Selasa, 02 Mei 2017

1423305260 Sunarti (MI Muhammadiyah I Sambong dan TPQ Kedungrandu Patikraja)

LAPORAN HASIL OBSERVASI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM


Laporan Observasi ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Rahman Afandi, S.Ag, M.Pd

Disusun oleh :
Sunarti           1423305260


6 PGMI F
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multiinteres yang berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multikompleks pula. Tugas pendidikan islam dalam proses pencapaian tujuannya tidak lagi menghadapi problema kehidupan yang simplisistis, melainkan sangat kompleks.[1]
Untuk pendidikan islam sebagai proses pembelajaran dan dapat ditemukan di berbagai lembaga pendidikan, posisinya mengalami kegoncangan kualitas karena di dalamnya masyarakat telah terjadi keterkejutan budaya, yang tidak terimbangi oleh perbaikan sistem dan proses pembelajarannya. Realita ini, memberikan gambaran kepada semua orang bahwa pendidikan islam proses, lebih besar kecenderungan memberikan kegagalan mencapai target dan sasaran penanaman serta pemantapan moral anak didik atas dasar nilai ajaran agama.[2]
Sekarang ini, paling tidak secara kuantitatif dunia pendidikan di Indonesia mencatat sejumlah kemajuan. Dalam bidang institusi misalnya, baik pesantren, madrasah, maupun sekolah, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, kian bermunculan.
Meskipun secara kuantitas kenyataannya demikian, lain halnya secara kualitatif, dalam konteks ini pendidikan islam di Indonesia masih terus berbenah, bahkan berusaha mengejar berbagai ketinggalan dalam beberapa segi. Memang kita mengakui,  bahwa perkembangan pendidikan islam seringkali dilecehkan, dengan alasan kualitas yang rendah. Bagaimanapun hal ini dalam aspek tertentu tidak bisa dipungkiri, karena secara jujur pendidikan islam dalam penyelenggaraannya mempunyai sejumlah keterbatasan.
Memang kini pendidikan islam dihadapkan kepada persoalan yang cukup sulit, terutama setelah munculnya isu-isu terbaru dan aktual, dalam hal pergulatan internal misalnya, sosialisasi kelembagaannya pun mendapat berbagai hambatan, baik secara konsepsional maupun dalam kerangka realitas praktis.[3]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja problematika pendidikan islam  di MI Muhammadiyah I Sambong ?
2.      Apa saja problematika pendidikan islam di TPQ Kedungrandu ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui problematika pendidikan islam di MI Muhammadiyah I Sambong
2.      Untuk mengetahui problematika pendidikan islam di TPQ Kedungrandu






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.      Waktu
Pukul 08.00 WIB
2.      Tempat
MI Muhammadiyah I Sambong Rt 02 Rw o3 Kec.Punggelan Kab.Banjarnegara
B.     Gambaran Umum Sekolah
1.      Lembaga Pendidikan Formal
a.      Identitas Sekolah
MI Muhammadiyah I Sambong Rt 02 Rw o3 Kec.Punggelan Kab.Banjarnegara
b.      Visi Misi
a)      Visi
·         Tersiapkannya anak didik yang beriman dan bertaqwa, berprestasi dan berakhlakul karimah
b)     Misi
·         menciptakan generasi muda dan bertaqwa
·         melayani masyarakat dalam pendidikan dan pengajaran
c.       Ekstrakulikuler
·         Drumband
·         Qiroah
·         Rebana

d.      Prestasi
·         Juara 1 lomba qiroah sekecamatan
·         Juara 1 lomba adzan sekecamatan

2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
a.      Identitas Sekolah
TPQ Kedungrandu Patikraja
b.      Visi Misi
a)      Visi
·         Terciptanya generasi muslim yang fashih membaca Al-Qur’an
b)     Misi
·         Meningkatkan kemampuan membaca dan mengenal Al-Qur’an.
c.       Ekstrakulikuler
-
d. Prestasi
    -

C.    Hasil Penelitian (Problematika)
1.      Lembaga Pendidikan Formal
Agama islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi kepentingan hidup umat manusia,baru aktual dan fungsional bila diinternalisasikan ke dalam pribadi melalui proses kependidikan yang konsisten, terarah kepada tujuan.
Karena itu, proses kependidikan islam memerlukan konsep-konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dan praksisasi di lapangan operasional.[4]
Namun, akhir-akhir ini, akibat timbulnya perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan umat manusia, beserta nilai-nilainya ikut mengalami pergeseran yang belum mapan. Bila diibaratkan seorang pemimpin, ilmu pendidikan islam dalam mengamati dinamika masyarakat yang seringkali menggejalakan perubahan sosiokultural dalam proses pertumbuhannya, harus meneliti esensi dan implikasi-implikasi di belakang perubahan itu dalam rangka menemukan sumber sebabnya.
Kelembagaan pendidikan islam merupakan subsistem dari sistem masyarakat atau bangsa. Dalam operasionalisasinya selalu mengacu dan tanggap kepada kebutuhan perkembangan masyarakat. Tanpa sikap demikian, lembaga pendidikan kita dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan kultural. Kesenjangan inilah yang menjadi salah satu sumber konflik antara pendidikan dan masyarakat. Dari sinilah timbul krisis pendidikan yang intensitasnya berbeda-beda menurut tingkat atau taraf rising demands masyarakat.[5]
Problematika Pendidikan Islam di MI Muhammadiyah I Sambong antara lain yaitu :
a.      Siswa kurang bisa membaca Al-Qur’an
Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu hal yang bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor dan meliputu berbagai aspek baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Secara umum faktor yang mempengaruhi efektifitas pembelajaran Al-Qur’an dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1.      Faktor intern (dalam)
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak didik yang mempengaruhi hasil belajar,antara lain : bakat, minat, motivasi dan lain-lain.
2.      Faktor ekstern (luar)
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, antara lain : faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat.[6]
b.      Kurangnya guru profesional
Para profesional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk suatu pekerjaan. Oleh karena itu dituntut kompetensi atau kemampuan profesional dari seorang guru. Kompetensi profesional merujuk pada kemampuan guru untuk menguasai materi pembelajaran. Guru harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai subyek yang diajarkan, mampu mengikuti kode etik profesional dan menjaga serta mengembangkan kemampuan profesionalnya.
Berbagai permasalahan yang seringkali dikeluhkan antara lain ketidakmampuan guru mengatasi kesulitan menyusun dokumen-dokumen pembelajaran, kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar menggunakan keterampilan mengajar yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran dan lain-lain.
c.       Kurangnya sarana dan prasarana
Kegiatan pendidikan memang memerlukan dana, tetapi jika tidak dikelola dengan paragdima yang tepat maka pembiayaan pendidikan menjadi jauh dari keefektifan pembiayaan.
Pola pikir penyelenggaraan sekolah/madrasah perlu dirubah dalam mengelola dana pendidikan. Efisiensi yang bertumpu pada cost effectiveness semestinya dapat menjadi prinsip kerja pengelola dan pendidikan. Prinsip manajemen ekonomi yaitu sinergi antara efektifitas dan efisien yang memunculkan produktivitas kiranya dapat di terapkan juga pada dunia pendidikan dalam konteks tata pandang entrepreneurship atau kewirausahaan di madrasah.

2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah unit pendidikan nonformal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan Al-Qur’an sebagai materi utamanya, dan diselenggarakan dalam suasana yang idah, bersih, rapi, nyaman dan menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata taman yang dipergunakan.
Islam memandang ilmu pengetahuan itu baik, yang buruk adalah penyalahgunaannya. Lembaga agama dan sistem pendidikan yang mensosialisasikan nilai-nilai saat ini juga telah banyak dikritik sebagai lembaga yang cenderung mereflesikan dan menggemakan stereotip dan prasangka antar kelompok yang sudah terbentuk dan beredar dalam masyarakat. Bahkan,  ada indikasi bahwa organisasi agama larut dalam mengembangkan prasangka dan mengeskalasi fragmentasi antar kelompok melalui sosialisasi atau penyebaran pengetahuan atau pandangan yang bersifat self-glory dan righteous, sembari diiringi dengan pilihan menjalani dinamika relasi sosial-keagamaan yang segregatif.[7]
Dalam tahapan pendidikan islam dikenal tiga dominan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tahapan pertama adalah mentransper atau memberikan ilmu agama sebanyak-banyaknya kepada anak didik. Dalam kegiatan ini aspek kognitif anak didik menjadi sangat dominan. Kedua, selain memenuhi harapan pada tahapan pertama, proses internalisasi nilai agama diharapkan dapat juga terjadi. Aspek ini lebih diutamakan dari pada yang pertama.
Selanjutnya tahapan yang hendak dicapai oleh pendidikan islam ialah aspek psikomotorik. Aspek ini lebih menekankan kemampuan anak didik untuk menumbuhkan motivasi dalam diri sendiri sehingga dapat menggerakkan, menjalankan dan mentaati nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasi dalm dirinya lewat tahapan kedua. Keberhasilan pendidikan islam harus tercermin pada tindakan individu dan tindakan sosial yang konkrit dalam kehidupan individu, keluarga dan masyarakat.[8]
Problematika Pendidikan Islam di TPQ Kedungrandu Patikraja yaitu :
a.      Kurikulum kurang jelas
b.      Kurangnya sarana dan prasarana
c.       Pengelolaan   TPQ kurang bagus
d.      Administrasi sangatlah kurang
e.       Siswa kurang bisa membaca Al-Qur’an

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Problematika Pendidikan Islam di MI Muhammadiyah I Sambong antara lain yaitu :
a.       Siswa kurang bisa membaca Al-Qur’an
Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu hal yang bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor dan meliputu berbagai aspek baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam diri peserta didik itu sendiri.
b.      Kurangnya guru profesional
Para profesional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk suatu pekerjaan. Oleh karena itu dituntut kompetensi atau kemampuan profesional dari seorang guru. Kompetensi profesional merujuk pada kemampuan guru untuk menguasai materi pembelajaran.
c.       Kurangnya sarana dan prasarana
Kegiatan pendidikan memang memerlukan dana, tetapi jika tidak dikelola dengan paragdima yang tepat maka pembiayaan pendidikan menjadi jauh dari keefektifan pembiayaan.
2.      Problematika Pendidikan Islam di TPQ Kedungrandu Patikraja yaitu :
a.       Kurikulum kurang jelas
b.      Kurangnya sarana dan prasarana
c.       Pengelolaan TPQ kurang bagus
d.      Administrasi sangatlah kurang
e.       Siswa kurang bisa membaca Al-Qur’an

B.     Saran
Demikian hasil observasi ini dibuat, jika terdapat banyak kekurangan dan kesalahan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran saya terima guna mengoreksi kesalahan yang ada agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.















DAFTAR PUSTAKA

Arifin Mujayyin(2017).Kapita Selekta Pendidikan Islam,Jakarta:PT.Bumi Aksara

Usa Muslih dan Wijdan Aden.Pendidikan Islam Dalam Peradaban Industrial,Yogyakarta:Aditya Media
Hasbullah(1996).Kapita Selekta Pendidikan Islam,Jakarta:PT.Grafindo Persada

 Purwanto Ngalim(1992).Psikologi Pendidikan,Bandung:Remaja Rosdakarya

Assegaf Rahman(2010).Pendidikan Islam Kontekstual,Yogyakarta:Pustaka Belajar

Mujtahid(2011).Reformulasi Pendidikan Islam,Malang:UIN-Maliki Press.



[1] Mujayyin Arifin,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2017)hal.7
[2] Muslih Usa dan Aden Wijdan,Pendidikan Islam Dalam Peradaban Industrial,(Yogyakarta:Aditya Media)hal.4-5
[3] Hasbullah,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Grafindo Persada,1996)hal.2
[4] Mujayyin Arifin,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2017)hal.4-5
[5] Mujayyin Arifin,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2017)hal.8
[6] Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,(Bandung:Remaja Rosdakarya,1992)hal.59
[7] Rahman Assegaf,Pendidikan Islam Kontekstual,(Yogyakarta:Pustaka Belajar,2010)hal.50
[8] Mujtahid,Reformulasi Pendidikan Islam,(Malang:UIN-Maliki Press,2011)hal.36-37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar