Selasa, 02 Mei 2017

1423305258 Romadona Mutia Saputri (MI Muhammadiyah 1 Sambong dan TPQ An Nur Kuta)



LAPORAN OBSERVASI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
Laporan Observasi ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kapita Selekta Pendidikan
Dosen Pengampu
Rahman Afandi,S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh
Romadona Mutia Saputri (1423305258)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2017





BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak dapat dipisahkan dari peran pendidikan dan pengaruhnya bagi masyarakat luas. Peran pendidikan sangat penting  dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia.  Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Namun, pendidikan sendiri tak terlepas dari berbagai permasalahan yang menimpanya, hingga kini pendidikan islam masih saja menghadapi permasalahan yang komplek, dari permasalahan konseptual teoritis, hingga permasalahan operasional praktis. Tidak terselesaikannya persoalan ini menjadikan pendidikan islam tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya, baik secara kuanti tatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan islam terkesan sebagai pendidikan “kelas dua”. Tidak heran jika kemudian banyak dari generasi muslim yang justru menempuh pendidikan di lembaga pendidikan non islam.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di madrasah
2.      Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama islam di TPQ
3.      Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama islam di masyarakat

C.    Tujuan

1.      Agar mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di madrasah
2.      Agar mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di TPQ
3.      Agar mengetahui pelaksanaan pendidikan agama islam di masyarakat










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1.      Tempat                        : Sambong Rt 02 Rw 03 Kec Punggeelan Kab Banjarnegara

B.     Gambaran Umum Sekolah

1.      Lembaga Pendidikan Formal
a.       Identitas Sekolah        : Mi Muhammadiyah 1 Sambong
b.      Visi                              : Tersiapkannya  anak didik yang beriman dan betaqwa berprestasi dan berakhlaqul karimah
c.        Misi                            : Menciptakan generasi muda yang beriman dan bertaqwa
Melayani masyarakat dalam pendidikan dan pengajaran
d.      Ekstrakurikuler
-          Drumband
-          Rebana
-          Qiroati

2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
a.       Identitas Sekolah     :  TPQ An-Nur Kutawuluh
b.      Visi                          :
Menjadikan Generasi Islami yang beraqidah kuat, berakhlak mulia, berprestasi tinggi dan bermanfaat bagi lingkungannya
 Misi                         :
-          Mampu membaca al-Quran dengan baik dan benar
-          Mampu memahami makna ayat-ayat dalam al-Quran
-          Mampu mengamalkan nilai-nilai mulia yang terkandung dalam al-Quran
-          Menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup yang utama
c.       Ekstrakurikuler        : Rebana

C.    Hasil Penelitian Problematika Pendidikan Islam :

1.     Lembaga Pendidikan Formal
Di Mi Muhammadiyah Sambong yaitu
a.       Masih banyak siswa yang belum bisa membaca Al Quran dikarenakan minat siswa berkurang dalam berlatih membaca alquran sehingga masih banayak siswa yang belum bisa banyak membaca alquran
b.      Terbatasnya  sarana prasaran di dalam madrasah karena rendahnya output pendidikan itu sendiri, sebab di era globalisasi ini diperlukan tranformasi pendidikan teknologi yang membutuhkan sarana prasarana yang sangat komplek.
c.       Kurangnya tenaga pengajar yang professional
d.      Faktor lingkungan masyarakat adalah lingkungan yang terdapat diluar rumah dan diluar sekolah yang merupakan ke III dari tripusat pendidikan. Lingkungan ini berpengaruh pada proses belajar anak, sebab lingkungan masyarakat turut mempengaruhi sikap dan perilaku anak, termasuk kegiatan belajarnya
e.       Faktor lingkungan sekolah merupakan salah satu factor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar anak, yang juga sebagai tempat pembinaan anak setelah keluarga dan mempunyai tanggung jawab pendidikan berdasarkan kepercayaan keluarga.
Faktor-faktor yang dapat menghambat proses pendidikan berpangkal dari sekolah adalah cara guru memberikan pelajaran dan kurangnya bahan bacaan atau buku.

2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
Permasalahan yang ada di TPQ  An-nur yaitu
a.       Tidak ada kejelasan mengenai pelajaran apa saja yang diajarkan kepada siswa siswi pada proses belajar mengajar di TPQ. Secara kurikulum, memang belum ada urutan kurikulum yang runtun secara baik yang dibuat oleh pengelola TPQ.
b.      Sarana dan prasarana seperti papan tulis dan white board belum terserdia
c.       Pengelolaan TPQ kurang bagus, TPQ bukanlah pendidikan formal, tetapi secara administrasi TPQ ini dibilang sangatlah kurang,
d.      Belum adanya penyaluran bakat siswa dalam TPQ.

A.    Problematika  Pendidikan  Islam  Masa Kini dan Masa Akan Datang

1.      Pengertian Pendidikan Islam

Pakar pendidikan Islam DR. Muhammad S.A Ibrahimy (Bangladesh) mengungkapkan pengertian pendidikan islam yaitu napas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elane vitale yang menggerakan perilaku yang diperkokoh dengan ilmu pengetahuan yang luas, sehingga ia mampu memberikan jawaban yang tepat dan berguna terhadap tantangan perkembangan ilmu dan teknologi. Karena itu pendidikan Islam memiliki ruang lingkup yang berubah-ubah menurut waktu yang berbeda-beda. Ia bersikap lentur terhadap perkembangan kebutuhan umat manusia dan waktu kewaktu.
Dengan demikian,apa yang kita kenal dengan Pendidikan Agama Islam di negeri kita merupakan  bagian dari pendidikan agama Islam. Tujuan utama dari pendidikan islam adalah membina dan mendasari kehidupan anak  didik  dengan nilai-nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam. Sehingga ia mampu mengamalkan syariat Islam secara benar sesuai pengetahuan agama.

2.      Sistem Pendekatan dan Orientasi

Pendekatan pendidikan Islam memandang bahwa kebenaran Islam yang mutlak pasti mampu mengalahkan kebatilan yang merajalela di luar kehidupan Islam.
Efektivitas dan efisiensi pendidikan Islam menuntut kita untuk menerapkan berbagai rekayasa dan rekadaya yang didasari oleh ilmu pengetahuan teoretis dan praktis sesuai dengan sasaran yang digarap.
Tugas pendidikan Islsm dalam proses pencapaian tujuaanya tidak lagi menghadapi problema kehidupan yang simplisistis melainkan sangat kompleks. Akibat permintaan yang bertambah (rising demand) manusia semakin kompleks pula, hidup kejiwaannya semakin tidak mudah jiwa manusia itu diberi napas agama.
3.      Pelembagaan Proses Kependidikan Islam
Pendidikan Islam yang berlangsung  melalui proses operasional menuju tujuannya memerlukan model dan sistem yang konsisten yang dapat mendukung nilai-nilai moral spiritual yang melandasinya.
Kelembagaan Pendidikan Islam merupakan subsistem dari sistem masyarakat atau bangsa. Dalam operasionalisasinya selalu mengacu dan tanggap kepada kebutuhan perkembangan masyarakat. Tanpa sikap demikian, lembaga pendidikan kita dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan kultural. Kesenjangan inilah yang menjadi salah satu sumber konflik antara pendidikan dan masyarakat . Dari sanalah timbul krisis pendidikan yang intesitasnya berbeda-beda menurut tingkat atau taraf rising demands masyarakat.
Untuk mengetahui adanya kesenjangan antara lembaga  pendidikan dan masyarakat yang berkenaan dengan kebutuhan  yang meningkat ialah dengan melakukan assessment.
4.      Perencanaan dan Model-Model Pendidikan Islam
Pendidikan beserta kelembagaanya sering mengalami inovasi dan peka terhadap perubahan social. Perencanaan pendidikan harus dimulai dari identifikasi kebutuhan, yaitu kebutuhan perkembangan anak didik seirama  dengan perkembangan masyarakat .
Kebutuhan pendidikan biasanya  diukur dari  adanya kesenjangan  antara das sein dengan das sollen dari hasil yang dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai.
Dalam sejarah perkembangan Islam pada periode awal, pendidikan Islam yang diajarkan Nabi Muhammad  saw. Adalah pemenuhan kebutuhan manusia untuk bebas dari belenggu akidah yang sesat dianut oleh kelompok  elitis Quraisy dan yang dijadikan sarana mental untuk melestarikan kekuasaan penindasan terhadap orang dari kelompok lain yang dipandang rendah rendah derajatnya, katakanlah rakyat jembel. Kebutuhan pendidikan yang prioritas dalam pendidikan Islam masa itu adalah penanaman dan penumbuhan akidah tauhid yang berproses selama 10 tahun periode Mekah.

B.     Isu-isu Pendiddikan Islam di Indonesia

1.      Pendidikan Islam Pada Sekolah Umum

Dalam Konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan Islam,karena  bagaimanapun pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional,sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali terbedakan eksistensinya secara srtuktural.
Sebagai Pendidikan yang berlebel Agama, maka pendidikan Islam memiliki transmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya disbanding dengan pendidikan umum,sekalipun lembaga ini memiliki muatan serupa.

Antara ilmu pengetehauan dan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masyarakat Islam, serta tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses pendiddikan.

Pendidikan Islam tidak menghendaki terjadinya dikotomi keilmuan, sebab dengan adanya sistem dikotomi menyebabkan sistem pendidikan Islam menjadi sekularistis, rasionalistis empiris, intuitif dan materialistis. Keadaan yang demikian tidak mendukung tata kehidupan umat yang mampu melahirkan peradaban Islam. Dan memang didalam Islam tidak mengenal adanya pemilahan dan perbedaan bahkan pemisahan antara ilmu pengetahuan yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu agama.

Realitas membuktikan bahwa pendidikan agama Islam  dan pendidikan umum selama ini sering diberikan batasan pengertian sebagai berikut :
a.       Pendidikan agama yaitu penyelengaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran agama,sedang pendidikan umum yaitu penyelengaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran umum.
b.      Pendidikan agama sebagai lembaga pendidikan pada madrasah atau sejenisnya, sedangkan pendidikan umum sebagai lembaga pendidikan umum seperti SD, SMP, SMA dan sejenisnya.


Kenyataan tersebut semakin tampak dengan keberadaan departemen yang membina, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk lembaga Pendidikan Umum, dan departemen Agama (Depag) untuk lembaga pendidikan agama atau madrasah dan sejenisnya.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal  1 disebutkan;

Pendidikan Dasar adalah Pendidikan umum yang lamanya 9 tahun, diselenggarakan selama 6 tahun di sekolah dasar (SD) dan 3 tahun di SMP  atau satuan pendidikan yang sederajat . Sedangkan pada pasal 3 ayat 3 disebutkan ; SD dan SLTP yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan  oleh Departemen Agama masing-masing  disebut Madrasah Ibtidaiyah  (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS).

C.    Pendidikan Islam Dalam Hubungannya Dengan Iptek

Kemajuan teknologi dalam tiga dasawarsa ini telah menampakan pengaruhnya pada setiap dan semua kehidupan individu, masyarakat dan negara. Dapat dikatakan bahwa tidak ada orang yang tidak dapat mengelakan dirinya dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi , iptek bukan saja dirasakan oleh individu, akan tetapi dirasakan pula oleh masyarakat bangsa dan negara.

Sekarang yang menjadi persoalan sekaligus pertanyaan bagi kita tentunya adalah bagaimana dengan eksistensi pendidikan islam dalam menghadapi arus perkembangan Iptek yang sangat pesat tersebut . Bagaimanapun tampaknya pendidikan islam (terutama lembaganya) dituntut untuk mampu mengadaptasi kan dirinya dengan kondisi yang ada. Disamping dapat mengadaptasikan dirinya, pendidikan islam juga dituntut untuk menguasai Iptek, dan kalau perlu merebutnya.

Strategi pendidikan islam dalam menghadapi tantangan modernisasi berkat kemajuan Iptek itu mencakup ruang lingkup:

a.       Motivasi kreatifitas anak didik kea rah pengembangan Iptek itu sendiri di mana nilai-nilai islami menjadi sumber acuannya.
b.      Mendidik keterampilan , memanfaatkan produk Iptek bagi kesehjateraan hidup umat manusia pada umumnya  dan umat islam pada khususnya.
c.       Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan Iptek, dan hubungan yang akarab dengan para ilmuwan yang memegang otoritas Iptek dalam bidang masing-masing.
d.      Menamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterpretasikan ajaran agama pada sumber-sumbernya yang murni dan kontekstual dengan masa depan kehidupan manusia.

Jadi kesanalah pendidikan islam harus diarahkan, agar pendidikan islam tidak hanyut terbawa arus modernisasi dan kemajuan Iptek. Kendatipun demikian,pendidikan islam tentu saja tidak boleh leper dari idealitas al-Quran dan Sunnah yang berorientasikan kepada hubungan manusia dengan tuhan (hablumminallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablumminannas) dan dengan alam sekitar.

2.      Perencanaan Program Pendidikan Islam

Dalam konteksnya dengan Iptek ini, Pendidikan islam diharapkan berulangkali memberikan semacam kegiatan yang bersifat sensasional yang menggugah sikap dan persepsi para pecinta dan pengelola iptek atau prang yang berkecimpung di dalamnya,agar mengarahkan penggunaan proses dan produk mereka kepada kesehjateraan hidup manusia seluruhnya. Hal ini dikarenakan Iptek itu sendiri adalah bersifat netral.

3.      Dampak Kemajuan Iptek Terhadap Pendidikan Islam

Mengingat kekhawatiran akan pengaruh jangka panjang dari kemajuan Iptek yang melampaui batas, pendidikan islam harus bertindak untuk mencegah bahaya-bahaya yang menyertai kemajuan tersebut. Pendidikan islam dituntut untuk mampu menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermuara pada nilai-nilai islam.
Ummat islam saat ini, secara umum terjebak dalam suatu kondisi yang tidak menguntungkan. Ide modernisasi yang dipahami bersumber dari barat telah melahirkan sejumlah perubahan social  yang revolusi oner dengan segala konsekuensinya yang tidak dapat dielakan. Sementara itu, secara konsepsional ummat islam belum memiliki kesiapan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang cepat, mengendalikan dan memanfaatkannya.

4.      Misi yang Dikembangkan Pendidikan Islam

Di dalam proses pembudayaan manusia, keberadaan pendidikan mutlak diperlukan. Bukan saja karena ia merupakan produk sejarah dan masyarakat, melainkan saja karena peranannya yang asasi dalam pembentukan hari depan. Pendidikan islam mempunyai tanggung jawab membantu setiap pribadi muslim utnuk merealisasikan misi hidupnya,seperti yang digariskan Allah swt seperti berikut:

a.       Hamba Allah yang hanya ingin mngabdi kepadanya (QS. Adz-Dzariat;56)
b.      Membebaskan diri dari api siksa neraka (QS. At-Tahrim;6)
c.       Memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup dunia dan akhirat (QS. Al-Qashas;77)
d.      Satu-satunya makhluk pemegang amanah Allah untuk memelihara, mengelola dan memanfaatkannya alam semseta bagi kesehjahteraanya. (QS. Al-Baqarah;50)
e.       Membentuk pribadi yang memiliki dasar iman yang kuat serta wawasan keilmuan yang luas (QS. Al-fath; 11)

D.    Pendidikan Islam dan Krisis Kesadaran Ekologi

Abad 21 merupakan abad modern ketika perkembangan masyarakat ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di semua sektor. Modal intelektual merupakan hal penting dalam abad 21. Pada abad ini, manusia yang dapat mengembangkan intelektualnya merupakan manusia yang dapat mengembangkan inovasi.

Abad 21 ditandai pula dengan semakin kukuhnya filsafat hidup positvisme-materialisme dan gaya hiudp ekonomi kapitalisitk. Artinya, tingkah laku manusia memiliki kecenderungan memperoleh kekayaan material semaksimal mungkin yang ditempuh melalui jalan manapun.
Banyak perubahan yang terjadi yang merupakan hasil dari ulah manusia sebagai ulah budaya dan bukan karena apa yang diberikan alam kepada manusia. Perusakan lingkungan eksploitasi alam yang tanpa batas, memiliki risiko yang sangat besar dimasa depan yangb banyak di anggap sebagai hasil perubahan alamiah.

E.     Reformulasi Epistemologi dan Metodologi  Pendidikan Islam

1.      Posisi Ilmu dalam Pendidikan Islam

Objek utama dalam pendidikan Islam adalah ilmu, pengalaman dan kteladanan. Sementara manusia adalah subjek yang mencerna dan mengembangkan ilmu, mengasah pengalaman dan mempraktikan  dalam kehidupan. Ilmu merupakan pancaran cahaya kehidupan manusia yang dapat menerangi dan mengarahkan jalan hidupnya kearah yang lurus.
Selama ini oleh mayoritas orang memandang bahwa ketiga corak ilmu tersebut,yakni ilmu alam, social dan humaniora adalah ilmu yang digolongkan sebagai ilmu umum. Sedangkan ilmu agama
(islam) adalah ilmu yang meliputi al-quran,hadits,fiqih,aqidah akhlak,tarikh (sejarah Islam), dan bahasa Arab.
Kegiatan pendidikan atau mencari ilmu harus dimulai dari pendidikan pribadi atau keluarga, lembaga sekolah, dan masyarakat. Ketiganya harus terjalin harus terjalin dan berlangsung secara terpadu, selaras, serasi, seimbang, dan harmonis. Pendidikan tidak akan berfungsi dengan baik bila hanya berjalan parsial dan tidak menyeluruh. Karenanya dibutuhkan pengelolaan secara integrative dengan memadukan semua unsur yang mendukungnya. Dari sinilah pendidikan akan menghasilkan sosok pribadi yang tangguh.
Selain pembentukamn sosok pribadi diatas, tujuan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia berjiwa tauhid  (berkedalaman spiritual), beramal shalih (berbuat dengan ilmunya), ulil albab (pemikir, ahli dzikir dan amal shaleh), serta berakhlak mulia.

2.      Problem Epistemologi dan Metodologi Pendidikan Islam

Pendidikan Islam seringkali dikesankan sebagai pendidikan yang tradisioanal dan konservatif. Hal itu wajar karena orang memandang bahwa kegiatan pendidikan islam dihinggapi oleh lemahnya penggunaan metodologis pembelajaran yang cenderung tidak menarik perhatian dan memberdayakan. Jika problem tersebut tidak segera ditanggapi secara serius dan berkelanjutan, maka peran pendidikan islam akan kehilangan daya tariknya.
Konstruksi epistemologis yang bergerak inilah yang membutuhkan corak pemikiran dan mentalitas yang kreatif, inovatif positif sperti yang diisyaratkan Fazlur Rahman. Sehingga secara aktif konstruktif akan selalu berupaya dan berusaha membangun kerangka metodologis baru, karena tidak puas dengan anomaly-anomali yang melekat pada kerangka metodologis yang selama ini telah berjalan secara konvesional tardisonal.
Dalam tahapan pendidikan islam dikenal tiga dominan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Tahapan pertama adalah mentransfer atau memberikan ilmu agama sebanyak-banyaknya kepada anak didik.

Selanjutnya tahapan yang hendak dicapai oleh pendidikan islam ialah aspek psikomotorik. Aspek ini lebih menekankan kemampuan anak didik untuk dapat menumbuhkan motivasi dalam diri sendiri sehingga dapat menggerakan , menjalankan dan mentaati nilai-nilai dasar agama yang telah terinteralisasi dalam dirinya dalam tahapan kedua. Keberhasilan pendidikan islam harus tercermin pada tindakan individu dan tindakan social yang konkrit dalam kehidupan individu,keluarga dan masyarakat.





F.     Pemberdayaan dan Tantangan Pendidikan Islam

Pemeberdayaan merupakan suatu proses yang berupaya mengembangkan kemampuan seorang atau sekelompok orang untuk berusaha bertrindak dan berbuat demi mempertahankan hak-haknya yang harus diperoleh secara adil sesuai fitrah manusiawinya.

Dengan demikian, maka pemberdayaan memuat nuansa ambisi yang lebih menjurus pada upaya memberikan peluang peningkatan kualitas hidup seorang atau sekelompok orang untuk beranjak dari kualitas sebelumnya, sesuai hak-haknya dengan adil dan proposional. Untuk itu, maka pemberdayaan mempunyai jangkauan dan cakupan yang cukup luas untuk bisa dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan, seperti bidang pendidikan, ekonomi, politik dan bahkan kebudayaan

Apapun pilihan kita tentang apa yang dapat disebutkan atau dinyatakan sebagai pendidikan islam sebagaimana tersebut diatas, sejak beberapa tahun silam dan hingga sekarang, keduanya mengalami dinamika dan persoalannya sendiri-sendiri.
Untuk pendidikan islam sebagai proses pembelajaran dan dapat ditemukan diberbagai lembaga pendidikan, posisinya mengalami kegoncangan kualitas karena didalam masyarakat telah terjadi  keterkejutan-keterkejutan  budaya yang tidak terimbangi  oleh perbaikan sistem dan proses pembelajarannya.

Dalam kaitan dengan hal tersebut, kebanyakan para ahli berpendapat bahwa pendidikan islam dalam arti proses, keberhasilannya akan sangat ditunjang atau ditentukan oleh adanya apa yang disebut  aspek afektif dan psikomotor.
Realita ini memberikan gambaran keapada semua orang bahwa pendidikan islam proses, lebih besar kecenderungan memberikan kegagalan mencapai target dan sasaran penanaman serta pemantapan moral anak didik atas dasar nilai ajaran agama.
Pendidikan islam sebagai lembaga dan proses pada umumnya mengalami hambatan-hambatan pokok, termasuk seperti penerapan politik pendidikan yang cenderung membedakan haknya, persoalan dikhotomi ilmu pengetahuan yang juga belum selesai sistem dan managemenya dinilai berkualitas rendah dan sampai pada iamge masyarakat yang memberi  penilaian secara subyektif terhadap keberadaanya.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Lembaga Pendidikan Islam dan masyarakat merupakan dua jenis lingkungan yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan bahkan saling membutuhkan dalam pertumbuhan serta perkembangannya, dengan demikian, masa sekolah tidak bisa menjadi lembaga yang eksklusif dan memisahkan diri dari lingkungan masyarakat,dan semakin tinggi tingkat perhatian masyarakat terhadap lembaga pendidikan terkait maka akan semakin besar pula peluang sekolah untuk mempertahankan peluang eksistensinya demikian sebaliknya.

Hubungan sekolah dan masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas serta dinamika kedua belah pihak sehingga hubungan tersebut bersifat aktif dan dinamis, sehingga pada gilirannya prinsif transparansi yang dilakukan oleh keduanya akan mengarah pada profesionalisasi pengolahan kelembagaan yang senantiasa membawa kearah perubahan yang inovatif sehingga akan berdampak pada peningkatan mutu kelembagaan secara total.

B.     Saran

1.      Lembaga Pendidikan Formal
Siswa harus belajar membaca al-Quran tidak hanya di lingkungan madrasah tetapi juga di rumah, dan guru harus memberi jam tambahan untuk belajar membaca al-Quran dan Lembaga pendidikan harus lebih memperhatikan kondisi madrasah yang masih terbatasnya sarana prasarana yang ada di madrasah.

2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
Mngenai masalah sarana prasarana yang belum ada untuk menunjang proses belajar mengajar di TPQ, hendaknya pengadministrasian TPQ haruslah diklola dengan baik. Walaupun ini forum yang belum besar, tapi hendaknya berusaha agar bisa melakukan hal yang terbaik untuk TPQ. Agar tujuan TPQ tersebut berjalan dengan baik.
                                                                                                     




DAFTAR PUSTAKA
Muzayyin.2003. Kapita Selekta Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah .1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
S.Lestari,Ngatini.2010. Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujtahid.2011. Reformasi Pendidikan Islam.Malang: Uin Maliki Press.
Muslih Usa. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial.Yogyakarta: Aditya Media.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar