PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Kapita Seleksa Pendidikan Islam“
Dosen Pengampu : Rahman Afandi, S. Ag., M. Si.
Di susun Oleh:
Windri Antika (1423305267)
6 PGMI F
PRODI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
islam adalah pengebalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan
kedalam diri manusia, tentang tepat-tempat yang dari segala sesuatu didalam
tatanan ciptaan.
Agus
Bahri, dalam bukunya pendidikan agama Islami sebagai penggerakan pembaruan,
mengatakan: bahwa pendidikan adalah “usaha mendorong dan membantu seseorang
mengembangkan potensinya serta mengubah diri sendiri, dari suatu kualitas
kepada kualitas yang lain yang ebih tinggi.[1]
Menurut
orang awam, adalah mengajari murid disekolah, melatih anak hidup sehat, melatih
silat, menekuni peneletian, membawa anak ke masjid atau ke gereja , melatih
anak untuk menyanyibrtukang dan lain-lain.
Menurut
saya pendidkan islam ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
seseorang agar ia dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[2]
Pendidikan
islam sangatlah berarti dan berperan penting dalam kehidupan terutama dalam
kehidupan msyarakat maupun dalam pendidikan karena akan menentukan akhlak anak
bangsa Indonesia nantinya akan menjadi apa, apalagi dijaman modern ini yang
modern untuk mengimbanginya.
Dan
dimasa sekarang mesti mendapatkan problema-problema pendidikan terutama
dipendidikan formal maupun nonformal, dan harus adanya upaya utuk menghadapi
problema di pendidikan formal maupun di pendidikan nonformal.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
problematika di pendidikan formal dan di pendidikan nonformal?
2.
Bagaimana tujuan
dan manfaat Pendidikan Islam?
3.
Bagaimana pengaruh
Sains dan IPTEK dalam Pendidikan Islam?
4.
Apa upaya atau
peran guru dalam menghadapi problematika di pendidikan formal dan di pendidikan
nonformal?
C.
Tujuan
Observasi
1.
Mengetahui
problematika di pendidikan formal dan di pendidikan nonformal
2.
Mengetahui
tujuan dan manfaat Pendidikan Islam
3.
Mengahui
Pengaruh Sains dan IPTEK dalam Pendidikan Islam
4.
Mengetahui
upaya atau peran guru dalam menghadapi
problematika di pendidikan formal dan di pendidikan nonformal
D.
Manfaat
Observasi
1.
Bagi Guru
Untuk menyelesaikan
atau mencari jalan keluar problematika yang dihadapi di pendidikan formal
maupun di pendidikan nonformal.
2.
Bagi Mahasiswa
Untuk menambah
wawasan dan untuk mengetahui problematika di pendidika formal dan di pendidikan
nonformal.
BAB ll
PEMBAHASAN
A.
Waktu dan
Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017
Waktu : 09.50 – 10.20 WIB.
Tempat : MIS Darul Hikmah Bantarsoka Purwokerto Barat
B. Gambaran Umum Sekolah
1. Lembaga Pendidikan
Formal
Identitas
Sekolah
Profil
Singkat MIS Darul Hikmah
Nama :
MIS DARUL HIKMAH
NPSN :
60710447
Alamat : JL. JEND.
SUDIRMAN NO 7 BANTARSOKA PURWOKERTO
BARAT
Kode Pos : -
Desa/Kelurahan :
Bantarsoka
Kecamatan/Kota(LN) :
Kec.Purwokerto Barat
Kab.-Kota/Negara
(LN) : Kab.Banyumas Propinsi/Luar
Negri (LN): Prop.
Jawa Tengah
Status
Sekolah : SWASTA
Jenjang
Pendidikan : MI
Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah selalu berusaha menjadikan peserta
didik, pendidik, dan semua yang ada di Madrasah menjadi insan yang:
1. Cinta
kepada Alloh SWT
2. Cinta
kepada Nabi Muhammad SAW
3. Cinta
kepada Tanah Air Indonesia
4. Cinta
kepada MI Darul Hikmah
2. Lembaga Pendidikan
Nonformal
Identitas
TPQ
Profil
Singkat TPQ Al-Amin Pabuaran Purwokerto Utara
Nama : TPQ Al-Amin Pabuaran Purwokerto Utara
NPSN : -
Alamat :
Jl. HR Bunyamin
Kode Pos : 53124
Desa/Kelurahan : Pabuaran
Kecamatan/Kota(LN) : Kec.Purwokerto Utara
Kab.-Kota/Negara
(LN): Kab.Banyumas Propinsi/Luar Negri (LN): Prop. Jawa Tengah
Status
Sekolah : SWASTA
yayasan PPQ Al-Amin Pabuaran
Jenjang
Pendidikan : TPQ
C. Hasil Penelitian
1. Lembaga Pendidikan
Formal
Madrasah merupakan isimmakan dari “darasa”, yang berarti
“empat duduk untuk belajar”. Istilah madrasah sekarang telah menyatu dengan
istilah sekolah atau perguruan (terutama perguruan Islam).[3]
Kemudian lahirlah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem penjenjangan
bentuk-betk sekolah moderern, seperi madrasah Ibtidaiyah sama dengan Sekolah
Dasar, Madrasah Tsanawiyah sama dengan
Sekolah Menengah Pertama, dan Madrasah Aliyah sama dengan Sekolah Menengah
Atas. Kriteria yang ditetapkan oleh mentri Agama untuk madrasah-madrasah yang
berada dalam wewenangannya harus memberikan pelajaran agama sebagai pelajaran
pokok, paling sedikit 6 jam seminggu.
Pengtahuan yang dajarkan di madrasah adalah:
1. Membaca dan menulis
(huruf latin) Bahasa Indonesia
2. Berhitung
3. Ilmu Bumi
4. Sejarah Indonesia dan
Dunia
5. Olahraga dan
Kesehatan.
2. Lembaga Pendidikan
Nonformal
TPQ (taman pendidikan Al-Qur’an) yaitu unit pendidikan nonformal jenis
keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan Al-Qur’an sebagai materi
utamanya, dan diselenggarakan dalam suasana yang indah, bersih, rapi, nyaman
dan meyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata Taman
yang dipergunakan
Problematika Pendidikan Islam
Dalam analisis
Fazlur Rahman dinyatakan bahwa semenjak masa klasik (850 M-1200) sampai abad
awal pertengahan (1200-1800), umat islam memiliki kekayaan ilmu pegetahuan.
Akan tetapi memasuki abad pertengahan sampai akhir abad ke-19 M. umat islam
mengalami kemunduran khususnya dalam bidang pendidikan.[4]
Ditengah
terpurukan pada system pendidikan islam yang terjadi adalah adopsi
besar-besaran terhadap sistem pendidikan barat. Namun langakah tersebut
ternyata justru mendatang masalah baru, misalanya dalam sains dan teknologi
umat Islam tetap tidak mengalami kemajuan,
justru yang terjadi pada umat islam adalah degrasi pada pemahaman,
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam.
Realitas-rill
yaitu terjadi pada umat islam sejak kemundurannya dalam percaturan era eradaban
dunia, sehingga kini pun masih terasakan, bahkan masih dianggap sebagai sebuah
“ kebenaran yang terbantahkan” yang
wajib diperintahkan oleh sebagian kam
muslimin, yakni tentang adanya dikotomi adanya ilmu yang berlebihan, bersifat
deskriminatif dan bahkan struktur.
Menurut hemat
penulis ada tiga permasalahan pokok problematika pendidikan islam di Indonsia.
Dari tiga problem itu melahirkan beberapa problema lainnya yang apabila berkaji
berpangkal dari ketiga tersebut.
1.
Strukural
Secara struktural lembaga- lembaga pendidikan
Islam negeri berlangsung di bawah kontrol dan kendali Departemen Agama,
termasuk pembinaan dan pendanaan. Problem yang timbul adalah alokasi dana yang
dikelola oleh Departemen Agama selain kecil juga dipergunakan untuk membiayai
berbagai sector dilingkungan Departemen Agama termasuk pembiyaan pendidikan.
Akibatnya alokasi pendanaan bagi leembaga pendidikan yang berada dibawah
Departemen Agama sangat terbatas. Dampaknya kurangannya fasilitas dan peralatan
dan juga terbatas.
Upaya-upaya pengembangan dan peningkatan
kegiatan-kegiatan nonfisik. Idealnya pendanaan pendidikan ini tidak melihat
kepada struktural, tetapi melihat kepada cost per siswa atau mahasiswa.
2.
Kultural
Lembaga-lembaga pendidikan Islam,
terutama pesantren atau madrasah banyak
yang menganggapnya sebagai lembaga pendidikan “kelas dua” sehingga persepsi ini
mempengarui masyarakat muslim. Karna indikasinya mungkin dapat dilihat dari
outputnya, gurunya, sarana fasilitas yang terbatas.
Dampaknya adalah jarangnya
masyarakat muslim yang terdidik dan nerpenghasilan yang baik, serta yang
memeliki kedudukan/jabatan, memasukkan anaknya kelembaga-lembaga pendidikan
Islam tersebut.
3.
Sumber Daya
Manusia
Para pengelola dan pelaksana pendidikan di
lembaga pendidikan Islam yang terdiri dari guru dan tenaga administrasi perlu
ditingkatkan. Teaga guru dari segi jumlah dann profesional masih kurang.
Guru-guru bidang studi umum (matematika, IPA, Biologi, Kimia, dan lain-lain)
masih belum menjukupi. Hal ini sangat berdampak pada output-nya.[5]
Problema pertama, timbulnya pola
hubungan rasionalistik dan individualistik. Kedua, timbulnya pola
hubungan yang materialistik sebagai akibat dari kehidupan yang mengejar duniawi
yang berlebihan. Ketiga, cenderung menghalalkan cara, sebagai akibat adari paham hedonisme
yang melanda kehidupan. Keempat, mudah sters dn frustasi, sebagai akibat
dari terlampau percaya dan bangga terhadap kemampuan dirinya, tanpa dibarengi
sikap tawakal dan percaya pada ketentuan Tuhan. Kelima, perasaan
terasing ditengah-tengah keramaian (lonely), sebagai akibat dari sikap
individualistic, dan delapan, kehilangan harga diri dan masa depannya,
sebagai akibat dari perbuatan yang menyimpang.
Problema yang dihadapi manusia tersebut
menghentikan visi dan orientasi pendidikan yang tidak semata-semata menekankan
pada pengisian otak, tetapi juga pengisian jiwa, pembinaan akhlak dan kepatuhan
dalam menjalankan ibahdah. Yaitu suatu upaya yang mengintegrasikan berbagai
pengetahuan yang berkotak-kotak itu ke dalam ikatan tauhid, yaitu suatu
keyakinan bahwa ilmu-ilmu yang dihasilkan lewat penalaran manusia itu harus
dilihat sebagai buki kasih saying Tuhan kepada manusia, dan harus diabdikan
untuk beribadah kepada Tuhan melalui karya-karya manusia yang iklas.
Dalam situasi pendidkan yag demikian itu,
pendidikan Islam harus memainkan peran dan fungsi kultural, yaitu upaya
untuk melestarikan, mengembangkan, dan mewariskan cita-cita masyarakat yang
didukungya. Dalam fungsi ideal inii pula, sebuah lembaga pendidikan islam juga
bertugas untuk mengontrol dan mengarahkan perkembangan masyarakat.[6]
-
Lembaga
pendidikan Formal
Berdasarkan
wawancara dari Pak Syukur guru mata pelajaran SKI bahwasannya memiliki
problematika yaitu:
1.
Kuarang
tepatnya siswa dalam masuk kelas
Dan solusinya
Yaitu dengan guru harus menggerakan anak-anak untuk masuk kelas tepa waktu.
-
Peran Guru dalam menghadapi problematika
Yaitu dengan
setiap hari sebelum pembelajaran membiasakan diri dengan membaca Asmaul Husna,
dan menerapkan sholat Dhuha.
Lembaga
pendidikan nonformal
Berdasarkan wawancara dari ketua Rektor TPQ
Al-Amin Pabuaran Purwoketo problematikanya yaitu:
1.
Jumlah anak
tidak tetap
2.
Dalam
perharinya santrinya beda-beda sehingga susah untuk melanjutkan materi
selanjutnya
3.
Cuaca juga
bias mempengaruhi sedikit banyaknya santri
4.
Atap bocor
5.
Banyak
sedikitnya siswa dikarenakan ada acara di SD/MI atau Ujian di Sekolah formal.
Solusi yang
tepat dalam menghadapi problematika di TPQ Al-Amin Pabuaran yaitu:
1.
Jumlah anak
tidak tetap
Yaitu dengan
mendatangkan satu persatu rumah santri, untuk mengajak mengaji dan belajar
kembali.
2.
Dalam
perharinya santrinya beda-beda sehingga susah untuk melanjutkan materi
selanjutnya
Solusinya
dengan sedikit atau membahas materi yang sebelumnya, karena agar anak yang baru
datang mengerti materi yang kemarin.
3.
Cuaca juga
bias mempengaruhi sedikit banyaknya santri
Solusinya
dalam memulai pembelajaran TPQ agak diundur, karena menunggu santri datang,
jikalau hujannya berhenti otomatis santri tetap datang.
4.
Atap bocor
Yaitu dengan
pindah kelas, dari kelas Audit kemudian pindah ke Masjid Muttaqin.
5.
Banyak
sedikitnya siswa dikarenakan ada acara di SD/MI atau Ujian di Sekolah formal.
Solusinya
yaitu dengan tetap meelaksanakan pembelajaran, dan yang ketinggalan menyusul
karena setiap pertemuan mengulang kembali materi yang hari kemarin.
-
Peran guru dalam problematika
Yaitu dengan
mengadakan evaluasi awal bulan untuk pengajar dan tiap bulan untuk tanggal 6
untuk evaluasi dengan orangtua santri.
Tujuan dan
manfaat Pendidikan Islam
Tujuan
Al- Attas
(1979:1) menghenaki tujuan pendidikan
agama islam aadalah manusia yang baik. Marimba (1964: 39) berpendapat bahwa
tujuan pendidikan agama islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian
muslim. Inilah sangatlah umum.[7]
Menurut
Al-Syaibani, misalnya, menjabakan tujuan pendidikan Islam menjadi :
1.
Tujuan yang
berkaitan dengan individu, mencangkup perunbahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jamani
dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia
maupun di akhirat.
2.
Tujuan yag
berkaitan dengan masyarakat, mencangkup tingkah laku masyarakat, tingkah laku
individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pegalaman
masyarakat.
3.
Tujuan
prpfesional yang berkaiatan dengan pendididkan dan pengajaran sebagai ilmu,
sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Al-Abrasyi merinci tujuan akhir
pendidikan islam menjadi :
1.
Pembinaan
akhlak
2.
Menyiapkan
anak didik untuk hidup dunia dan akherat
3.
Peguasaan ilmu
4.
Ketrampilan
bekerja dalam masyarakat
Munir Mursi sendiri
(1977:18-19)menjabarkan tujuan pendididkan Islam menjadi sebagai berikut :
1.
Bahagia di
dunia dan di akhirat
2.
Menghambakan
diri kepada Allah
3.
Memperkuat
ikatan keislaman dan melayani kepentingan masarakat islam
4.
Akhlak mulia.[8]
-
Pendidikan
formal
1.
Mengetahui
mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.
-
Pendidikan
Nonformal
Menurut Bu
Rektor:
1.
Mengenalkan
masyarakat dengan ajaran Islam
2.
Memperbanyak
persaudaraan
3.
Mengimbangi
adanya IPTEK
Manfaat
1.
Pendidikan
islam mempunyai nilai fungsi sebagai salah satu factor keteladanan.
2.
Mengetahui dan
memahami pertumbuhan serta perkembangan pendidikan islam sejak masa awal hingga
saat ini, atau bahkan mampu meneropong wajah dunia pendidikan islam mendatang.
3.
Melakukan
evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan Islam yang selama ini
dilakukan.[9]
-
Pendidikan formal
Menurut pak
syukur:
1.
Mengeahui
sejarah atau materi pendidikan islam
-
Pendidikan
Nonformal
1.
Biar anak
mengerti pengetahuan tentang Pendidikan Islam
2.
Agar dapat
menerapkannya
3.
Agar menjadi
pribadi yang baik berakhlak baik.
Pengaruh Sains
dan Teknologi Canggih
Dampak dari
kemajuan teknologi sampai kini adalah bersifat fasilitatif (memudahkan).
Memudahkan kehidupan manusia yang sehari-hari sibuk dengan berbagai problema
yang semakin rumit.
-
Pendidikan Formal
Berdasarkan
hasil wawancara Pak Syukur, pengaruh IPTEK sangatlah besar berpengaruh bagi
pendidikan Islam ada dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatifnya
ketika tidak ada pengawasan ketika anak menggunakan teknologi entah komputer,
laptop atau Hp akan timbul kecanduan dalam bermain game atau mencari sesuatu
tidak penting.
Dampak
positifnya, bagi seorang guru mampu melakuakan pembelajaran dengan menggunakan
teknologi dan bias mencari materi pembelajaran dengan searcing di
google, yahoo atau di gmail.
-
Pendidikan
Nonformal
Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bu Rektor TPQ Al-Amin Pabuaran yaiu tidak semua IPTEK
memiliki sisi negatif, tetapi juga ada positifnya untuk berwawasan luas, harus
berhati-hati dalam memilih agar tidak terjerumus.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Problematika pendidikan Islam yaitu
masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan pendidikan Islam yaitu:
-
Lembaga
pendidikan Formal
Berdasarkan
wawancara dari Pak Syukur guru mata pelajaran SKI bahwasannya memiliki
problematika yaitu:
1.
Kuarang
tepatnya siswa dalam masuk kelas
Dan solusinya
Yaitu dengan guru harus menggerakan anak-anak untuk masuk kelas tepa waktu.
-
Peran Guru
dalam menghadapi problematika
Yaitu dengan
setiap hari sebelum pembelajaran membiasakan diri dengan membaca Asmaul Husna,
dan menerapkan sholat Dhuha.
-
Lembaga
pendidikan nonformal
Berdasarkan
wawancara dari ketua Rektor TPQ Al-Amin Pabuaran Purwoketo problematikanya
yaitu:
1.
Jumlah anak
tidak tetap
2.
Dalam
perharinya santrinya beda-beda sehingga susah untuk melanjutkan materi
selanjutnya
3.
Cuaca juga
bias mempengaruhi sedikit banyaknya santri
4.
Atap bocor
5.
Banyak
sedikitnya siswa dikarenakan ada acara di SD/MI atau Ujian di Sekolah formal.
Solusi yang tepat dalam menghadapi
problematika di TPQ Al-Amin Pabuaran yaitu:
1.
Jumlah anak
tidak tetap
Yaitu dengan mendatangkan satu persatu rumah
santri, untuk mengajak mengaji dan belajar kembali.
2.
Dalam
perharinya santrinya beda-beda sehingga susah untuk melanjutkan materi
selanjutnya
Solusinya dengan sedikit atau membahas materi
yang sebelumnya, karena agar anak yang baru datang mengerti materi yang
kemarin.
3.
Cuaca juga
bias mempengaruhi sedikit banyaknya santri
Solusinya dalam memulai pembelajaran TPQ agak
diundur, karena menunggu santri datang, jikalau hujannya berhenti otomatis
santri tetap datang.
4.
Atap bocor
Yaitu dengan pindah kelas, dari kelas Audit
kemudian pindah ke Masjid Muttaqin.
5.
Banyak
sedikitnya siswa dikarenakan ada acara di SD/MI atau Ujian di Sekolah formal.
Solusinya yaitu dengan tetap meelaksanakan
pembelajaran, dan yang ketinggalan menyusul karena setiap pertemuan mengulang
kembali materi yang hari kemarin.
B.
Saran
1.
Lembaga
Pendidikan Formal
Untuk menghadapi problematika dalam pendidikan
formal yaitu, untuk siap-siap mencari solusi dan menerapkannya dalam masa
sekarang dan maa akan datang.
2.
Lembaga
Pendidikan Nonformal
Saran lebih baik memperbanyak Lembaga
Pendidikan Nonformal, karena untuk
mengimbangi Madrasah dan sekolah-sekolah lainnya. Agar pendidikan anak bangsa Indonesia menjadi maju dalam bidang
umum dan dalam bidang Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar
Engku. Siti Zubaidah. 2014. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tafsir,
Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Baharuddin.
Dkk. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,.
Abudinata. Menejemen pendidikan.
Aziz, Safrudin. 2015.Pemikiran
Pendidikan Islam. Yogyakarta: KALIMEDIA.
Putra
Daulay, Haidar. Putra Daulay. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia. Jakarta Timur : PRENADA MEDIA.
[1] Iskandar
Engku. Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hal. 3-4.
[2] Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hal. 32.
[3] Iskandar
Engku. Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hal. 125.
[5] Haidar
Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, (Jakarta Timur : PRENADA MEDIA, 2004), hal. 155-157.
[7] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 46
[8] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar