LAPORAN HASIL OBSERVASI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
Laporan Observasi ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Rahman Afandi, S.Ag, M.Pd
Disusun oleh :
Sunarti 1423305260
6 PGMI F
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang jauh
lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran islam.
Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang
serba multiinteres yang berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang
multikompleks pula. Tugas pendidikan islam dalam proses pencapaian tujuannya
tidak lagi menghadapi problema kehidupan yang simplisistis, melainkan sangat
kompleks.[1]
Untuk pendidikan islam sebagai proses pembelajaran dan dapat
ditemukan di berbagai lembaga pendidikan, posisinya mengalami kegoncangan
kualitas karena di dalamnya masyarakat telah terjadi keterkejutan budaya, yang
tidak terimbangi oleh perbaikan sistem dan proses pembelajarannya. Realita ini,
memberikan gambaran kepada semua orang bahwa pendidikan islam proses, lebih
besar kecenderungan memberikan kegagalan mencapai target dan sasaran penanaman
serta pemantapan moral anak didik atas dasar nilai ajaran agama.[2]
Sekarang ini, paling tidak secara kuantitatif dunia pendidikan di
Indonesia mencatat sejumlah kemajuan. Dalam bidang institusi misalnya, baik
pesantren, madrasah, maupun sekolah, dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi, kian bermunculan.
Meskipun secara kuantitas kenyataannya demikian, lain halnya secara
kualitatif, dalam konteks ini pendidikan islam di Indonesia masih terus
berbenah, bahkan berusaha mengejar berbagai ketinggalan dalam beberapa segi.
Memang kita mengakui, bahwa perkembangan
pendidikan islam seringkali dilecehkan, dengan alasan kualitas yang rendah.
Bagaimanapun hal ini dalam aspek tertentu tidak bisa dipungkiri, karena secara
jujur pendidikan islam dalam penyelenggaraannya mempunyai sejumlah
keterbatasan.
Memang kini pendidikan islam dihadapkan kepada persoalan yang cukup
sulit, terutama setelah munculnya isu-isu terbaru dan aktual, dalam hal
pergulatan internal misalnya, sosialisasi kelembagaannya pun mendapat berbagai
hambatan, baik secara konsepsional maupun dalam kerangka realitas praktis.[3]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja problematika pendidikan islam di MI
Muhammadiyah I Sambong ?
2.
Apa
saja problematika pendidikan islam di TPQ Kedungrandu ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui problematika pendidikan islam di MI Muhammadiyah I Sambong
2.
Untuk
mengetahui problematika pendidikan islam di TPQ Kedungrandu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.
Waktu
Pukul
08.00 WIB
2.
Tempat
MI
Muhammadiyah I Sambong Rt 02 Rw o3 Kec.Punggelan Kab.Banjarnegara
B.
Gambaran Umum Sekolah
1.
Lembaga Pendidikan Formal
a.
Identitas Sekolah
MI
Muhammadiyah I Sambong Rt 02 Rw o3 Kec.Punggelan Kab.Banjarnegara
b.
Visi Misi
a)
Visi
·
Tersiapkannya
anak didik yang beriman dan bertaqwa, berprestasi dan berakhlakul karimah
b)
Misi
·
menciptakan
generasi muda dan bertaqwa
·
melayani
masyarakat dalam pendidikan dan pengajaran
c.
Ekstrakulikuler
·
Drumband
·
Qiroah
·
Rebana
d.
Prestasi
·
Juara
1 lomba qiroah sekecamatan
·
Juara
1 lomba adzan sekecamatan
2.
Lembaga Pendidikan Nonformal
a.
Identitas Sekolah
TPQ
Kedungrandu Patikraja
b.
Visi Misi
a)
Visi
·
Terciptanya
generasi muslim yang fashih membaca Al-Qur’an
b)
Misi
·
Meningkatkan
kemampuan membaca dan mengenal Al-Qur’an.
c.
Ekstrakulikuler
-
d.
Prestasi
-
C.
Hasil Penelitian (Problematika)
1.
Lembaga Pendidikan Formal
Agama islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi
kepentingan hidup umat manusia,baru aktual dan fungsional bila
diinternalisasikan ke dalam pribadi melalui proses kependidikan yang konsisten,
terarah kepada tujuan.
Karena itu, proses kependidikan islam memerlukan konsep-konsep yang
pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dan
praksisasi di lapangan operasional.[4]
Namun, akhir-akhir ini, akibat timbulnya perubahan sosial di
berbagai sektor kehidupan umat manusia, beserta nilai-nilainya ikut mengalami
pergeseran yang belum mapan. Bila diibaratkan seorang pemimpin, ilmu pendidikan
islam dalam mengamati dinamika masyarakat yang seringkali menggejalakan
perubahan sosiokultural dalam proses pertumbuhannya, harus meneliti esensi dan
implikasi-implikasi di belakang perubahan itu dalam rangka menemukan sumber
sebabnya.
Kelembagaan pendidikan islam merupakan subsistem dari sistem
masyarakat atau bangsa. Dalam operasionalisasinya selalu mengacu dan tanggap
kepada kebutuhan perkembangan masyarakat. Tanpa sikap demikian, lembaga
pendidikan kita dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan kultural. Kesenjangan
inilah yang menjadi salah satu sumber konflik antara pendidikan dan masyarakat.
Dari sinilah timbul krisis pendidikan yang intensitasnya berbeda-beda menurut
tingkat atau taraf rising demands masyarakat.[5]
Problematika Pendidikan Islam di MI Muhammadiyah I Sambong antara
lain yaitu :
a.
Siswa kurang bisa membaca Al-Qur’an
Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu hal yang bersifat
kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor dan meliputu berbagai aspek baik
yang bersumber dari luar maupun dari dalam diri peserta didik itu sendiri.
Secara umum faktor yang mempengaruhi efektifitas pembelajaran Al-Qur’an dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1.
Faktor
intern (dalam)
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak didik
yang mempengaruhi hasil belajar,antara lain : bakat, minat, motivasi dan
lain-lain.
2.
Faktor
ekstern (luar)
Faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, antara lain : faktor
lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat.[6]
b.
Kurangnya guru profesional
Para profesional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah
memperoleh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk suatu pekerjaan. Oleh
karena itu dituntut kompetensi atau kemampuan profesional dari seorang guru.
Kompetensi profesional merujuk pada kemampuan guru untuk menguasai materi
pembelajaran. Guru harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai subyek yang
diajarkan, mampu mengikuti kode etik profesional dan menjaga serta
mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Berbagai permasalahan yang seringkali dikeluhkan antara lain
ketidakmampuan guru mengatasi kesulitan menyusun dokumen-dokumen pembelajaran,
kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar menggunakan keterampilan mengajar
yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran dan lain-lain.
c.
Kurangnya sarana dan prasarana
Kegiatan pendidikan memang memerlukan dana, tetapi jika tidak
dikelola dengan paragdima yang tepat maka pembiayaan pendidikan menjadi jauh
dari keefektifan pembiayaan.
Pola pikir penyelenggaraan sekolah/madrasah perlu dirubah dalam
mengelola dana pendidikan. Efisiensi yang bertumpu pada cost effectiveness semestinya
dapat menjadi prinsip kerja pengelola dan pendidikan. Prinsip manajemen ekonomi
yaitu sinergi antara efektifitas dan efisien yang memunculkan produktivitas
kiranya dapat di terapkan juga pada dunia pendidikan dalam konteks tata pandang
entrepreneurship atau kewirausahaan di madrasah.
2.
Lembaga Pendidikan Nonformal
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah unit pendidikan nonformal
jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan Al-Qur’an sebagai
materi utamanya, dan diselenggarakan dalam suasana yang idah, bersih, rapi,
nyaman dan menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata
taman yang dipergunakan.
Islam memandang ilmu pengetahuan itu baik, yang buruk adalah
penyalahgunaannya. Lembaga agama dan sistem pendidikan yang mensosialisasikan
nilai-nilai saat ini juga telah banyak dikritik sebagai lembaga yang cenderung
mereflesikan dan menggemakan stereotip dan prasangka antar kelompok yang sudah
terbentuk dan beredar dalam masyarakat. Bahkan,
ada indikasi bahwa organisasi agama larut dalam mengembangkan prasangka
dan mengeskalasi fragmentasi antar kelompok melalui sosialisasi atau penyebaran
pengetahuan atau pandangan yang bersifat self-glory dan righteous,
sembari diiringi dengan pilihan menjalani dinamika relasi sosial-keagamaan yang
segregatif.[7]
Dalam tahapan pendidikan islam dikenal tiga dominan yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Tahapan pertama adalah mentransper atau memberikan
ilmu agama sebanyak-banyaknya kepada anak didik. Dalam kegiatan ini aspek
kognitif anak didik menjadi sangat dominan. Kedua, selain memenuhi harapan pada
tahapan pertama, proses internalisasi nilai agama diharapkan dapat juga
terjadi. Aspek ini lebih diutamakan dari pada yang pertama.
Selanjutnya tahapan yang hendak dicapai oleh pendidikan islam ialah
aspek psikomotorik. Aspek ini lebih menekankan kemampuan anak didik untuk
menumbuhkan motivasi dalam diri sendiri sehingga dapat menggerakkan,
menjalankan dan mentaati nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasi
dalm dirinya lewat tahapan kedua. Keberhasilan pendidikan islam harus tercermin
pada tindakan individu dan tindakan sosial yang konkrit dalam kehidupan
individu, keluarga dan masyarakat.[8]
Problematika Pendidikan Islam di TPQ Kedungrandu Patikraja yaitu :
a.
Kurikulum kurang jelas
b.
Kurangnya sarana dan prasarana
c.
Pengelolaan TPQ kurang bagus
d.
Administrasi sangatlah kurang
e.
Siswa kurang bisa membaca Al-Qur’an
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Problematika Pendidikan Islam di MI Muhammadiyah I Sambong antara
lain yaitu :
a. Siswa kurang bisa membaca Al-Qur’an
Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu hal yang bersifat
kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor dan meliputu berbagai aspek baik
yang bersumber dari luar maupun dari dalam diri peserta didik itu sendiri.
b.
Kurangnya
guru profesional
Para profesional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah
memperoleh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk suatu pekerjaan. Oleh
karena itu dituntut kompetensi atau kemampuan profesional dari seorang guru.
Kompetensi profesional merujuk pada kemampuan guru untuk menguasai materi
pembelajaran.
c.
Kurangnya
sarana dan prasarana
Kegiatan pendidikan memang memerlukan dana, tetapi jika tidak
dikelola dengan paragdima yang tepat maka pembiayaan pendidikan menjadi jauh
dari keefektifan pembiayaan.
2.
Problematika
Pendidikan Islam di TPQ Kedungrandu Patikraja yaitu :
a.
Kurikulum
kurang jelas
b.
Kurangnya
sarana dan prasarana
c.
Pengelolaan
TPQ kurang bagus
d.
Administrasi
sangatlah kurang
e.
Siswa
kurang bisa membaca Al-Qur’an
B.
Saran
Demikian hasil observasi ini dibuat,
jika terdapat banyak kekurangan dan kesalahan saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kritik dan saran saya terima guna mengoreksi kesalahan yang
ada agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Mujayyin(2017).Kapita
Selekta Pendidikan Islam,Jakarta:PT.Bumi Aksara
Usa Muslih dan
Wijdan Aden.Pendidikan Islam Dalam Peradaban Industrial,Yogyakarta:Aditya
Media
Hasbullah(1996).Kapita Selekta
Pendidikan Islam,Jakarta:PT.Grafindo Persada
Purwanto Ngalim(1992).Psikologi Pendidikan,Bandung:Remaja
Rosdakarya
Assegaf Rahman(2010).Pendidikan
Islam Kontekstual,Yogyakarta:Pustaka Belajar
Mujtahid(2011).Reformulasi
Pendidikan Islam,Malang:UIN-Maliki Press.
[1] Mujayyin
Arifin,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Bumi
Aksara,2017)hal.7
[2] Muslih
Usa dan Aden Wijdan,Pendidikan Islam Dalam Peradaban Industrial,(Yogyakarta:Aditya
Media)hal.4-5
[3]
Hasbullah,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Grafindo Persada,1996)hal.2
[4] Mujayyin
Arifin,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Bumi
Aksara,2017)hal.4-5
[5] Mujayyin
Arifin,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2017)hal.8
[6] Ngalim
Purwanto,Psikologi Pendidikan,(Bandung:Remaja Rosdakarya,1992)hal.59
[7] Rahman
Assegaf,Pendidikan Islam Kontekstual,(Yogyakarta:Pustaka
Belajar,2010)hal.50
[8] Mujtahid,Reformulasi
Pendidikan Islam,(Malang:UIN-Maliki Press,2011)hal.36-37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar