Rabu, 03 Mei 2017

1423305267 WINDRI ANTIKA (MIS Darul Hikmah Bantarsoka dan TPQ Al-Amin Pabuaran Purwokerto Utara)



PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Kapita Seleksa Pendidikan Islam“
Dosen Pengampu : Rahman Afandi, S. Ag., M. Si.

Di susun Oleh:
            Windri Antika                       (1423305267)

6 PGMI F


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
  Pendidikan islam adalah pengebalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam diri manusia, tentang tepat-tempat yang dari segala sesuatu didalam tatanan ciptaan.
  Agus Bahri, dalam bukunya pendidikan agama Islami sebagai penggerakan pembaruan, mengatakan: bahwa pendidikan adalah “usaha mendorong dan membantu seseorang mengembangkan potensinya serta mengubah diri sendiri, dari suatu kualitas kepada kualitas yang lain yang ebih tinggi.[1]
  Menurut orang awam, adalah mengajari murid disekolah, melatih anak hidup sehat, melatih silat, menekuni peneletian, membawa anak ke masjid atau ke gereja , melatih anak untuk menyanyibrtukang dan lain-lain.
  Menurut saya pendidkan islam ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[2]
  Pendidikan islam sangatlah berarti dan berperan penting dalam kehidupan terutama dalam kehidupan msyarakat maupun dalam pendidikan karena akan menentukan akhlak anak bangsa Indonesia nantinya akan menjadi apa, apalagi dijaman modern ini yang modern untuk mengimbanginya.
  Dan dimasa sekarang mesti mendapatkan problema-problema pendidikan terutama dipendidikan formal maupun nonformal, dan harus adanya upaya utuk menghadapi problema di pendidikan formal maupun di pendidikan nonformal.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana problematika di pendidikan formal dan di pendidikan nonformal?
2.      Bagaimana tujuan dan manfaat Pendidikan Islam?
3.      Bagaimana pengaruh Sains dan IPTEK dalam Pendidikan Islam?
4.      Apa upaya atau peran guru dalam menghadapi problematika di pendidikan formal dan di pendidikan nonformal?

C.    Tujuan Observasi
1.      Mengetahui problematika di pendidikan formal dan di pendidikan nonformal
2.      Mengetahui tujuan dan manfaat Pendidikan Islam
3.      Mengahui Pengaruh Sains dan IPTEK dalam Pendidikan Islam
4.      Mengetahui upaya atau peran  guru dalam menghadapi problematika di pendidikan formal dan di pendidikan nonformal


D.    Manfaat Observasi
1.      Bagi Guru
Untuk menyelesaikan atau mencari jalan keluar problematika yang dihadapi di pendidikan formal maupun di pendidikan nonformal.
2.      Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan untuk mengetahui problematika di pendidika formal dan di pendidikan nonformal.

BAB ll
PEMBAHASAN
A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal          : Sabtu, 29 April 2017
Waktu                   : 09.50 – 10.20 WIB.
Tempat                  : MIS Darul Hikmah Bantarsoka Purwokerto Barat
B.     Gambaran Umum Sekolah
1.      Lembaga Pendidikan Formal
Identitas Sekolah
Profil Singkat MIS Darul Hikmah
Nama                                       :  MIS DARUL HIKMAH
NPSN                                      :  60710447    
Alamat                                    : JL. JEND. SUDIRMAN NO 7      BANTARSOKA PURWOKERTO BARAT
Kode Pos                                : -
Desa/Kelurahan                       : Bantarsoka
Kecamatan/Kota(LN)             : Kec.Purwokerto Barat
Kab.-Kota/Negara (LN)          : Kab.Banyumas Propinsi/Luar Negri (LN):                                                                    Prop. Jawa Tengah
Status Sekolah                                    : SWASTA
Jenjang Pendidikan                 : MI
Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah selalu berusaha menjadikan peserta didik, pendidik, dan semua yang ada di Madrasah menjadi insan yang:
1. Cinta kepada Alloh SWT 
2. Cinta kepada Nabi Muhammad SAW
3. Cinta kepada Tanah Air Indonesia
4. Cinta kepada MI Darul Hikmah


2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
Identitas TPQ
Profil Singkat TPQ Al-Amin Pabuaran Purwokerto Utara
Nama                           :  TPQ Al-Amin Pabuaran Purwokerto Utara
NPSN                          :  -
Alamat                                   : Jl. HR Bunyamin
Kode Pos                    : 53124
Desa/Kelurahan           : Pabuaran
Kecamatan/Kota(LN) : Kec.Purwokerto Utara
Kab.-Kota/Negara (LN): Kab.Banyumas Propinsi/Luar Negri (LN):                                          Prop. Jawa Tengah
Status Sekolah                        : SWASTA yayasan PPQ Al-Amin Pabuaran
Jenjang Pendidikan     : TPQ

C.    Hasil Penelitian
1.      Lembaga Pendidikan Formal
Madrasah merupakan isimmakan dari “darasa”, yang berarti “empat duduk untuk belajar”. Istilah madrasah sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama perguruan Islam).[3]
Kemudian lahirlah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem penjenjangan bentuk-betk sekolah moderern, seperi madrasah Ibtidaiyah sama dengan Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah  sama dengan Sekolah Menengah Pertama, dan Madrasah Aliyah sama dengan Sekolah Menengah Atas. Kriteria yang ditetapkan oleh mentri Agama untuk madrasah-madrasah yang berada dalam wewenangannya harus memberikan pelajaran agama sebagai pelajaran pokok, paling sedikit 6 jam seminggu.
Pengtahuan yang dajarkan di madrasah adalah:
1.      Membaca dan menulis (huruf latin) Bahasa Indonesia
2.      Berhitung
3.      Ilmu Bumi
4.      Sejarah Indonesia dan Dunia
5.      Olahraga dan Kesehatan.
2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
TPQ (taman pendidikan Al-Qur’an) yaitu unit pendidikan nonformal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan Al-Qur’an sebagai materi utamanya, dan diselenggarakan dalam suasana yang indah, bersih, rapi, nyaman dan meyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata Taman yang dipergunakan



Problematika Pendidikan Islam
Dalam analisis Fazlur Rahman dinyatakan bahwa semenjak masa klasik (850 M-1200) sampai abad awal pertengahan (1200-1800), umat islam memiliki kekayaan ilmu pegetahuan. Akan tetapi memasuki abad pertengahan sampai akhir abad ke-19 M. umat islam mengalami kemunduran khususnya dalam bidang pendidikan.[4]
Ditengah terpurukan pada system pendidikan islam yang terjadi adalah adopsi besar-besaran terhadap sistem pendidikan barat. Namun langakah tersebut ternyata justru mendatang masalah baru, misalanya dalam sains dan teknologi umat Islam tetap tidak mengalami kemajuan,  justru yang terjadi pada umat islam adalah degrasi pada pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam.
Realitas-rill yaitu terjadi pada umat islam sejak kemundurannya dalam percaturan era eradaban dunia, sehingga kini pun masih terasakan, bahkan masih dianggap sebagai sebuah “ kebenaran yang terbantahkan”  yang wajib diperintahkan oleh sebagian  kam muslimin, yakni tentang adanya dikotomi adanya ilmu yang berlebihan, bersifat deskriminatif dan bahkan struktur.
Menurut hemat penulis ada tiga permasalahan pokok problematika pendidikan islam di Indonsia. Dari tiga problem itu melahirkan beberapa problema lainnya yang apabila berkaji berpangkal dari ketiga tersebut.
1.      Strukural
Secara struktural lembaga- lembaga pendidikan Islam negeri berlangsung di bawah kontrol dan kendali Departemen Agama, termasuk pembinaan dan pendanaan. Problem yang timbul adalah alokasi dana yang dikelola oleh Departemen Agama selain kecil juga dipergunakan untuk membiayai berbagai sector dilingkungan Departemen Agama termasuk pembiyaan pendidikan. Akibatnya alokasi pendanaan bagi leembaga pendidikan yang berada dibawah Departemen Agama sangat terbatas. Dampaknya kurangannya fasilitas dan peralatan dan juga terbatas.
Upaya-upaya pengembangan dan peningkatan kegiatan-kegiatan nonfisik. Idealnya pendanaan pendidikan ini tidak melihat kepada struktural, tetapi melihat kepada cost per  siswa atau mahasiswa.
2.      Kultural
Lembaga-lembaga pendidikan Islam, terutama  pesantren atau madrasah banyak yang menganggapnya sebagai lembaga pendidikan “kelas dua” sehingga persepsi ini mempengarui masyarakat muslim. Karna indikasinya mungkin dapat dilihat dari outputnya, gurunya, sarana fasilitas yang terbatas.
Dampaknya adalah jarangnya masyarakat muslim yang terdidik dan nerpenghasilan yang baik, serta yang memeliki kedudukan/jabatan, memasukkan anaknya kelembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut.
3.      Sumber Daya Manusia
Para pengelola dan pelaksana pendidikan di lembaga pendidikan Islam yang terdiri dari guru dan tenaga administrasi perlu ditingkatkan. Teaga guru dari segi jumlah dann profesional masih kurang. Guru-guru bidang studi umum (matematika, IPA, Biologi, Kimia, dan lain-lain) masih belum menjukupi. Hal ini sangat berdampak pada output-nya.[5]
Problema pertama, timbulnya pola hubungan rasionalistik dan individualistik. Kedua, timbulnya pola hubungan yang materialistik sebagai akibat dari kehidupan yang mengejar duniawi yang berlebihan. Ketiga, cenderung menghalalkan  cara, sebagai akibat adari paham hedonisme yang melanda kehidupan. Keempat, mudah sters dn frustasi, sebagai akibat dari terlampau percaya dan bangga terhadap kemampuan dirinya, tanpa dibarengi sikap tawakal dan percaya pada ketentuan Tuhan. Kelima, perasaan terasing ditengah-tengah keramaian (lonely), sebagai akibat dari sikap individualistic, dan delapan, kehilangan harga diri dan masa depannya, sebagai akibat dari perbuatan yang menyimpang.
Problema yang dihadapi manusia tersebut menghentikan visi dan orientasi pendidikan yang tidak semata-semata menekankan pada pengisian otak, tetapi juga pengisian jiwa, pembinaan akhlak dan kepatuhan dalam menjalankan ibahdah. Yaitu suatu upaya yang mengintegrasikan berbagai pengetahuan yang berkotak-kotak itu ke dalam ikatan tauhid, yaitu suatu keyakinan bahwa ilmu-ilmu yang dihasilkan lewat penalaran manusia itu harus dilihat sebagai buki kasih saying Tuhan kepada manusia, dan harus diabdikan untuk beribadah kepada Tuhan melalui karya-karya manusia yang iklas.
Dalam situasi pendidkan yag demikian itu, pendidikan Islam harus memainkan peran dan fungsi kultural, yaitu upaya untuk melestarikan, mengembangkan, dan mewariskan cita-cita masyarakat yang didukungya. Dalam fungsi ideal inii pula, sebuah lembaga pendidikan islam juga bertugas untuk mengontrol dan mengarahkan perkembangan masyarakat.[6]
-          Lembaga pendidikan Formal
Berdasarkan wawancara dari Pak Syukur guru mata pelajaran SKI bahwasannya memiliki problematika yaitu:
1.      Kuarang tepatnya siswa dalam masuk kelas
Dan solusinya Yaitu dengan guru harus menggerakan anak-anak untuk masuk kelas tepa waktu.

-          Peran Guru dalam menghadapi problematika
Yaitu dengan setiap hari sebelum pembelajaran membiasakan diri dengan membaca Asmaul Husna, dan menerapkan sholat Dhuha.
Lembaga pendidikan nonformal
Berdasarkan wawancara dari ketua Rektor TPQ Al-Amin Pabuaran Purwoketo problematikanya yaitu:
1.      Jumlah anak tidak tetap
2.      Dalam perharinya santrinya beda-beda sehingga susah untuk melanjutkan materi selanjutnya
3.      Cuaca juga bias mempengaruhi sedikit banyaknya santri
4.      Atap  bocor
5.      Banyak sedikitnya siswa dikarenakan ada acara di SD/MI atau Ujian di Sekolah formal.
Solusi yang tepat dalam menghadapi problematika di TPQ Al-Amin Pabuaran yaitu:
1.      Jumlah anak tidak tetap
Yaitu dengan mendatangkan satu persatu rumah santri, untuk mengajak mengaji dan belajar kembali.
2.      Dalam perharinya santrinya beda-beda sehingga susah untuk melanjutkan materi selanjutnya
Solusinya dengan sedikit atau membahas materi yang sebelumnya, karena agar anak yang baru datang mengerti materi yang kemarin.
3.      Cuaca juga bias mempengaruhi sedikit banyaknya santri
Solusinya dalam memulai pembelajaran TPQ agak diundur, karena menunggu santri datang, jikalau hujannya berhenti otomatis santri tetap datang.
4.      Atap  bocor
Yaitu dengan pindah kelas, dari kelas Audit kemudian pindah ke Masjid Muttaqin.
5.      Banyak sedikitnya siswa dikarenakan ada acara di SD/MI atau Ujian di Sekolah formal.
Solusinya yaitu dengan tetap meelaksanakan pembelajaran, dan yang ketinggalan menyusul karena setiap pertemuan mengulang kembali materi yang hari kemarin.

-          Peran guru dalam problematika
Yaitu dengan mengadakan evaluasi awal bulan untuk pengajar dan tiap bulan untuk tanggal 6 untuk evaluasi dengan orangtua santri.

Tujuan dan manfaat Pendidikan Islam
Tujuan
Al- Attas (1979:1)  menghenaki tujuan pendidikan agama islam aadalah manusia yang baik. Marimba (1964: 39) berpendapat bahwa tujuan pendidikan agama islam adalah terbentuknya orang yang berkepribadian muslim. Inilah sangatlah umum.[7]
Menurut Al-Syaibani, misalnya, menjabakan tujuan pendidikan Islam menjadi :
1.      Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencangkup perunbahan  yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jamani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia maupun di akhirat.
2.      Tujuan yag berkaitan dengan masyarakat, mencangkup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pegalaman masyarakat.
3.      Tujuan prpfesional yang berkaiatan dengan pendididkan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Al-Abrasyi merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi :
1.      Pembinaan akhlak
2.      Menyiapkan anak didik untuk hidup dunia dan akherat
3.      Peguasaan ilmu
4.      Ketrampilan bekerja dalam masyarakat
Munir Mursi sendiri (1977:18-19)menjabarkan tujuan pendididkan Islam menjadi sebagai berikut :
1.      Bahagia di dunia dan di akhirat
2.      Menghambakan diri kepada Allah
3.      Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masarakat islam
4.      Akhlak mulia.[8]
-          Pendidikan formal
1.      Mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk.
-          Pendidikan Nonformal
Menurut Bu Rektor:
1.      Mengenalkan masyarakat dengan ajaran Islam
2.      Memperbanyak persaudaraan
3.      Mengimbangi adanya IPTEK

Manfaat
1.      Pendidikan islam mempunyai nilai fungsi sebagai salah satu factor keteladanan.
2.      Mengetahui dan memahami pertumbuhan serta perkembangan pendidikan islam sejak masa awal hingga saat ini, atau bahkan mampu meneropong wajah dunia pendidikan islam mendatang.
3.      Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan Islam yang selama ini dilakukan.[9]
-           Pendidikan formal
Menurut pak syukur:
1.      Mengeahui sejarah atau materi pendidikan islam
-          Pendidikan Nonformal
1.      Biar anak mengerti pengetahuan tentang Pendidikan Islam
2.      Agar dapat menerapkannya
3.      Agar menjadi pribadi yang baik berakhlak baik.

Pengaruh Sains dan Teknologi Canggih
Dampak dari kemajuan teknologi sampai kini adalah bersifat fasilitatif (memudahkan). Memudahkan kehidupan manusia yang sehari-hari sibuk dengan berbagai problema yang semakin rumit.
-           Pendidikan Formal
Berdasarkan hasil wawancara Pak Syukur, pengaruh IPTEK sangatlah besar berpengaruh bagi pendidikan Islam ada dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatifnya ketika tidak ada pengawasan ketika anak menggunakan teknologi entah komputer, laptop atau Hp akan timbul kecanduan dalam bermain game atau mencari sesuatu tidak penting.
Dampak positifnya, bagi seorang guru mampu melakuakan pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan bias mencari materi pembelajaran dengan searcing di google, yahoo atau di gmail.
-          Pendidikan Nonformal
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Rektor TPQ Al-Amin Pabuaran yaiu tidak semua IPTEK memiliki sisi negatif, tetapi juga ada positifnya untuk berwawasan luas, harus berhati-hati dalam memilih agar tidak terjerumus.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Problematika pendidikan Islam yaitu masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan pendidikan Islam yaitu:
-          Lembaga pendidikan Formal
Berdasarkan wawancara dari Pak Syukur guru mata pelajaran SKI bahwasannya memiliki problematika yaitu:
1.      Kuarang tepatnya siswa dalam masuk kelas
Dan solusinya Yaitu dengan guru harus menggerakan anak-anak untuk masuk kelas tepa waktu.
-          Peran Guru dalam menghadapi problematika
Yaitu dengan setiap hari sebelum pembelajaran membiasakan diri dengan membaca Asmaul Husna, dan menerapkan sholat Dhuha.

-          Lembaga pendidikan nonformal
Berdasarkan wawancara dari ketua Rektor TPQ Al-Amin Pabuaran Purwoketo problematikanya yaitu:
1.      Jumlah anak tidak tetap
2.      Dalam perharinya santrinya beda-beda sehingga susah untuk melanjutkan materi selanjutnya
3.      Cuaca juga bias mempengaruhi sedikit banyaknya santri
4.      Atap  bocor
5.      Banyak sedikitnya siswa dikarenakan ada acara di SD/MI atau Ujian di Sekolah formal.
Solusi yang tepat dalam menghadapi problematika di TPQ Al-Amin Pabuaran yaitu:
1.      Jumlah anak tidak tetap
Yaitu dengan mendatangkan satu persatu rumah santri, untuk mengajak mengaji dan belajar kembali.
2.      Dalam perharinya santrinya beda-beda sehingga susah untuk melanjutkan materi selanjutnya
Solusinya dengan sedikit atau membahas materi yang sebelumnya, karena agar anak yang baru datang mengerti materi yang kemarin.
3.      Cuaca juga bias mempengaruhi sedikit banyaknya santri
Solusinya dalam memulai pembelajaran TPQ agak diundur, karena menunggu santri datang, jikalau hujannya berhenti otomatis santri tetap datang.
4.      Atap  bocor
Yaitu dengan pindah kelas, dari kelas Audit kemudian pindah ke Masjid Muttaqin.
5.      Banyak sedikitnya siswa dikarenakan ada acara di SD/MI atau Ujian di Sekolah formal.
Solusinya yaitu dengan tetap meelaksanakan pembelajaran, dan yang ketinggalan menyusul karena setiap pertemuan mengulang kembali materi yang hari kemarin.
B.     Saran
1.      Lembaga Pendidikan Formal
Untuk menghadapi problematika dalam pendidikan formal yaitu, untuk siap-siap mencari solusi dan menerapkannya dalam masa sekarang dan maa akan datang.
2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
Saran lebih baik memperbanyak Lembaga Pendidikan  Nonformal, karena untuk mengimbangi Madrasah dan sekolah-sekolah lainnya. Agar pendidikan  anak bangsa Indonesia menjadi maju dalam bidang umum dan dalam bidang Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar Engku. Siti Zubaidah. 2014. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2010. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Baharuddin. Dkk. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,.
Abudinata. Menejemen pendidikan.
Aziz, Safrudin. 2015.Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: KALIMEDIA.
Putra Daulay, Haidar. Putra Daulay. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta Timur : PRENADA MEDIA.


[1] Iskandar Engku. Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 3-4.
[2] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 32.
[3] Iskandar Engku. Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 125.
[4] Baharuddin. Dkk, Dikotomi Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 21
[5] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta Timur : PRENADA MEDIA, 2004), hal. 155-157.
[6] Abudinata, Menejemen pendidikan, hal. 83.
[7] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 46
[8] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 49.
[9] Safrudin Aziz, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2015), hal. 5-7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar