PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FORMAL DAN NONFORMAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Rahman Afandi, S.Ag, M.S.I
Disusun Oleh:
Zakli Muhammad
Arfan
1423305269
6 PGMI F
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan
merupakan sebuah yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat manusia.
Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi merupakan salah satu faktor
penting yang mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan keilmuannya agar
dapat beradaptasi di dunia modern yang kaya akan kemajuan dan teknologi.
Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di dunia globalisasi maka perlu juga peningkatan pendidikan islam (agama) agar
kita selaku umat islam senantiasa berada pada jalan yang diridhoi Allah SWT.
Serta tidak terpengaruh oleh budaya dan gaya hidup orang-orang barat yang
secara terang-terangan sudah mewabah kepada penduduk islam dunia khususnya di
Indonesia.
Sekolah
merupakan sarana dan tempat menuntut ilmu bagi para peserta didik, juga tempat
memperkaya dan memperluas keilmuan peserta didik. Pendidikan di Indonesia
dikatakan maju, hal ini bisa dilihat perkembangan sekolah yang semakin lama
semakin kreatif dalam menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi manusia yang
berguna kelak. Oleh sebab itu kita sebagai calon guru harus mampu menggunakan
segala kemampuan kita, sehingga peserta didik bisa menyerap ilmu kita dengan
baik. Jadi kita sebagai calon guru harus professional dalam segala hal ini
misalnya metode yang digunakan harus baik, sesuai dengan materi yang kita
ajarkan, strateginya juga harus sesuai, yang penting dan perlu dimiliki oleh
seorang guru ialah mampu merespon peserta didik yang mempunyai banyak problem
yang berbeda-beda. Guru harus bisa mengatasi problem yang dihadapi peserta
didik terutama menyikapi belajar anak didik kita. Apalagi problematika
pendidikan agama di sekolah pasti banyak sekali problem-problem itu.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian pendidikan agama islam?
2.
Apa pemahaman problematika pendidikan agama?
3.
Bagaimana problematika pendidikan agama pada pendidikan formal dan
non formal?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian pendidikan agama islam
2.
Untuk mengetahui pemahaman problematika pendidikan agama
3.
Untuk mengetahui problematika pendidikan agama pada pendidikan
formal dan non formal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
1.
WAKTU
Waktu
penelitian problematika pendidikan agama ada dua yaitu pendidikan formal dan
pendidikan non formal.
Penelitian
pendidikan formal dilaksanakan pada: Sabtu, 22
April 2017
Penelitian
pendidikan non formal dilaksanakan pada: Senin, 24
April 2017.
2.
TEMPAT
Tempat
dilaksanakan penelitian problematika pendidikan agama islam yaitu ada dua
pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan formal : Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah Ajibarang
Pendidikan
nonformal : Madrasah Diniyah Muhammadiyah
B.
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
1.
LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL
a.
Identitas Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ajibarang, Jl. Pandansari kecamatan
Ajibarang Kabupaten Banyumas
b.
Visi Misi
Visi : Terbentuknya anak didik yang
berkualitas dalam prestasi, kompetitif, kompetitif, inovatif, dan berkarakter
Misi :
-
Memberikan kesempatan luas pada peserta didik untuk selalu
meningkatkan kualitas keilmuan
-
menumbuhkan kamampuan berkompetitif menciptakan suasana humanis
menuju manusia yang berkarakter
c.
Ekstrakurikuler
ü Pramuka
ü Sepak bola
ü
Drum band
2.
LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah ini didirikan pada tahun 2002.
Yang beralamat di desa Ajibarang Kulon Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Aktifitas pembelajaran agama di Madin ini
adalah hanya sebatas baca tulis Al Quran. Karena PPI langsung dipraktekan
ketika pengamalan beribadah.
Keadaan pengajar atau ustadz ustadzahnya tentunya berasal dari desa
ini sendiri. Jumlahnya memang tidak banyak hanya dua
ustadzah dan tiga ustadz. Keadaan muridnya ini bisa dibilang banyak. Yakni kurang
lebih 55
anak. Kesemua siswa-siswi ini hampir semuanya sudah bisa
membaca Al-Qur’an, tetapi sebagian ada yang lancer dan sebagian ada yang belum
lancar. Walaupun Madin ini sederhana
tentunya dalam kegiatan belajar mengajar adanya suatu target yang harus
dilakukan oleh para siswa. Target tersebut adalah mampu menghafal huuruf
hijaiyah, serta mampu menghafal doa-doa sehari-hari, suratan pendek. Kegiatan
pembelajaran ini dimulai dari pukul 15.30-17.00
dari hari senin sampai kamis.
C.
HASIL PENELITIAN
1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata
“didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “kan”.[1] Istilah pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie”
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan.
Dalam wacana keislaman pendidikan lebih popular dengan istilah tarbiyah,
ta’lim, ta’dib, riyadloh, irsyad, dan tadris. Dari masing-masing istilah
tersebut memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya
disebut secara bersamaan. Namun, kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika
disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah
yang lain. Implikasinya, dalam berbagai literatur ilmu pendidikan islam, semua
istilah itu terkadang digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan
pendidikan islam.[2]
Pengertian
pendidikan islam secara terminologis, menurut Muhammad Athiyah al Abrasy,
pendidikan islam adalah sebuah proses untuk mempersiapkan manusia supaya hidup
dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna
budi pekertinya, teratur fikirannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur
katanya baik lisan maupun tulisan. Menurut Marimba, pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam.[3]
Dari pengertian
ini, pendidikan di topang dengan adanya tiga unsure pokok; Pertama, harus ada
usaha yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi jasmani dan rohani secara
berimbang. Kedua, adanya usaha yang dilakukan itu harus berdasarkan atas ajaran
islam. Ketiga, usaha itu bertujuan agar peserta didik memiliki kepribadian
utama menurut ukuran Islam.
Kesimpulannya, bahwa Pendidikan
Islam merupakan proses trans-internalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada
peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,
pengawasan, pengarahan, dan pengembangan potensi-potensinya, guna mencapai
keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat, jasmani dan rohani.
Bimbingan tersebut dilakukan secara sadar dan terus menerus dengan disesuaikan
fitrah dan kemampuan, baik secara individu, kelompok sehingga ia mampu
menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran islam secara utuh menyelura dan
komperhensif pendidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan
dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi.[4]
2.
Pengertian Problematika
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat
masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seorang, dan ada pula yang
mengartikan sebagai suatu hal yang tidak mengenakan
Prayitno mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak
disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain,
ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.[5]
3.
Lembaga Pendidikan Formal
Pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika
pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang melalui aspek kognitif
atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak dipandang bagaimana siswa didik
mengamalkan dalam dunia nyata sehingga belajar agama sebatas menghafal dan mencatat.
Hal ini mengakibatkan pelajaran agama menjadi pelajaran teoritis bukan
pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri. Ada lima masalah
utama yang dihadapi para guru agama dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan
agama islam pada sekolah yaitu:
a.
Masalah peserta didik.
Peserta
didik dalam suatu lembaga pendidikan tentu berasal dari latar belakang
kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada siswa yang berasal dari keluarga yang
taat beragama, namun ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat
beragama, bahkan ada yang berasal dari keluarga yang tidak peduli dengan agama.
Bagi anak didik yang kurang taat beragama atau yang tidak peduli dengan agama,
perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak, maka anak didik tidak akan
peduli dengan pendidikan agama, lebih parah lagi mereka menganggap remeh
pendidikan agama. Sikap ini akan sangat berbahaya.
b.
Masalah lingkungan belajar
Di
era perkembangan teknologi dan informasi yang tidak dicegah keberadaanya
menyebabkan semua itu mempengaruhi psikologis lingkungan belajar. Pengaruh dari
lingkungan belajar yang tidak kondusif ini sangat mempengaruhi minat belajar,
dan menimbulkan kekhawatiran para orang tua siswa dan masyarakat terhadap
pendidikan anak-anak mereka khususnya kebiasaan beragama mereka dalam kehidupan
sehari-hari.
c.
Masalah kompetensi guru
Dalam
perspektif pendidikan agama di Sekolah, guru seringkali mengalami kendala dalam
menanamkan pembiasaan ajaran islam di sekolah. Hal ini semata-mata disebabkan
guru tidak memiliki kompetensi yang matang, serta juga tidak didukung oleh
penguasaan konsep internalisasi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum oleh
guru-guru bidang studi lainya.
d.
Masalah metode
Sangat
disayangkan bahwa masih banyak guru agama yang tidak menguasai berbagai metode
pembelajaran aktif yang sebenarnya bisa dipakai dalam menyajikan pelajaran
pendidikan agama. Pada kenyataanya pelajaran pendidikan agama di sekolah masih
dominan menggunakan metode ceramah. Guru juga harus kreatif mengaplikasikan
materi pendidikan agama sesuai dengan situasi murid.
e.
Evaluasi
Evaluasi
yang baik adalah evaluasi yang dapat mengukur segi kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta didik. Kebanyakan evaluasi yang dilakukan selama ini
hanyalah mengukur kognitif saja, sedang afektif dan psikomotoriknya terabaikan.
Hasil evaluasi kognitif tersebut dimasukan ke dalam rapot siswa saja, maka
kemungkinan akan terjadi penilaian yang kurang obyektif.
Lembaga Pendidikan Nonformal
Problematika yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah diantaranya yaitu:
a.
Tidak ada kejelasan mengenai pelajaran apa saja yang diajarkan
kepada siswa-siswi pada proses belajar mengajar di Madin.
Secara kurikulum, memang belum ada urutan kurikulum yang runtun secara baik
yang dibuat oleh pengelola Madin.
b.
Sarana dan prasarana seperti papan tulis putih baru sebagian tersedia.
c.
Pengelolaan Madin kurang bagus, Madin
bukanlah pendidikan formal jadi secara administrasi Madin ini
dibilang kurang.
d.
Belum adanya penyaluran bakat siswa dalam Madin.
BAB
III
PENUTUUP
A.
KESIMPULAN
Problematika pembelajaran pendidikan agama islam, dapat dilihat
dari proses pembelajaran adanya beberapa muatan materi yang sulit diajarkan
melalui metode-metode baru, sehingga hal ini perlu modifikasi metode
konvensional dengan metode baru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam
hal media pembelajaran, lemahnya kreasi anak bangsa dalam membuat media
pembelajaran PAI, hal ini dibuktikan dengan jarangnya ditemukan laboratorium
PAI di sekolah-sekolah atau madrasah. Ini perlu konsentrasi dari pihak
pengelola pendidikan dan regulator pendidikan agama dalam hal ini kemenag untuk
mendorong pemerhati pendidikan agama islam membuat media-media yang relevan
denga materi PAI. Permasalahan dari segi pendidik adalah kurangnya keteladanan
dalam penanaman nilai-nilai agama dan pembiasaan.
B.
SARAN
Mengatasi berbagai masalah yang dihadapi guru agama dalam kegiatan
pendidikan agama di sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut, guru sebagai pilar
penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu mendapat perhatian dari
semua pihak, baik pemerintah, tokoh pendidikan serta masyarakat lainya yang
bergerak di bidang pendidikan. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan agama
islam, perlu adanya upaya pembinaan yang intens terhadap guru PAI untuk
memberikan keteladanan bagi peserta didik dalam bersikap. Selain itu, perlu
adanya pendekatan antara guru dan murid karena keberhasilan seorang murid
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang
harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
DATAR PUSTAKA
Ramayulis,
2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Ramayulis,
1998. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Nur Uhbiyanti, 1997. Ilmu
Pendidikan Islam. Bandung: C.V. Pustaka Setia
Muhaimin, 2009. Rekontruksi
Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
[2] Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2006) hlm. 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar