LAPORAN
OBSERVASI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
Laporan
Observasi ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kapita
Selekta Pendidikan
Dosen
Pengampu
Rahman
Afandi,S.Ag, M.Pd
Disusun
Oleh
Romadona
Mutia Saputri (1423305258)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara
tentang pendidikan, tentunya tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan dan
pengaruhnya bagi masyarakat luas. Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap
pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,
bangsa dan negara. Namun, pendidikan sendiri tak terlepas dari berbagai
permasalahan yang menimpanya, hingga kini pendidikan islam masih saja
menghadapi permasalahan yang komplek, dari permasalahan konseptual teoritis,
hingga permasalahan operasional praktis. Tidak terselesaikannya persoalan ini
menjadikan pendidikan islam tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya, baik
secara kuanti tatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan islam terkesan
sebagai pendidikan “kelas dua”. Tidak heran jika kemudian banyak dari generasi
muslim yang justru menempuh pendidikan di lembaga pendidikan non islam.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama
Islam di madrasah
2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama
islam di TPQ
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama
islam di masyarakat
C.
Tujuan
1. Agar mengetahui pelaksanaan pendidikan
agama Islam di madrasah
2. Agar mengetahui pelaksanaan pendidikan
agama Islam di TPQ
3. Agar mengetahui pelaksanaan pendidikan
agama islam di masyarakat
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Tempat : Sambong Rt 02 Rw 03
Kec Punggeelan Kab Banjarnegara
B.
Gambaran Umum Sekolah
1. Lembaga Pendidikan Formal
a. Identitas Sekolah : Mi Muhammadiyah 1 Sambong
b. Visi : Tersiapkannya anak didik yang beriman dan betaqwa
berprestasi dan berakhlaqul karimah
c. Misi : Menciptakan generasi muda yang beriman dan bertaqwa
Melayani masyarakat dalam
pendidikan dan pengajaran
d. Ekstrakurikuler
-
Drumband
-
Rebana
-
Qiroati
2. Lembaga Pendidikan Nonformal
a. Identitas Sekolah :
TPQ An-Nur Kutawuluh
b. Visi :
Menjadikan Generasi Islami yang
beraqidah kuat, berakhlak mulia, berprestasi tinggi dan bermanfaat bagi
lingkungannya
Misi :
-
Mampu
membaca al-Quran dengan baik dan benar
-
Mampu
memahami makna ayat-ayat dalam al-Quran
-
Mampu
mengamalkan nilai-nilai mulia yang terkandung dalam al-Quran
-
Menjadikan
al-Quran sebagai pedoman hidup yang utama
c. Ekstrakurikuler : Rebana
C.
Hasil Penelitian Problematika Pendidikan Islam :
1. Lembaga Pendidikan Formal
Di Mi Muhammadiyah Sambong yaitu
a. Masih banyak siswa yang belum bisa
membaca Al Quran dikarenakan minat siswa berkurang dalam berlatih membaca
alquran sehingga masih banayak siswa yang belum bisa banyak membaca alquran
b. Terbatasnya sarana prasaran di dalam madrasah karena
rendahnya output pendidikan itu sendiri, sebab di era globalisasi ini
diperlukan tranformasi pendidikan teknologi yang membutuhkan sarana prasarana
yang sangat komplek.
c. Kurangnya tenaga pengajar yang
professional
d. Faktor lingkungan masyarakat adalah
lingkungan yang terdapat diluar rumah dan diluar sekolah yang merupakan ke III
dari tripusat pendidikan. Lingkungan ini berpengaruh pada proses belajar anak,
sebab lingkungan masyarakat turut mempengaruhi sikap dan perilaku anak,
termasuk kegiatan belajarnya
e. Faktor lingkungan sekolah merupakan
salah satu factor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar anak, yang juga
sebagai tempat pembinaan anak setelah keluarga dan mempunyai tanggung jawab
pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga.
Faktor-faktor yang dapat menghambat
proses pendidikan berpangkal dari sekolah adalah cara guru memberikan pelajaran
dan kurangnya bahan bacaan atau buku.
2. Lembaga Pendidikan Nonformal
Permasalahan yang ada di TPQ An-nur yaitu
a. Tidak ada kejelasan mengenai pelajaran
apa saja yang diajarkan kepada siswa siswi pada proses belajar mengajar di TPQ.
Secara kurikulum, memang belum ada urutan kurikulum yang runtun secara baik
yang dibuat oleh pengelola TPQ.
b. Sarana dan prasarana seperti papan tulis
dan white board belum terserdia
c. Pengelolaan TPQ kurang bagus, TPQ
bukanlah pendidikan formal, tetapi secara administrasi TPQ ini dibilang
sangatlah kurang,
d. Belum adanya penyaluran bakat siswa
dalam TPQ.
A.
Problematika
Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa Akan Datang
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pakar pendidikan Islam DR. Muhammad
S.A Ibrahimy (Bangladesh) mengungkapkan pengertian pendidikan islam yaitu napas
keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elane vitale yang menggerakan
perilaku yang diperkokoh dengan ilmu pengetahuan yang luas, sehingga ia mampu
memberikan jawaban yang tepat dan berguna terhadap tantangan perkembangan ilmu
dan teknologi. Karena itu pendidikan Islam memiliki ruang lingkup yang
berubah-ubah menurut waktu yang berbeda-beda. Ia bersikap lentur terhadap
perkembangan kebutuhan umat manusia dan waktu kewaktu.
Dengan demikian,apa yang kita kenal
dengan Pendidikan Agama Islam di negeri kita merupakan bagian dari pendidikan agama Islam. Tujuan
utama dari pendidikan islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak didik
dengan nilai-nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam.
Sehingga ia mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan
agama.
2. Sistem Pendekatan dan Orientasi
Pendekatan pendidikan Islam
memandang bahwa kebenaran Islam yang mutlak pasti mampu mengalahkan kebatilan
yang merajalela di luar kehidupan Islam.
Efektivitas dan efisiensi
pendidikan Islam menuntut kita untuk menerapkan berbagai rekayasa dan rekadaya
yang didasari oleh ilmu pengetahuan teoretis dan praktis sesuai dengan sasaran
yang digarap.
Tugas pendidikan Islsm dalam proses
pencapaian tujuaanya tidak lagi menghadapi problema kehidupan yang simplisistis
melainkan sangat kompleks. Akibat permintaan yang bertambah (rising demand)
manusia semakin kompleks pula, hidup kejiwaannya semakin tidak mudah jiwa
manusia itu diberi napas agama.
3. Pelembagaan Proses Kependidikan Islam
Pendidikan Islam yang
berlangsung melalui proses operasional
menuju tujuannya memerlukan model dan sistem yang konsisten yang dapat
mendukung nilai-nilai moral spiritual yang melandasinya.
Kelembagaan Pendidikan Islam
merupakan subsistem dari sistem masyarakat atau bangsa. Dalam
operasionalisasinya selalu mengacu dan tanggap kepada kebutuhan perkembangan
masyarakat. Tanpa sikap demikian, lembaga pendidikan kita dapat menimbulkan
kesenjangan sosial dan kultural. Kesenjangan inilah yang menjadi salah satu
sumber konflik antara pendidikan dan masyarakat . Dari sanalah timbul krisis
pendidikan yang intesitasnya berbeda-beda menurut tingkat atau taraf rising
demands masyarakat.
Untuk mengetahui adanya kesenjangan
antara lembaga pendidikan dan masyarakat
yang berkenaan dengan kebutuhan yang
meningkat ialah dengan melakukan assessment.
4. Perencanaan dan Model-Model Pendidikan
Islam
Pendidikan beserta kelembagaanya
sering mengalami inovasi dan peka terhadap perubahan social. Perencanaan
pendidikan harus dimulai dari identifikasi kebutuhan, yaitu kebutuhan
perkembangan anak didik seirama dengan
perkembangan masyarakat .
Kebutuhan pendidikan biasanya diukur dari
adanya kesenjangan antara das
sein dengan das sollen dari hasil yang dicapai dengan hasil yang seharusnya
dicapai.
Dalam sejarah perkembangan Islam
pada periode awal, pendidikan Islam yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Adalah pemenuhan kebutuhan manusia untuk
bebas dari belenggu akidah yang sesat dianut oleh kelompok elitis Quraisy dan yang dijadikan sarana
mental untuk melestarikan kekuasaan penindasan terhadap orang dari kelompok
lain yang dipandang rendah rendah derajatnya, katakanlah rakyat jembel.
Kebutuhan pendidikan yang prioritas dalam pendidikan Islam masa itu adalah
penanaman dan penumbuhan akidah tauhid yang berproses selama 10 tahun periode
Mekah.
B. Isu-isu Pendiddikan Islam di Indonesia
1. Pendidikan Islam Pada Sekolah Umum
Dalam Konteks
ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan Islam,karena bagaimanapun pendidikan Islam merupakan
bagian dari sistem pendidikan nasional,sekalipun dalam kehidupan bangsa
Indonesia tampak sekali terbedakan eksistensinya secara srtuktural.
Sebagai Pendidikan yang berlebel Agama,
maka pendidikan Islam memiliki transmisi spiritual yang lebih nyata dalam
proses pengajarannya disbanding dengan pendidikan umum,sekalipun lembaga ini
memiliki muatan serupa.
Antara ilmu
pengetehauan dan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan
masyarakat Islam, serta tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani
dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang
dicerna melalui proses pendiddikan.
Pendidikan Islam
tidak menghendaki terjadinya dikotomi keilmuan, sebab dengan adanya sistem
dikotomi menyebabkan sistem pendidikan Islam menjadi sekularistis,
rasionalistis empiris, intuitif dan materialistis. Keadaan yang demikian tidak
mendukung tata kehidupan umat yang mampu melahirkan peradaban Islam. Dan memang
didalam Islam tidak mengenal adanya pemilahan dan perbedaan bahkan pemisahan
antara ilmu pengetahuan yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu agama.
Realitas
membuktikan bahwa pendidikan agama Islam
dan pendidikan umum selama ini sering diberikan batasan pengertian
sebagai berikut :
a. Pendidikan agama yaitu penyelengaraan
pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran agama,sedang pendidikan
umum yaitu penyelengaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran
umum.
b. Pendidikan agama sebagai lembaga
pendidikan pada madrasah atau sejenisnya, sedangkan pendidikan umum sebagai
lembaga pendidikan umum seperti SD, SMP, SMA dan sejenisnya.
Kenyataan
tersebut semakin tampak dengan keberadaan departemen yang membina, yaitu
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk lembaga Pendidikan Umum,
dan departemen Agama (Depag) untuk lembaga pendidikan agama atau madrasah dan
sejenisnya.
Dalam Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 1 disebutkan;
Pendidikan Dasar
adalah Pendidikan umum yang lamanya 9 tahun, diselenggarakan selama 6 tahun di
sekolah dasar (SD) dan 3 tahun di SMP
atau satuan pendidikan yang sederajat . Sedangkan pada pasal 3 ayat 3
disebutkan ; SD dan SLTP yang berciri khas agama Islam yang
diselenggarakan oleh Departemen Agama
masing-masing disebut Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah
(MTS).
C.
Pendidikan Islam Dalam Hubungannya Dengan Iptek
Kemajuan
teknologi dalam tiga dasawarsa ini telah menampakan pengaruhnya pada setiap dan
semua kehidupan individu, masyarakat dan negara. Dapat dikatakan bahwa tidak
ada orang yang tidak dapat mengelakan dirinya dari pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi , iptek bukan saja dirasakan oleh individu, akan
tetapi dirasakan pula oleh masyarakat bangsa dan negara.
Sekarang
yang menjadi persoalan sekaligus pertanyaan bagi kita tentunya adalah bagaimana
dengan eksistensi pendidikan islam dalam menghadapi arus perkembangan Iptek
yang sangat pesat tersebut . Bagaimanapun tampaknya pendidikan islam (terutama
lembaganya) dituntut untuk mampu mengadaptasi kan dirinya dengan kondisi yang
ada. Disamping dapat mengadaptasikan dirinya, pendidikan islam juga dituntut
untuk menguasai Iptek, dan kalau perlu merebutnya.
Strategi
pendidikan islam dalam menghadapi tantangan modernisasi berkat kemajuan Iptek
itu mencakup ruang lingkup:
a. Motivasi kreatifitas anak didik kea rah
pengembangan Iptek itu sendiri di mana nilai-nilai islami menjadi sumber
acuannya.
b. Mendidik keterampilan , memanfaatkan
produk Iptek bagi kesehjateraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya.
c. Menciptakan jalinan yang kuat antara
ajaran agama dan Iptek, dan hubungan yang akarab dengan para ilmuwan yang
memegang otoritas Iptek dalam bidang masing-masing.
d. Menamkan sikap dan wawasan yang luas
terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan
menginterpretasikan ajaran agama pada sumber-sumbernya yang murni dan
kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.
Jadi
kesanalah pendidikan islam harus diarahkan, agar pendidikan islam tidak hanyut
terbawa arus modernisasi dan kemajuan Iptek. Kendatipun demikian,pendidikan
islam tentu saja tidak boleh leper dari idealitas al-Quran dan Sunnah yang
berorientasikan kepada hubungan manusia dengan tuhan (hablumminallah) dan
hubungan manusia dengan sesamanya (hablumminannas) dan dengan alam sekitar.
2. Perencanaan Program Pendidikan Islam
Dalam konteksnya
dengan Iptek ini, Pendidikan islam diharapkan berulangkali memberikan semacam
kegiatan yang bersifat sensasional yang menggugah sikap dan persepsi para
pecinta dan pengelola iptek atau prang yang berkecimpung di dalamnya,agar
mengarahkan penggunaan proses dan produk mereka kepada kesehjateraan hidup
manusia seluruhnya. Hal ini dikarenakan Iptek itu sendiri adalah bersifat
netral.
3. Dampak Kemajuan Iptek Terhadap
Pendidikan Islam
Mengingat
kekhawatiran akan pengaruh jangka panjang dari kemajuan Iptek yang melampaui
batas, pendidikan islam harus bertindak untuk mencegah bahaya-bahaya yang
menyertai kemajuan tersebut. Pendidikan islam dituntut untuk mampu menciptakan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermuara pada nilai-nilai islam.
Ummat islam saat ini, secara umum
terjebak dalam suatu kondisi yang tidak menguntungkan. Ide modernisasi yang
dipahami bersumber dari barat telah melahirkan sejumlah perubahan social yang revolusi oner dengan segala
konsekuensinya yang tidak dapat dielakan. Sementara itu, secara konsepsional
ummat islam belum memiliki kesiapan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang
cepat, mengendalikan dan memanfaatkannya.
4. Misi yang Dikembangkan Pendidikan Islam
Di dalam proses
pembudayaan manusia, keberadaan pendidikan mutlak diperlukan. Bukan saja karena
ia merupakan produk sejarah dan masyarakat, melainkan saja karena peranannya
yang asasi dalam pembentukan hari depan. Pendidikan islam mempunyai tanggung
jawab membantu setiap pribadi muslim utnuk merealisasikan misi hidupnya,seperti
yang digariskan Allah swt seperti berikut:
a. Hamba Allah yang hanya ingin mngabdi
kepadanya (QS. Adz-Dzariat;56)
b. Membebaskan diri dari api siksa neraka
(QS. At-Tahrim;6)
c. Memiliki keselarasan dan keseimbangan
hidup dunia dan akhirat (QS. Al-Qashas;77)
d. Satu-satunya makhluk pemegang amanah
Allah untuk memelihara, mengelola dan memanfaatkannya alam semseta bagi
kesehjahteraanya. (QS. Al-Baqarah;50)
e. Membentuk pribadi yang memiliki dasar
iman yang kuat serta wawasan keilmuan yang luas (QS. Al-fath; 11)
D.
Pendidikan Islam dan Krisis Kesadaran Ekologi
Abad
21 merupakan abad modern ketika perkembangan masyarakat ditandai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di semua sektor. Modal intelektual merupakan hal
penting dalam abad 21. Pada abad ini, manusia yang dapat mengembangkan
intelektualnya merupakan manusia yang dapat mengembangkan inovasi.
Abad
21 ditandai pula dengan semakin kukuhnya filsafat hidup positvisme-materialisme
dan gaya hiudp ekonomi kapitalisitk. Artinya, tingkah laku manusia memiliki
kecenderungan memperoleh kekayaan material semaksimal mungkin yang ditempuh
melalui jalan manapun.
Banyak
perubahan yang terjadi yang merupakan hasil dari ulah manusia sebagai ulah
budaya dan bukan karena apa yang diberikan alam kepada manusia. Perusakan
lingkungan eksploitasi alam yang tanpa batas, memiliki risiko yang sangat besar
dimasa depan yangb banyak di anggap sebagai hasil perubahan alamiah.
E. Reformulasi Epistemologi dan
Metodologi Pendidikan Islam
1. Posisi Ilmu dalam Pendidikan Islam
Objek utama
dalam pendidikan Islam adalah ilmu, pengalaman dan kteladanan. Sementara
manusia adalah subjek yang mencerna dan mengembangkan ilmu, mengasah pengalaman
dan mempraktikan dalam kehidupan. Ilmu
merupakan pancaran cahaya kehidupan manusia yang dapat menerangi dan
mengarahkan jalan hidupnya kearah yang lurus.
Selama ini oleh mayoritas orang
memandang bahwa ketiga corak ilmu tersebut,yakni ilmu alam, social dan
humaniora adalah ilmu yang digolongkan sebagai ilmu umum. Sedangkan ilmu agama
(islam) adalah ilmu yang meliputi
al-quran,hadits,fiqih,aqidah akhlak,tarikh (sejarah Islam), dan bahasa Arab.
Kegiatan pendidikan atau mencari
ilmu harus dimulai dari pendidikan pribadi atau keluarga, lembaga sekolah, dan
masyarakat. Ketiganya harus terjalin harus terjalin dan berlangsung secara
terpadu, selaras, serasi, seimbang, dan harmonis. Pendidikan tidak akan
berfungsi dengan baik bila hanya berjalan parsial dan tidak menyeluruh.
Karenanya dibutuhkan pengelolaan secara integrative dengan memadukan semua
unsur yang mendukungnya. Dari sinilah pendidikan akan menghasilkan sosok
pribadi yang tangguh.
Selain pembentukamn sosok pribadi
diatas, tujuan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia berjiwa tauhid (berkedalaman spiritual), beramal shalih
(berbuat dengan ilmunya), ulil albab (pemikir, ahli dzikir dan amal shaleh),
serta berakhlak mulia.
2.
Problem Epistemologi dan Metodologi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam
seringkali dikesankan sebagai pendidikan yang tradisioanal dan konservatif. Hal
itu wajar karena orang memandang bahwa kegiatan pendidikan islam dihinggapi
oleh lemahnya penggunaan metodologis pembelajaran yang cenderung tidak menarik
perhatian dan memberdayakan. Jika problem tersebut tidak segera ditanggapi
secara serius dan berkelanjutan, maka peran pendidikan islam akan kehilangan
daya tariknya.
Konstruksi epistemologis yang
bergerak inilah yang membutuhkan corak pemikiran dan mentalitas yang kreatif,
inovatif positif sperti yang diisyaratkan Fazlur Rahman. Sehingga secara aktif
konstruktif akan selalu berupaya dan berusaha membangun kerangka metodologis
baru, karena tidak puas dengan anomaly-anomali yang melekat pada kerangka
metodologis yang selama ini telah berjalan secara konvesional tardisonal.
Dalam tahapan pendidikan islam
dikenal tiga dominan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Tahapan pertama
adalah mentransfer atau memberikan ilmu agama sebanyak-banyaknya kepada anak
didik.
Selanjutnya
tahapan yang hendak dicapai oleh pendidikan islam ialah aspek psikomotorik.
Aspek ini lebih menekankan kemampuan anak didik untuk dapat menumbuhkan
motivasi dalam diri sendiri sehingga dapat menggerakan , menjalankan dan
mentaati nilai-nilai dasar agama yang telah terinteralisasi dalam dirinya dalam
tahapan kedua. Keberhasilan pendidikan islam harus tercermin pada tindakan
individu dan tindakan social yang konkrit dalam kehidupan individu,keluarga dan
masyarakat.
F.
Pemberdayaan dan Tantangan Pendidikan Islam
Pemeberdayaan
merupakan suatu proses yang berupaya mengembangkan kemampuan seorang atau
sekelompok orang untuk berusaha bertrindak dan berbuat demi mempertahankan
hak-haknya yang harus diperoleh secara adil sesuai fitrah manusiawinya.
Dengan
demikian, maka pemberdayaan memuat nuansa ambisi yang lebih menjurus pada upaya
memberikan peluang peningkatan kualitas hidup seorang atau sekelompok orang
untuk beranjak dari kualitas sebelumnya, sesuai hak-haknya dengan adil dan
proposional. Untuk itu, maka pemberdayaan mempunyai jangkauan dan cakupan yang
cukup luas untuk bisa dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan, seperti bidang
pendidikan, ekonomi, politik dan bahkan kebudayaan
Apapun
pilihan kita tentang apa yang dapat disebutkan atau dinyatakan sebagai
pendidikan islam sebagaimana tersebut diatas, sejak beberapa tahun silam dan
hingga sekarang, keduanya mengalami dinamika dan persoalannya sendiri-sendiri.
Untuk
pendidikan islam sebagai proses pembelajaran dan dapat ditemukan diberbagai
lembaga pendidikan, posisinya mengalami kegoncangan kualitas karena didalam
masyarakat telah terjadi
keterkejutan-keterkejutan budaya
yang tidak terimbangi oleh perbaikan
sistem dan proses pembelajarannya.
Dalam
kaitan dengan hal tersebut, kebanyakan para ahli berpendapat bahwa pendidikan
islam dalam arti proses, keberhasilannya akan sangat ditunjang atau ditentukan
oleh adanya apa yang disebut aspek
afektif dan psikomotor.
Realita
ini memberikan gambaran keapada semua orang bahwa pendidikan islam proses,
lebih besar kecenderungan memberikan kegagalan mencapai target dan sasaran
penanaman serta pemantapan moral anak didik atas dasar nilai ajaran agama.
Pendidikan
islam sebagai lembaga dan proses pada umumnya mengalami hambatan-hambatan
pokok, termasuk seperti penerapan politik pendidikan yang cenderung membedakan
haknya, persoalan dikhotomi ilmu pengetahuan yang juga belum selesai sistem dan
managemenya dinilai berkualitas rendah dan sampai pada iamge masyarakat yang
memberi penilaian secara subyektif
terhadap keberadaanya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lembaga
Pendidikan Islam dan masyarakat merupakan dua jenis lingkungan yang berbeda
namun tidak dapat dipisahkan bahkan saling membutuhkan dalam pertumbuhan serta
perkembangannya, dengan demikian, masa sekolah tidak bisa menjadi lembaga yang
eksklusif dan memisahkan diri dari lingkungan masyarakat,dan semakin tinggi
tingkat perhatian masyarakat terhadap lembaga pendidikan terkait maka akan
semakin besar pula peluang sekolah untuk mempertahankan peluang eksistensinya
demikian sebaliknya.
Hubungan sekolah
dan masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas serta dinamika kedua
belah pihak sehingga hubungan tersebut bersifat aktif dan dinamis, sehingga
pada gilirannya prinsif transparansi yang dilakukan oleh keduanya akan mengarah
pada profesionalisasi pengolahan kelembagaan yang senantiasa membawa kearah
perubahan yang inovatif sehingga akan berdampak pada peningkatan mutu
kelembagaan secara total.
B.
Saran
1. Lembaga Pendidikan Formal
Siswa harus belajar membaca
al-Quran tidak hanya di lingkungan madrasah tetapi juga di rumah, dan guru
harus memberi jam tambahan untuk belajar membaca al-Quran dan Lembaga
pendidikan harus lebih memperhatikan kondisi madrasah yang masih terbatasnya
sarana prasarana yang ada di madrasah.
2. Lembaga Pendidikan Nonformal
Mngenai masalah sarana prasarana yang
belum ada untuk menunjang proses belajar mengajar di TPQ, hendaknya
pengadministrasian TPQ haruslah diklola dengan baik. Walaupun ini forum yang
belum besar, tapi hendaknya berusaha agar bisa melakukan hal yang terbaik untuk
TPQ. Agar tujuan TPQ tersebut berjalan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Muzayyin.2003.
Kapita Selekta Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah
.1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
S.Lestari,Ngatini.2010.
Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujtahid.2011.
Reformasi Pendidikan Islam.Malang: Uin Maliki Press.
Muslih
Usa. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial.Yogyakarta: Aditya Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar