Rabu, 03 Mei 2017

1423305269 ZAKLI MUHAMMAD ARFAN (MI Ajibarang dan Madrasah Diniyah Ajibarang)



PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FORMAL DAN NONFORMAL




Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Rahman Afandi, S.Ag, M.S.I



Disusun Oleh:

Zakli Muhammad Arfan
1423305269
6 PGMI F


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sebuah yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi merupakan salah satu faktor penting yang mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia modern yang kaya akan kemajuan dan teknologi. Seiring dengan kemajuan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia globalisasi maka perlu juga peningkatan pendidikan islam (agama) agar kita selaku umat islam senantiasa berada pada jalan yang diridhoi Allah SWT. Serta tidak terpengaruh oleh budaya dan gaya hidup orang-orang barat yang secara terang-terangan sudah mewabah kepada penduduk islam dunia khususnya di Indonesia.
Sekolah merupakan sarana dan tempat menuntut ilmu bagi para peserta didik, juga tempat memperkaya dan memperluas keilmuan peserta didik. Pendidikan di Indonesia dikatakan maju, hal ini bisa dilihat perkembangan sekolah yang semakin lama semakin kreatif dalam menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi manusia yang berguna kelak. Oleh sebab itu kita sebagai calon guru harus mampu menggunakan segala kemampuan kita, sehingga peserta didik bisa menyerap ilmu kita dengan baik. Jadi kita sebagai calon guru harus professional dalam segala hal ini misalnya metode yang digunakan harus baik, sesuai dengan materi yang kita ajarkan, strateginya juga harus sesuai, yang penting dan perlu dimiliki oleh seorang guru ialah mampu merespon peserta didik yang mempunyai banyak problem yang berbeda-beda. Guru harus bisa mengatasi problem yang dihadapi peserta didik terutama menyikapi belajar anak didik kita. Apalagi problematika pendidikan agama di sekolah pasti banyak sekali problem-problem itu.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian pendidikan agama islam?
2.      Apa pemahaman problematika pendidikan agama?
3.      Bagaimana problematika pendidikan agama pada pendidikan formal dan non formal?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan agama islam
2.      Untuk mengetahui pemahaman problematika pendidikan agama
3.      Untuk mengetahui problematika pendidikan agama pada pendidikan formal dan non formal.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
1.      WAKTU
Waktu penelitian problematika pendidikan agama ada dua yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Penelitian pendidikan formal dilaksanakan pada: Sabtu, 22 April 2017
Penelitian pendidikan non formal dilaksanakan pada: Senin, 24 April 2017.

2.      TEMPAT
Tempat dilaksanakan penelitian problematika pendidikan agama islam yaitu ada dua pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan formal                  : Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah Ajibarang
Pendidikan nonformal          : Madrasah Diniyah Muhammadiyah

B.     GAMBARAN UMUM SEKOLAH
1.      LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL
a.      Identitas Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Ajibarang, Jl. Pandansari kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas


b.      Visi Misi
Visi        : Terbentuknya anak didik yang berkualitas dalam prestasi, kompetitif, kompetitif, inovatif, dan berkarakter

Misi    :
-          Memberikan kesempatan luas pada peserta didik untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan
-          menumbuhkan kamampuan berkompetitif menciptakan suasana humanis menuju manusia yang berkarakter
c.       Ekstrakurikuler
ü  Pramuka
ü  Sepak bola
ü  Drum band

2.      LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah ini didirikan pada tahun 2002. Yang beralamat di desa Ajibarang Kulon Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. Aktifitas pembelajaran agama di Madin ini adalah hanya sebatas baca tulis Al Quran. Karena PPI langsung dipraktekan ketika pengamalan beribadah.
Keadaan pengajar atau ustadz ustadzahnya tentunya berasal dari desa ini sendiri. Jumlahnya memang tidak banyak hanya dua ustadzah dan tiga ustadz. Keadaan muridnya ini bisa dibilang banyak. Yakni kurang lebih 55 anak. Kesemua siswa-siswi ini hampir semuanya sudah bisa membaca Al-Qur’an, tetapi sebagian ada yang lancer dan sebagian ada yang belum lancar. Walaupun Madin ini sederhana tentunya dalam kegiatan belajar mengajar adanya suatu target yang harus dilakukan oleh para siswa. Target tersebut adalah mampu menghafal huuruf hijaiyah, serta mampu menghafal doa-doa sehari-hari, suratan pendek. Kegiatan pembelajaran ini dimulai dari pukul 15.30-17.00 dari hari senin sampai kamis.

C.    HASIL PENELITIAN
1.      Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “kan”.[1] Istilah pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Dalam wacana keislaman pendidikan lebih popular dengan istilah tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadloh, irsyad, dan tadris. Dari masing-masing istilah tersebut memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut secara bersamaan. Namun, kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang lain. Implikasinya, dalam berbagai literatur ilmu pendidikan islam, semua istilah itu terkadang digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan islam.[2]
Pengertian pendidikan islam secara terminologis, menurut Muhammad Athiyah al Abrasy, pendidikan islam adalah sebuah proses untuk mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur fikirannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan. Menurut Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam.[3]
Dari pengertian ini, pendidikan di topang dengan adanya tiga unsure pokok; Pertama, harus ada usaha yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi jasmani dan rohani secara berimbang. Kedua, adanya usaha yang dilakukan itu harus berdasarkan atas ajaran islam. Ketiga, usaha itu bertujuan agar peserta didik memiliki kepribadian utama menurut ukuran Islam.
Kesimpulannya, bahwa Pendidikan Islam merupakan proses trans-internalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, pengarahan, dan pengembangan potensi-potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat, jasmani dan rohani. Bimbingan tersebut dilakukan secara sadar dan terus menerus dengan disesuaikan fitrah dan kemampuan, baik secara individu, kelompok sehingga ia mampu menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran islam secara utuh menyelura dan komperhensif pendidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi.[4]

2.      Pengertian Problematika
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seorang, dan ada pula yang mengartikan sebagai suatu hal yang tidak mengenakan
Prayitno mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.[5]



3.      Lembaga Pendidikan Formal
Pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang melalui aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak dipandang bagaimana siswa didik mengamalkan dalam dunia nyata sehingga belajar agama sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran agama menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri. Ada lima masalah utama yang dihadapi para guru agama dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam pada sekolah yaitu:
a.       Masalah peserta didik.
Peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan tentu berasal dari latar belakang kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada siswa yang berasal dari keluarga yang taat beragama, namun ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat beragama, bahkan ada yang berasal dari keluarga yang tidak peduli dengan agama. Bagi anak didik yang kurang taat beragama atau yang tidak peduli dengan agama, perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak, maka anak didik tidak akan peduli dengan pendidikan agama, lebih parah lagi mereka menganggap remeh pendidikan agama. Sikap ini akan sangat berbahaya.


b.      Masalah lingkungan belajar
Di era perkembangan teknologi dan informasi yang tidak dicegah keberadaanya menyebabkan semua itu mempengaruhi psikologis lingkungan belajar. Pengaruh dari lingkungan belajar yang tidak kondusif ini sangat mempengaruhi minat belajar, dan menimbulkan kekhawatiran para orang tua siswa dan masyarakat terhadap pendidikan anak-anak mereka khususnya kebiasaan beragama mereka dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Masalah kompetensi guru
Dalam perspektif pendidikan agama di Sekolah, guru seringkali mengalami kendala dalam menanamkan pembiasaan ajaran islam di sekolah. Hal ini semata-mata disebabkan guru tidak memiliki kompetensi yang matang, serta juga tidak didukung oleh penguasaan konsep internalisasi keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum oleh guru-guru bidang studi lainya.
d.      Masalah metode
Sangat disayangkan bahwa masih banyak guru agama yang tidak menguasai berbagai metode pembelajaran aktif yang sebenarnya bisa dipakai dalam menyajikan pelajaran pendidikan agama. Pada kenyataanya pelajaran pendidikan agama di sekolah masih dominan menggunakan metode ceramah. Guru juga harus kreatif mengaplikasikan materi pendidikan agama sesuai dengan situasi murid.
e.       Evaluasi
Evaluasi yang baik adalah evaluasi yang dapat mengukur segi kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Kebanyakan evaluasi yang dilakukan selama ini hanyalah mengukur kognitif saja, sedang afektif dan psikomotoriknya terabaikan. Hasil evaluasi kognitif tersebut dimasukan ke dalam rapot siswa saja, maka kemungkinan akan terjadi penilaian yang kurang obyektif.

Lembaga Pendidikan Nonformal
Problematika yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah diantaranya yaitu:
a.       Tidak ada kejelasan mengenai pelajaran apa saja yang diajarkan kepada siswa-siswi pada proses belajar mengajar di Madin. Secara kurikulum, memang belum ada urutan kurikulum yang runtun secara baik yang dibuat oleh pengelola Madin.
b.      Sarana dan prasarana seperti papan tulis putih baru sebagian tersedia.
c.       Pengelolaan Madin kurang bagus, Madin bukanlah pendidikan formal jadi secara administrasi Madin ini dibilang kurang.
d.      Belum adanya penyaluran bakat siswa dalam Madin.

BAB III
PENUTUUP

A.    KESIMPULAN
Problematika pembelajaran pendidikan agama islam, dapat dilihat dari proses pembelajaran adanya beberapa muatan materi yang sulit diajarkan melalui metode-metode baru, sehingga hal ini perlu modifikasi metode konvensional dengan metode baru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam hal media pembelajaran, lemahnya kreasi anak bangsa dalam membuat media pembelajaran PAI, hal ini dibuktikan dengan jarangnya ditemukan laboratorium PAI di sekolah-sekolah atau madrasah. Ini perlu konsentrasi dari pihak pengelola pendidikan dan regulator pendidikan agama dalam hal ini kemenag untuk mendorong pemerhati pendidikan agama islam membuat media-media yang relevan denga materi PAI. Permasalahan dari segi pendidik adalah kurangnya keteladanan dalam penanaman nilai-nilai agama dan pembiasaan.

B.     SARAN
Mengatasi berbagai masalah yang dihadapi guru agama dalam kegiatan pendidikan agama di sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut, guru sebagai pilar penting dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu mendapat perhatian dari semua pihak, baik pemerintah, tokoh pendidikan serta masyarakat lainya yang bergerak di bidang pendidikan. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan agama islam, perlu adanya upaya pembinaan yang intens terhadap guru PAI untuk memberikan keteladanan bagi peserta didik dalam bersikap. Selain itu, perlu adanya pendekatan antara guru dan murid karena keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.

DATAR PUSTAKA
Ramayulis, 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Ramayulis, 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Nur Uhbiyanti, 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: C.V. Pustaka Setia
Muhaimin, 2009. Rekontruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada


[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) hlm. 1
[2] Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006) hlm. 10
[3] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), hlm. 4
[4] Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: C.V. Pustaka Setia, 1997) hlm. 75
[5] Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009) hlm 242

Tidak ada komentar:

Posting Komentar