PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI
LEMBAGA FORMAL DAN NON FORMAL (MI
MA’ARIF NU 1 SINDANG KABUPATEN PURBALINGGA DAN PONDOK PESANTREN
ROUDLOTUL ‘ULUM PURWOKERTO)
Makalah disusun guna memenuhi tugas terstrktur mata
kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen pengampu Rahman Afandi, M. S. I.
Disusun oleh
Khafidin 1423305243
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Misi
utama yang diemban oleh institusi pendidikan islam adalah menjadikan
manusia-manusia beriman dan berpengetahuan, yang keberadaannya antara satu
dengan yang lainnya saling menunjang dalam melahirkan peradaban. Dimensi
keimanan dan pengetahuan menjadi variabel utama dalam menjaga keseimbangan
kepribadian pada diri setiap manusia. Keimanan akan selalu berorientasi pada
ketaqwaan dan membawa manusia pada kebenaran dalam menetapkan misi pengembangan
ilmu pengetahan. Lembaga pendidikan Islam terbagi menjadi tiga, yaitu lembaga
formal, lembaga Informal, dan nonformal. Lembaga-lembaga inilah yang nantinya
akan mencetak manusia-manusia yang berilmu dan berkeadaban. Pendidikan yang
diajarkan dilembaga-lembaga tersebut yaitu sebuah pendidikan yang mampu
membentuk manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal serta anggun
dalam moral dan kebajikan.
Peran
pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan
dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia
terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pendidikan Islam era modern ini banyak
ditemukan problematika-problematika didalamnya yang perlu mendapat perhatian.
Problematika pendidikan muncul tidak hanya didalam satu jenis lembaga saja,
melainkan semua jenis lembaga baik lembaga formal, non formal, ataupun
informal. Untuk itu kita sebagai generasi muda yang berwawasan tinggi harus
dapat mengidentifikasi suatu problematika, agar pendidikan dimasa yang akan datang
bisa berjalan ke arah yang lebih baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian pendidikan islam ?
2. Menjelaskan
lembaga-lembaga pendidikan islam ?
3. Bagaimana
problematika pendidikan islam di lembaga formal dan non formal ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian pendidikan islam.
2. Untuk
mengetahui lembaga-lembaga pendidikan islam.
3. Untuk
mengetahui problematika-problematika islam di lembaga formal dan non formal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Waktu dan Tempat Pembahasan
1. Lembaga
Pendidikan Formal
a. Waktu :Sabtu, 22 April 2017
b. Tempat:
Aula Pendidikan Sekolah
2. Lembaga
Pendidikan Formal
a. Waktu : Selasa, 26 April 2017
b. Tempat:
Kantor Pondok Pesantren
B. Gambaran Umum Sekolah
1
Lembaga Pendidikan Formal
a. Identitas Sekolah: MI MA’ARIF NU 1 SINDANG KABUPATEN
PURBALINGGA
b. Visi
dan Misi
Visi:
“Mewujudkan Madrasah Yang Melahirkan
Generasi Penerus YangBerakhlakul Karimah, cerdas, Terampil, Mandiri, Inovatif,
Serta
Unggul Dalam Prestasi”.
Misi:
1. Membentuk
sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, cerdas,
trampil, mandiri serta berkualitas
2. Menyiapkan
generasi yang unggul dalam bidang IMTAQ dan IPTEK serta berwawasan luas
3. Menumbuhkan
penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama sehingga terbangun insan
berbudi luhur serta berakhlakul
c. Ekstra
kulikuler
1. OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah Atau Madrasah)
2. Ekstra
kulikuler Pramuka
3. Ekstra
kulikuller
4. Ekstra
kulikuler sepak bola
2
Lembaga Pendidikan Nonformal
a. Identitas
Sekolah: PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL ‘ULUM PURWOKERTO
b. Alamat:
JL. Kamandaka Gg. Balong – Karangsalam Kidul Rt. 02/ Rw. 04 Kedung Banteng –
Banyumas. Kode Pos 52152.
C. Pengertian Pendidikan Islam
Ilmu pendidian Islam adalah Ilmu pendidikan yang
berdasrkan Islam. Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam
berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan
berdasrkan dan bersumber pada Al-Qur’am dan Al-Hadits, serta akal.[1]
Pendiidikan
Islam dapat dirumuskan dalam beberapa istilah, yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan tadris.
Tarbiyah dapat diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari
pendidik ke peserta didik, agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi
dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi
pekerti, dan kepribadian yang luhur”. Ta’lim sebagian para ahli menerjemahkan
istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan
pengajaran. Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim dengan “proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu”. Pengertian ini didasarkan pada Firman Allah SWT dal QS Al-Baqarah
ayat 31. Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun,
tatkrama, adab, budi pekeri, akhlak, dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab
memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan. Artinya, orang yang
berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya peradaban yang
berkualitas dapat diraih melalui pendidikan. [2]
D. Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga
pendidikan islam adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan
islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan. Proses yang dimaksudkan adalah
dimulai dari lingkungan keluarga. Pendidkan islam yang berlangsung melalui
proses operasional menuju tujuannya, memerlukan model dan sistem yang konsisten
dan dapat mendukung nilai-nilai moral spiritual yang melandasinya. Nilai-nilai
tersebut diaktualisasikan berdasarkan orientasi kebutuhan perkembangan fitrah
siswa yang dipadu dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada.
Berbicara
tentang lembaga-lembaga pendidikan islam memang terdapat banyak jenis dan
bentuknya, yaitu:
1. Pesantren
Pesaantren merupakan
lembaga pendidikan tradisional islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral agama islam sebagai pedoman
hidup masyarakat sehari-hari. sebagai suatu lembaga pendidikan islam, pesantren
dari sudut historis kultural dapat dikatakan sebagai “training center” yang
otomatis menjadi “cultural central” islam yang disahkan atau dilembagakan oleh
masyarakat islam sendiri yang secara defacto
tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.[3]
Ciri-ciri pondok
pesantren yaitu:
a. Adanya
hubungan yang akrab antara murid (para santri) dengan sosok kiyai.
b. Tunduknya
santri kepada kiyai.
c. Hidup
hemat dan sederhana memang benar-benar dulakukan dalam kehidupan pesantren.
d. Semangat
menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di pesantren.
e. Jiwa
tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di
pesantren.
f. Disiplin
sangat ditekankan dalam kehidupan di lingkungan pondok pesantren.
g. Berani
menderita untuk mencapai sesuatu tujuan merupakan salah satu pendidikan yang
diperoleh di pesantren.[4]
2. Madrasah
Madrasah merupakan
“isim makan” kata “darasa” dalam bahasa Arab, yang berarti “temppat duduk untuk
belajar” atau populer dengan sekolah. Sistem pendidikan dan pengajaran yang
digunakan pada madrasah merupakan perpaduan antara pondok pesantren dengan
sistem yang berlaku pada sekolah-seklah moderen. Proses perpaduan tersebut
berlangsung secara berangsur-angsur, mulai darai mengikuti sistem klasikal.
Sistem pengajaran kitab, diganti dengan bidang-bidang pengajaran tertentu,
walaupun masih menggunakan kitab-kitab yang lama. Adapun pengetahuan umum yang diajarkan pada madrasah pada
masa-masa awal adalah:
a. Membaca
dan menulis (Huruf Laatin) bahasa Indonesia.
b. Berhitung.
c. Ilmu
bumi.
d. Sejarah
Indonesia dan dunia.
e. Olahraga
dan kesehatan.[5]
3. Majelis
Taklim
Bila dilihat dari
struktur organisasinya, termasuk organisasi pendidikan luar sekolah atau satu
lembaga pendidikan islam yang bersifat nonformal, yang senantiasa menanamkan
akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan jama’ahnya, serta memberantas kebodohan umat islam agar dapat
memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta diridhoi oelh Allah SWT.[6]
4. Institut
Agama Islam Negeri
Untuk adaptasi bagi mereka yang ingin
berstudi di lembaga pendidikan STI (Sekolah Tinggi Islam), diberikan
materi-materi di kegiatan mamatrikulasi. Pada tingkat martikulasi ini terbuka
bagi pemegang pemegang ijazah Sekolah Menengah Atas , dan bagi mereka yang
lulus Madrasah Aliyah. Umumnya kedua lulusan ini memerlukan kursus pendahuluan
selama satu atau dua tahun. Bagi lulusan SMA, dimaksudkan untuk menambah
wawasan pengetahuan Bahasa Arabdan pengetahuan agama, sedangkan bagi lulusan MA
utnuk memperoleh mutu yang lebih tinggi dalam pengetahuan umum. Sementara itu bagi
karier dimasa depan para lulusan, disebutkanlah jabatan-jabatan sebagai
berikut:
a. Sebagai
guru agama pada berbagai macam sekolah.
b. Pejabat
pada peradilan agama.
c. Sebagai
pegawai negeri dan dinas keagamaan.[7]
E. Hasil Penelitian (Problematika)
1. Lembaga
Pendidikan Formal
Pendidikan formal
merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang dengan mengikuti
syarat-syarat yang jelas yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Didalam pendidikan formal terdapat berbagaimacam
jenis pelajaran yang diajarkan, tidak hanya pelajaran umum melainkan terdapat
juga pelajaran agama yang dipelajarinya. Lembaga pendidiakn formal yang saya
teliti yaitu di Mi Ma’arif Nu 1 Sindang Kabupaten Purbalingga. Di Mi Ma’arif Nu
1 Sindang Kabupaten Purbalingga masih terdapat problematika pendidikan yang
saya temukan. Diantara problematika tersebut yaitu seperti sarana dan prasarana
yang belum sepenuhnya terpenuhi. Sarana dan prasarana yang terdapat di
sekolahan tersebut saya bisa katakan sudah cukup memadai dan sudah baik, namun
masih harus dilengkapi supaya dapat menunjang pembelajaran yang lebih efektif
dan efisien lagi serta siswa-siswi di MI tersebut semangat belajarnya semakin
tinggi. Selain itu belum terpenuhinya lab praktik khusus bagi kegiatan
keagamaan. Seperti yang kita ketahui bahwasannya suatu kegiatan apabila hanya
disampaikan dengan materi saja, maka pemahaman sisiwa kurang dapat berkembang.
Lain halnya jika dilengkapi dengan cara praktik langsung maka sisiwa
seolah-olah melakukan hal tersebut secara nyata tidak hanya sebatas dalam
angan-angan saja. Seperti contohnya praktik haji atau umroh, praktik sholat
jenazah, memandikan jenazah dan seterusnya serta praktik zakat dan lain-lain.
Problematika yang berkembang dizaman modern seperti ini yaitu maraknya
penggunaan HP yang berlebehin bagi kalangan anak-anak, sehingga mempengaruhi
prestasi hasil belajar siswa disekolah. Anak-anak pada zaman sekarang lebih
senang bermain HP dari pada belajar. Karena tekhnologi yang ada di HP sangat menggiurkan,
yaitu seperti game, bbm, instagram facebook dan lain-lain masih banyak lagi.
Untuk itu diperlukang pengawasan dari orang tua yang lebih intens lagi.
2. Lembaga
Pendidikan Nonformal
Problematika yang saya
temukan didalam lembaga pendidikan nonformal pondok pesantren yaitu kurang
begitu diminati oleh masyarakat. Mereka menganggap bahwa di dalam pondok
pesantren akan merasa tertekan oleh peraturan yang berjalan didalamnya. Namun
sesungguhnya peraturan-peraturan yang dibuat didalam pondok untuk mendidik
santri-santrinya supaya berperilaku disiplin dan taat kepada Allah SWT. Jadi
pada intinya pendidikan islam dipondok pesantren jarang sekali diminati dan
hanya dari sebagian mereka yang ingin benar-benar menuntut ilmu di pondok
pesantren.
Ada beberapa dari
mereka yang mau belajar dipondok akan tetapi semua itu berdasarkan atas
perintah dari orang tuanya yang memaksa anaknya supaya tinggal dan belajar
dipondok. Semua itu akan menjadi problematika tersendiri dan menimbulkan
masalah baru dalam pendidikan islam di lembaga nonformal pondok pesantren.
Contoh problematika yang ditimbulkan dari masalah seperti itu yaitu, menghadapi
sifat santri yang malas diatur, suka mbolos saat kegiatan belajar mengajar
dimulai (ngaji), kurang memperhatikan saat pembelajaran, dan suka melanggar
aturan-aturan pondok yang berlaku. Problematika lain yang terdapat di pondok
pesantren Roudlotul ‘Ulum Purwokerto yang saya teliti yaitu masih kurangnya
tenaga pendidik yang mengampu santri-santri. Selain itu, kurikulum yanng
berjalan di pondok pesantren tersebut masih kuranng begitu jelas dan masih
perlu pengembangan ke arah yang lebih baik lagi supaya kegiatan belaja mengajar
dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
kajian-kajian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwasanya suatu lembaga
pendidikan formal maupun non formal masih terdapat suatu
problematika-problematika yang harus diselesaikan dan dituntaskan, agar suatu
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Utntuk itu, semua elemen
yang tergabung dalam lembaga-lembaga yang bersangkutan harus saling kerja sama
dan membantu satu sama lain agar problem-problem yang masih menjadi kendala
dapat terselasaikan.
Ciri-ciri
suatu lembaga yang dapat menjadi pedoman dimasa depandan menjadi panutan yaitu
sebagai berikut:
1. Keandalan
(reliability), yakni kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjjikan dengan segera atau tepat waktu, akurat,
dan memuaskan.
2. Daya
tangkap (responsiveness), yaitu
kemauan atau kesediaan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan
pelayanan dengan tanggap.
3. Jaminan
(assurance), mencangkup pengetahuan,
kompetensi, kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sikap yang dimiliki para
staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
4. Empati,
meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikas yang baik, perhatian
pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
5. Bukti
langsung (tangibles), meliputi
fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan sarana komunikasi.[8]
DAFTAR
PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mujib, Abdul, Dkk.
2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Jakarta: Radar Jaya Offset
Mustajab. 2015. Masa DepanPesantren. Yogyakarta: PT LKIS
Printing Cemerlang
Zubaedi. 2012. Isu-Isu
Baru Dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam Dan Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[1] Ahmad tafsir. Ilmu Pendidikan
dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Hlm. 12.
[2] Abdulllah Mujib, dkk. Ilmu
Pendidikan Islam,… Hlm 12-20.
[8] Zubaedi, Isu-Isu Baru Dalam Diskursus Filsafat
Pendidikan Islam Dan Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm,
243-244