Selasa, 02 Mei 2017

1423305230 Azis Safriami (SDN 2 Cilongok dan TPQ Nurul Huda Glempang)



PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM



Disusun guna memenuhi tugas individu mata kuliah
“Kapita Selekta Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu : Rahman Afandi, S.Ag., M.S.I.
Oleh :
Azis Safriami Barokah
(1423305230)
6 PGMI F

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI  (IAIN) PURWOKERTO
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara historis pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sangat terkait erat dengan kegiatan dakwah islamiyah. Pendidikan Islam berperan sebagai mediator dalam memasyarakatkan ajaran Islam kepada masyarakat dalam berbagai tingkatannya. Melalui pendidikan inilah, masyarakat dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Sehubungan dengan itu tingkat kedalaman pemahaman, penghayatan dan pengamalan masyarakat terhadap ajaran Islam amat tergantung pada tingkat kualitas pendidikan Islam yang diterimanya.
Bertolak dari kerangka tersebut di atas, maka pendidikan Islam sering kali berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan. Diketahui bahwa sebagai sebuah sistem, pendidikan Islam mengandung berbagi komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. Komponen pendidikan tersebut meliputi visi, misi, landasan, tujuan, kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru murid, metodologi pembelajaran, sarana prasarana, pengelolaan (manajemen), evaluasi, pembiayaan, dan lain sebagainya. Berbagai komponen yang terdapat dalam pendidikan ini sering kali berjalan apa adanya, alami, dan tradisional, serta dilakukan tanpa perencanaan dan konsep yang matang. Akibat dari keadaan demikian, maka mutu pendidikan Islam sering kali menunjukkan keadaan yang kurang menggembirakan.
Selain itu, landasan dan dasar pendidikan Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah belum benar-benar digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini akibat belum adanya sarjana dan pakar di Indonesia yang secara khusus mendalami pendalaman Al-Qur’an dan Al-Sunnah dalam perspektif pendidikan Islam. Umat Islam belum banyak mengetahui tentang isi kandungan Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang berhubungan dengan pendidikan secara baik. Akibatnya pelaksanaan pendidikan Islam belum berjalan di atas landasan dasar ajaran Islam tersebut.
Sebagai akibat dari kekurangan tersebut di atas, maka visi, misi, dan tujuan pendidikan Islam juga masih belum berhasil dirumuskan dengan baik. Visi pendidikan diarahkan untuk mewujudkan manusia yang saleh dalam arti yang taat beribadah dan gemar beramal untuk tujuan akhirat. Tujuan pendidikan Islam sering kali diarahkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang hanya menguasai ilmu Islam saja. Akibat dari keadaan yang demikian ini, maka lulusan pendidikan Islam hanya sebagai moral bangsa.mereka kurang mampu bersaing dan merebut peluang dan kesempatan yang tersedia dalam memasuki lapangan kerja. Akibat lebih lanjut lulusan pendidikan Islam semakin termaginalisasikan dan tak berdaya. Keadaan yang demikian merupakan masalah besar yang perlu segera diatasi, lebih lebih lagi jika dihubungkan dengan adanya pesaingan yang makin kompetitif pada era globalisasi.[1]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah problem-problem pendidikan Islam di lembaga pendidikan formal?
2.      Apakah problem-problem pendidikan Islam di lembaga pendidikan nonformal?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa saja problem pendidikan Islam di lembaga pendidikan formal.
2.      Untuk mengetahui apa saja problem pendidikan Islam di lembaga pendidikan nonformal.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.      Waktu :
Senin, 3 April 2017
2.      Tempat
-          SD Negeri 02 Cilongok
-          TPQ Nurul Huda Glempang Cilongok
B.     Gambaran Umum Sekolah
1.      Lembaga Pendidikan Formal
a.       Identitas Sekolah
NPSN : 20302610
Status : Negeri
Bentuk : Pendidikan  
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Kepala Sekolah : Ibu Tri Wendah
Akreditasi : A
Kurikulum : KTSP
Jumlah sarana :
-          1 ruang kepala sekolah
-          1 ruang guru
-          1 ruang perpustakaan
-          1 ruang uks
-          7 ruang kelas
-          1 kantin
-          1 mushola
-          3 wc/toilet
b.      Visi Misi
-          Visi :
Berprestasi, Beriman, Berbudi Pekerti Luhur, dan Bertanggung Jawab.
-          Misi :
1.      Sekolah akan berusaha agar menjadi tempat kegiatan belajar yang efektif, kreatif, dan menyenangkan.
2.      Sekolah akan berusaha agar siswa menguasai pelajaran dengan baik sehingga dapat berprestasi memperoleh peringkat lima besar di tingkat kecamatan.
3.      Sekolah akan berusaha memberikan pelayanan KBM dengan strategi dan metode yang berpusat pada anak didik.
4.      Sekolah akan memanfaatkan lingkungan yang potensial sebagai alat bantu kegiatan belajar.
5.      Sekolah akan berupaya mengajak masyarakat agar peduli dan meningkatkan partisipasi bantuan pada penyelenggaraan pendidikan.
6.      Menjalin hubungan dengan instansi pemerintah, pengusaha, dan tokoh masyarakat.
c.       Ekstrakurikuler
-          Hadroh
-          Voly
-          Paduan suara
d.      Prestasi
-          Juara I Mata Pelajaran IPA Tingkat SD/MI Th. 1998 Kanin Depdikbudcam Cilongok
-          Juara I Lomba Mata Pelajaran IPA SD/MI Kecamatan Cilongok Th. 1999
-          Juara I siswa Teladan SD/MI Tahun 1999 Kec. Cilongok
-          Juara III Lomba mata Pelajaran Matematika Dinas Pendidikan Kec. Cilongok Tahun Pelajaran 2001/2002
-          Juara III Lomba 7 K Tingkat SD/MI Kecamatan Cilongok Tahun 2002-2003
-          Juara III Lomba Mapel Ilmu Pengetahuan Umum SD/MI Kecamatan Cilongok Tahun 2003/2004
-          Juara III Putri Siswa Berprestasi SD/MI Hardiknas 2007 Kec. Cilongok
-          Juara III Festival Kompetensi dan Kreatifitas Bidang Bahasa Indonesia SD Kalisari-Cilongok 2007
-          Juara III Khitobah Putri Lomba Mapsi Kec. Cilongok Th. 2007/2008
-          Juara III Bulu Tangkis Putri Popda Seni SD/MI Cilongok 2009
-          Juara I Festival Lagu Daerah Tingkat SD/MI Se-Kecamatan Cilongok dalam rangka HUT ke-25 SMP Negeri 2 Cilongok Tahun 2009
-          Juara II Paduan Suara Popda Seni SD/MI Kec. Cilongok Tahun 2009
-          Juara III Catur Putra Popda Seni SD/MI Cilongok 2009
-          Juara II LCC Pramuka Tk. SD/MI Kwartir Ranting Cilongok Th. 2009
-          Juara II Guru Berprestasi Tingkat Gugus Sari Kelapa Kec. Cilongok Th. 2008/2009
-          Juara III Seni Tilawatil Qur’an Putri Lomba Mapsi SD Kec. Cilongok Tahuun 2010
-          Juara III Atletik Kids Putri Popda SD/MI Tk. Kec. Cilongok 2010
-          Juara III Paduan Suara Tk. SD/MI Kec. Cilongok 2010 Popda Seni
-          Juara II Sekolah Sehat SD/MI UPK Cilongok Th. 2012
-          Juara III Bulutangkis Putri Popda SD Kec. Cilongok 2011/2012
-          Juara II Lomba Seni Tilawatil Qur’an  Putri Lomba Mapsi SD 2013 KKG  PAI Kecamatan Cilongok
-          Juara III Menyanyi tunggal FLS2N Kecamatan Cilongok Th. 2015
-          Juara III Kanga’s Escape Putra O2SN Tahun 2015 UPK Cilongok
2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
Taman Pendidikan al-Qur’an  Nurul Huda terletak di Desa Cilongok grumbul Glempang Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. TPQ ini berlangsung di masjid Nurul Huda.
Ustadz dan ustadzah di TPQ ini berasal dari desa ini sendiri. Jumlahnya memang tidak terlalu banyak, hanya 3 ustadzah dan 2 orang ustadz. Jumlah muridnya kurang lebih ada 40 anak baik itu laki-laki ataupun perempuan. Mulai dari yang umur 5 tahun sampai 10 tahuun.
C.     Hasil Penelitian
1.      Lembaga Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya, termasuk dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.[2]
Ø  Pendidikan Islam Pada Sekolah Umum
Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang bermaksud mengangkat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam bentuk transfer of knowledge dan transfer of values.
Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan Islam, karena bagaimanapun pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa indonesia tampak sekali terbedakan eksistensinya secara struktural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk mengambil peran yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa, walaupun tetap saja tidak mampu menyamai pendidikan umum yang ada dengan otonomi dan dukungan yang lebih luas, dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara nyata. Sebagai pendidikan yang berlabel agama, maka pendidikan Islam memiliki transmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya dibanding dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini juga memiliki muatan serupa. Kejelasannya terletak pada keinginan pendidikan Islam untuk mengembangkan keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara berimbang, baik aspek intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kultural serta kepribadian. Karena itulah pendidikan Islam memiliki beban yang multi paradigma, sebab berusaha memadukan unsur profan dan imanen, dimana dengan pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti pendidikan islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama lainnya saling menunjang.
Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masyarakat Islam, serta tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga, dan llebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu pengetahuan yang utuh, sehingga dapat membangun masyarakat Islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan.
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalan pendidikan haruslah berorientasi pada nilai-nilai Islami, yaitu ilmu pengetahuan yang bertolak dari metode ilmiah dan metode profetik. Ilmu pengetahuan tersebut bertujuan menemukan dan mengukur paradigma dan premis intelektual yang berorientasi pada nilai dan kebaktian dirinya pada pembaharuan dan pembangunan masyarakat, juga berpijak pada kebenaran yang merupakan sumber dari segala sumber.
Pendidikan Islam tidak menghendaki terjadinya dikotomi keilmuan, sebab dengan adanya sistem dikotomi menyebabkan sistem pendidikan Islam menjadi sekularistis, rasionalistis-empiris, intuitif dan materialistis. Keadaan yang demikian tidak mendukung tata kehidupan umat yang mampu melahirkan pe radaban Islam. Dan memang di dalam Islam tidak mengenal adanya pemilahan dan perbedaan bahkan pemisahan antara ilmu pengetahuan yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu agama. Sebagai contoh ketika Islam berada dalam masa keemasannya, di mana ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat, kita mengenal banyak tokoh yang ahli dalam berbagai hal. Ibnu Khaldun misalnya, beliau disamping dikenal sebagai seorang ulama, juga dikenal seorang intelektual, filosof, dokter bahkan politikus.
Realitas membuktikan bahwa pendidikan agama (Islam) dan pendidikan umum selama ini sering dierikan batasan pengertian sebagai berikut :
a.       Pendidikan agama yaitu penyelenggaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran agama, sedang pendidikan umum yaitu penyelenggaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran umum.
b.      Pendidikan agama sebagai lembaga pendidikan pada madrasah atau sejenisnya, sedangkan pendidikan umum sebagai lembaga pendidikan umum seperti SD, SMP, SMA dan sejenisnya.
Dari batasan yang dikemukakan tersebut, tampaknya memberikan kesan adanya dikotomi antara bidang studi agama dan bidang studi umum atau adanya perbedaan yang jelas antara sekolah umum dengan sekolah agama.
Kenyataan tersebut semakin tampak dengan keberadaan departemen yang membina, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk lembaga pendidikan umum, dan Departemen Agama (Depag) untuk lembaga pendidikan agama atau madrasah dan sejenisnya.[3]

Pelaksanaan program pendidikan agama di banyak sekolah belum berjalan seperti diharapkan oleh masyarakat. Karena berbagai kendala dalam bidang kemampuan pelaksanaannya, metodenya, sarana fisik, dan nonfisiknya. Suasana lingkungan pendidikan pun terkadang kurang menunjang suksesnya pendidikan mental spiritual moral ini. Padahal fasilitas dasarnya telah disediakan oleh negara melalui ketetapan-ketetapan MPR, peraturan perundang-undangan lainnya serta berbagai proyek pembangunan sektor agama dan pendidikan. Semua tekad dan iktikad baik itu bersumber pada asppirasi kultural bangsa yang harus dipenuhi dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntunan hidup yang semakin maju.
Berbagai faktor yang menjadi problematika  di SD Negeri 02 Cilongok yaitu : Kurangnya keahlian dalam manajemen; adanya siswa yang susah untuk diajar atau dengan kata lain siswa tesebut main sendiri saat pembelajaran berlangsung atau kurang minat dalam belajar; adanya sikap masyarakat atau orang tua di sekitar lingkungan sekolah yang kurang prihatin terhadap pentingnya pendidikan agama; adanya anggapan dari masyarakat atau orang tua bahwa agama itu fanatik; dilihat dari latar belakang peserta didik  yaitu ada siswa yang berasal dari keluarga yang taat beragama, dan ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat beragama dan juga ada yang berasal dari keluarga yang tidak peduli sama sekali terhadap agama; adanya masalah dalam lingkungan belajarnya karena pada zaman sekarang atau zaman era globalisasi dan adanya teknologi informasi yang sudah merajalela keberadaannya dan hal tersebut menyebabkan mempengaruhi psikologis lingkungan belajarnya, siswa dan tenaga pendidiknya; kurangnya tenaga pendidik yang mengampu pendidikan Islam, masalah kompetensi guru; masalah strategi atau cara yang digunakan pengajar kurang menarik; sarana dan prasarana atau fasilitas yang kurang memadai.

2.      Lembaga Pendidikan Non formal
Menurut Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional yang dimaksud dengan pengertian non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan non formal adalah suatu kebutuhan karena di negeri manapun di dunia ini pasti ada sekelomp ok orang yang memerlukan layanan pendidikan sebelum mereka masuk sekolah, sesudah mereka menyelesaikan sekolah, ketika mereka tidak mendapat kesempatan sekolah, bahkan ketika mereka sedang bersekolah.
Sebelum mereka masuk sekolah, kita kenal pendidikan usia dini yang subjek didiknya bukan sekedar anak balita, tetapi juga para pengasuhnya, baik orang tua maupun orang-orang lain yang bertanggung jawab mengasuh mereka. Bagi mereka yang sudah menyelesaikan sekolah, pendidikan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan untuk mengikuti perkembangan jaman, baik di dunia kerja maupun bukan, serta kesempatan mengisi waktu luang, pendidikan rekreatif, dan pendidikan profesi. Bagi mereka yang dengan segala macam alasan tidak berksempatan bersekolah, pendidikan ini diperlukan untuk mengganti dengan pendidikan yang setara atau pendidikan untuk mencari nafkah, agar mereka bertahan hidup secara layak. Sedangkan bagi mereka yang sedang bersekolah, pendidikan ini berfungsi melengkapi atau menambah pengetahuan dan keterampilan tertentu karena di sekolah hanya dia peroleh atau belum diperoleh sama sekali. Semua kebutuhan belajar yang diperlukan oleh kelompok-kelompok tadi dimaksudkan untuk meningkatkan kecakapan agarmeeka dapat mengatasi kesulitan-kesulitan hidup atau dengan kata lain, dapat dapat mengatasi tantangan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.[4]
Pendidikan luar sekolah adalah, “suatu kegiatan yang dilakukan di luar sekolah, yang diselenggarakan oleh suatu kemasyarakatan”.[5] Santoso S. Hamijoyo menyatakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah supaya individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan alamnya dapat secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong ke arah kemajuan, gemar berpartisipasi memperbaiki kehidupan mereka (Santoso, 1983).
Taman pendidikan Al-Qur’an adalah unit pendidikan nonformal jenis keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai materi utamanya, dan diselenggarakan dalam suasan yang indah, bersih, rapi, nyaman dan menyenagkan. TPQ bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu yang memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala rujukan segala urusan.
Adapun kendala atau problem-problem yang terdapat di TPQ yaitu adanya  anak yang tidak patuh, dan ada beberapa anak yang sulit menerima pelajaran, sarana dan prasarana yang kurang memadai, tenaga pendidik atau pengajar kurang, banyak para orang tua  yang kurang mendukung anak-anaknya untuk belajar di TPQ.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan  penjelasan dan uraian di atas  dapatlah di tarik sebuah kesimpulan bahwa  pendidikan Islam  mengalami masalah atau problem antara lain: Kurangnya keahlian dalam manajemen; kurangnya minat belajar siswa, kurangnya tenaga pendidik pendidikan Islam, lingkungan sekitar sekolah dan masyarakat; masalah kompetensi guru; masalah strategi atau cara yang digunakan pengajar kurang menarik; sarana dan prasarana atau fasilitas yang kurang memadai.
B.     Saran
Untuk menyelasaikan masalah-masalah di atas, yaitu diantaranya merekrut jumlah tenaga pendidik sesuai kebutuhan di lapangan, menata kembali atau memperbaiki sistem manajemennya, mensosialisasikan kembali kepada masyarakat atau orang tua peserta didik bahwa pendidikan Islam itu sangat penting, menggunakan strategi atau metode yang lebih menarik lagi dan lebih kreatif dan inovatif, dan pembangunan sarana dan prasarana yang layak dan berkualitas untuk menunjang proses belajar-mengajar.
















DAFTAR PUSTAKA
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam Cet. ke-3, Jakarta: PT. Bumi Aksara,    2008.
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam Cet. Ke-2, Surabaya: Pustaka Pelajar,         2004.
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di          Indonesia Cet. Ke-4, Jakarta: Kencana, 2010.
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999.
Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal : Dimensi dalam keaksaraan Fungsional, Pelatihan,           dan Andragogi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012.





[1] Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia Cet. Ke-4, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 1.

[2] Aida Mj, Ilmu Pendidikan, (Semarang:Putra Sanjaya,2005), hlm.67.

[3] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 5.
[4] Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal : Dimensi dalam keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 106. 
[5] Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar