. 3. Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Contoh: Kalau hari ini hujan, saya tidak akan datang. 4. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. 5. Untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh: O, jadi begitu? 6. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: Kata Riyani, "Saya sangat gembira." 7. Di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. 8. Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. 9. Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4. 10. Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh: B. Ratulangi, S.E. 11. Di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh: 12,5 m 12. Untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. 13. Di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca. Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Koma tidak dipakai: 1. Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya (terkait aturan nomor 3 di atas). Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. 2. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Andre. C. Variasi Tanda Baca Koma 1) Tanda Titik Koma (;) Tanda titik koma adalah tanda baca dengan beberapa penggunaan, terutama untuk jeda pada kalimat dan pemotongan pada suatu daftar. Fungsi dan pemakaian titik koma yaitu : a. Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara. b. Memisahkan kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya : 1. Hari makin sore; kami belum selesai juga. 2. Dicky sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola. 3. Malam makin larut; kami belum selesai juga. 4. Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik belajar di kamar. 2) Tanda Petik (“…”) Tanda petik atau tanda kutip adalah tanda baca yang digunakan secara berpasangan untuk menandai ucapan, kutipan, frasa, atau kata. Dalam bahasa Indonesia, istilah tanda petik umumnya merujuk pada tanda petik ganda atau disebut juga tanda petik dua. Tanda petik (dua) digunakan untuk : a. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh: "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!" Kata Tono, "Saya juga minta satu." b. Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Contoh : Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu. c. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. d. Menutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Contoh: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam." Sedangkan tanda petik tunggal digunakan untuk : a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh: Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?" “Dia bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya kembali.” Ujar Andi. b. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh: feed-back 'balikan'. 3) Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘) Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata atau penyingkatan bagian angka tahun. Contoh : 1) Fatih bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45. 2) Nayla 'kan kusurati. ('kan = akan) 3) Malam 'lah tiba. ('lah = telah) 4) 1 Januari '96 ('96 = 1996)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar