PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas individu mata kuliah
“Kapita Selekta Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu : Rahman Afandi, S.Ag., M.S.I.
Oleh :
Azis Safriami Barokah
(1423305230)
6 PGMI F
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara historis pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sangat terkait erat dengan kegiatan
dakwah islamiyah. Pendidikan Islam berperan sebagai mediator dalam
memasyarakatkan ajaran Islam kepada masyarakat dalam berbagai tingkatannya.
Melalui pendidikan inilah, masyarakat dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
Sehubungan dengan itu tingkat kedalaman pemahaman, penghayatan dan pengamalan
masyarakat terhadap ajaran Islam amat tergantung pada tingkat kualitas pendidikan
Islam yang diterimanya.
Bertolak dari kerangka tersebut di
atas, maka pendidikan Islam sering kali berhadapan dengan berbagai problematika
yang tidak ringan. Diketahui bahwa sebagai sebuah sistem, pendidikan Islam
mengandung berbagi komponen yang antara satu dan lainnya saling berkaitan.
Komponen pendidikan tersebut meliputi visi, misi, landasan, tujuan, kurikulum,
kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru murid, metodologi
pembelajaran, sarana prasarana, pengelolaan (manajemen), evaluasi, pembiayaan,
dan lain sebagainya. Berbagai komponen yang terdapat dalam pendidikan ini
sering kali berjalan apa adanya, alami, dan tradisional, serta dilakukan tanpa
perencanaan dan konsep yang matang. Akibat dari keadaan demikian, maka mutu
pendidikan Islam sering kali menunjukkan keadaan yang kurang menggembirakan.
Selain itu, landasan dan dasar
pendidikan Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah belum benar-benar digunakan
sebagaimana mestinya. Hal ini akibat belum adanya sarjana dan pakar di
Indonesia yang secara khusus mendalami pendalaman Al-Qur’an dan Al-Sunnah dalam
perspektif pendidikan Islam. Umat Islam belum banyak mengetahui tentang isi
kandungan Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang berhubungan dengan pendidikan secara
baik. Akibatnya pelaksanaan pendidikan Islam belum berjalan di atas landasan
dasar ajaran Islam tersebut.
Sebagai akibat dari kekurangan
tersebut di atas, maka visi, misi, dan tujuan pendidikan Islam juga masih belum
berhasil dirumuskan dengan baik. Visi pendidikan diarahkan untuk mewujudkan
manusia yang saleh dalam arti yang taat beribadah dan gemar beramal untuk
tujuan akhirat. Tujuan pendidikan Islam sering kali diarahkan untuk
menghasilkan manusia-manusia yang hanya menguasai ilmu Islam saja. Akibat dari
keadaan yang demikian ini, maka lulusan pendidikan Islam hanya sebagai moral
bangsa.mereka kurang mampu bersaing dan merebut peluang dan kesempatan yang
tersedia dalam memasuki lapangan kerja. Akibat lebih lanjut lulusan pendidikan
Islam semakin termaginalisasikan dan tak berdaya. Keadaan yang demikian
merupakan masalah besar yang perlu segera diatasi, lebih lebih lagi jika
dihubungkan dengan adanya pesaingan yang makin kompetitif pada era globalisasi.[1]
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah
problem-problem pendidikan Islam di lembaga pendidikan formal?
2.
Apakah
problem-problem pendidikan Islam di lembaga pendidikan nonformal?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa saja problem pendidikan Islam di lembaga pendidikan formal.
2.
Untuk
mengetahui apa saja problem pendidikan Islam di lembaga pendidikan nonformal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
1.
Waktu
:
Senin,
3 April 2017
2.
Tempat
-
SD
Negeri 02 Cilongok
-
TPQ
Nurul Huda Glempang Cilongok
B.
Gambaran
Umum Sekolah
1.
Lembaga
Pendidikan Formal
a.
Identitas
Sekolah
NPSN
: 20302610
Status
: Negeri
Bentuk
: Pendidikan
Status
Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Kepala
Sekolah : Ibu Tri Wendah
Akreditasi
: A
Kurikulum
: KTSP
Jumlah
sarana :
-
1
ruang kepala sekolah
-
1
ruang guru
-
1
ruang perpustakaan
-
1
ruang uks
-
7
ruang kelas
-
1
kantin
-
1
mushola
-
3
wc/toilet
b.
Visi
Misi
-
Visi
:
Berprestasi,
Beriman, Berbudi Pekerti Luhur, dan Bertanggung Jawab.
-
Misi
:
1.
Sekolah
akan berusaha agar menjadi tempat kegiatan belajar yang efektif, kreatif, dan
menyenangkan.
2.
Sekolah
akan berusaha agar siswa menguasai pelajaran dengan baik sehingga dapat
berprestasi memperoleh peringkat lima besar di tingkat kecamatan.
3.
Sekolah
akan berusaha memberikan pelayanan KBM dengan strategi dan metode yang berpusat
pada anak didik.
4.
Sekolah
akan memanfaatkan lingkungan yang potensial sebagai alat bantu kegiatan
belajar.
5.
Sekolah
akan berupaya mengajak masyarakat agar peduli dan meningkatkan partisipasi
bantuan pada penyelenggaraan pendidikan.
6.
Menjalin
hubungan dengan instansi pemerintah, pengusaha, dan tokoh masyarakat.
c.
Ekstrakurikuler
-
Hadroh
-
Voly
-
Paduan
suara
d.
Prestasi
-
Juara
I Mata Pelajaran IPA Tingkat SD/MI Th. 1998 Kanin Depdikbudcam Cilongok
-
Juara
I Lomba Mata Pelajaran IPA SD/MI Kecamatan Cilongok Th. 1999
-
Juara
I siswa Teladan SD/MI Tahun 1999 Kec. Cilongok
-
Juara
III Lomba mata Pelajaran Matematika Dinas Pendidikan Kec. Cilongok Tahun
Pelajaran 2001/2002
-
Juara
III Lomba 7 K Tingkat SD/MI Kecamatan Cilongok Tahun 2002-2003
-
Juara
III Lomba Mapel Ilmu Pengetahuan Umum SD/MI Kecamatan Cilongok Tahun 2003/2004
-
Juara
III Putri Siswa Berprestasi SD/MI Hardiknas 2007 Kec. Cilongok
-
Juara
III Festival Kompetensi dan Kreatifitas Bidang Bahasa Indonesia SD
Kalisari-Cilongok 2007
-
Juara
III Khitobah Putri Lomba Mapsi Kec. Cilongok Th. 2007/2008
-
Juara
III Bulu Tangkis Putri Popda Seni SD/MI Cilongok 2009
-
Juara
I Festival Lagu Daerah Tingkat SD/MI Se-Kecamatan Cilongok dalam rangka HUT
ke-25 SMP Negeri 2 Cilongok Tahun 2009
-
Juara
II Paduan Suara Popda Seni SD/MI Kec. Cilongok Tahun 2009
-
Juara
III Catur Putra Popda Seni SD/MI Cilongok 2009
-
Juara
II LCC Pramuka Tk. SD/MI Kwartir Ranting Cilongok Th. 2009
-
Juara
II Guru Berprestasi Tingkat Gugus Sari Kelapa Kec. Cilongok Th. 2008/2009
-
Juara
III Seni Tilawatil Qur’an Putri Lomba Mapsi SD Kec. Cilongok Tahuun 2010
-
Juara
III Atletik Kids Putri Popda SD/MI Tk. Kec. Cilongok 2010
-
Juara
III Paduan Suara Tk. SD/MI Kec. Cilongok 2010 Popda Seni
-
Juara
II Sekolah Sehat SD/MI UPK Cilongok Th. 2012
-
Juara
III Bulutangkis Putri Popda SD Kec. Cilongok 2011/2012
-
Juara
II Lomba Seni Tilawatil Qur’an Putri
Lomba Mapsi SD 2013 KKG PAI Kecamatan
Cilongok
-
Juara
III Menyanyi tunggal FLS2N Kecamatan Cilongok Th. 2015
-
Juara
III Kanga’s Escape Putra O2SN Tahun 2015 UPK Cilongok
2.
Lembaga
Pendidikan Nonformal
Taman Pendidikan al-Qur’an
Nurul Huda terletak di Desa Cilongok grumbul Glempang Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas. TPQ ini berlangsung di masjid Nurul Huda.
Ustadz dan ustadzah di TPQ ini berasal dari desa ini sendiri.
Jumlahnya memang tidak terlalu banyak, hanya 3 ustadzah dan 2 orang ustadz.
Jumlah muridnya kurang lebih ada 40 anak baik itu laki-laki ataupun perempuan. Mulai
dari yang umur 5 tahun sampai 10 tahuun.
C.
Hasil
Penelitian
1.
Lembaga
Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang,
dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf
dengannya, termasuk dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis
dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan
dalam waktu yang terus menerus.[2]
Ø Pendidikan Islam Pada Sekolah Umum
Pendidikan secara kultural pada umumnya berada dalam lingkup peran,
fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang bermaksud
mengangkat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya,
terutama dalam bentuk transfer of knowledge dan transfer of values.
Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan
pendidikan Islam, karena bagaimanapun pendidikan Islam merupakan bagian dari
sistem pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa indonesia tampak
sekali terbedakan eksistensinya secara struktural. Tapi secara kuat ia telah
berusaha untuk mengambil peran yang kompetitif dalam setting sosiologis bangsa,
walaupun tetap saja tidak mampu menyamai pendidikan umum yang ada dengan
otonomi dan dukungan yang lebih luas, dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara
nyata. Sebagai pendidikan yang berlabel agama, maka pendidikan Islam memiliki
transmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya dibanding
dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini juga memiliki muatan serupa.
Kejelasannya terletak pada keinginan pendidikan Islam untuk mengembangkan
keseluruhan aspek dalam diri anak didik secara berimbang, baik aspek
intelektual, imajinasi dan keilmiahan, kultural serta kepribadian. Karena
itulah pendidikan Islam memiliki beban yang multi paradigma, sebab berusaha
memadukan unsur profan dan imanen, dimana dengan pemaduan ini, akan membuka
kemungkinan terwujudnya tujuan inti pendidikan islam yaitu melahirkan
manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama lainnya
saling menunjang.
Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam tidak dapat
dipisahkan, karena perkembangan masyarakat Islam, serta tuntutannya dalam
membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh
kualitas kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses pendidikan.
Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga,
dan llebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu pengetahuan
yang utuh, sehingga dapat membangun masyarakat Islam sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan yang diperlukan.
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalan pendidikan haruslah
berorientasi pada nilai-nilai Islami, yaitu ilmu pengetahuan yang bertolak dari
metode ilmiah dan metode profetik. Ilmu pengetahuan tersebut bertujuan
menemukan dan mengukur paradigma dan premis intelektual yang berorientasi pada
nilai dan kebaktian dirinya pada pembaharuan dan pembangunan masyarakat, juga
berpijak pada kebenaran yang merupakan sumber dari segala sumber.
Pendidikan Islam tidak menghendaki terjadinya dikotomi keilmuan,
sebab dengan adanya sistem dikotomi menyebabkan sistem pendidikan Islam menjadi
sekularistis, rasionalistis-empiris, intuitif dan materialistis. Keadaan yang
demikian tidak mendukung tata kehidupan umat yang mampu melahirkan pe radaban
Islam. Dan memang di dalam Islam tidak mengenal adanya pemilahan dan perbedaan
bahkan pemisahan antara ilmu pengetahuan yang bersifat umum dengan ilmu-ilmu
agama. Sebagai contoh ketika Islam berada dalam masa keemasannya, di mana ilmu
pengetahuan berkembang sangat pesat, kita mengenal banyak tokoh yang ahli dalam
berbagai hal. Ibnu Khaldun misalnya, beliau disamping dikenal sebagai seorang
ulama, juga dikenal seorang intelektual, filosof, dokter bahkan politikus.
Realitas membuktikan bahwa pendidikan agama (Islam) dan pendidikan
umum selama ini sering dierikan batasan pengertian sebagai berikut :
a.
Pendidikan
agama yaitu penyelenggaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata
pelajaran agama, sedang pendidikan umum yaitu penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan materi atau mata pelajaran umum.
b.
Pendidikan
agama sebagai lembaga pendidikan pada madrasah atau sejenisnya, sedangkan
pendidikan umum sebagai lembaga pendidikan umum seperti SD, SMP, SMA dan
sejenisnya.
Dari batasan yang dikemukakan tersebut, tampaknya memberikan kesan
adanya dikotomi antara bidang studi agama dan bidang studi umum atau adanya
perbedaan yang jelas antara sekolah umum dengan sekolah agama.
Kenyataan tersebut semakin tampak dengan keberadaan departemen yang
membina, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk lembaga
pendidikan umum, dan Departemen Agama (Depag) untuk lembaga pendidikan agama
atau madrasah dan sejenisnya.[3]
Pelaksanaan program pendidikan agama di banyak sekolah belum berjalan
seperti diharapkan oleh masyarakat. Karena berbagai kendala dalam bidang
kemampuan pelaksanaannya, metodenya, sarana fisik, dan nonfisiknya. Suasana
lingkungan pendidikan pun terkadang kurang menunjang suksesnya pendidikan
mental spiritual moral ini. Padahal fasilitas dasarnya telah disediakan oleh
negara melalui ketetapan-ketetapan MPR, peraturan perundang-undangan lainnya
serta berbagai proyek pembangunan sektor agama dan pendidikan. Semua tekad dan
iktikad baik itu bersumber pada asppirasi kultural bangsa yang harus dipenuhi
dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntunan hidup yang semakin maju.
Berbagai faktor yang menjadi problematika di SD Negeri 02 Cilongok yaitu : Kurangnya
keahlian dalam manajemen; adanya siswa yang susah untuk diajar atau dengan kata
lain siswa tesebut main sendiri saat pembelajaran berlangsung atau kurang minat
dalam belajar; adanya sikap masyarakat atau orang tua di sekitar lingkungan
sekolah yang kurang prihatin terhadap pentingnya pendidikan agama; adanya
anggapan dari masyarakat atau orang tua bahwa agama itu fanatik; dilihat dari
latar belakang peserta didik yaitu ada
siswa yang berasal dari keluarga yang taat beragama, dan ada juga yang berasal
dari keluarga yang kurang taat beragama dan juga ada yang berasal dari keluarga
yang tidak peduli sama sekali terhadap agama; adanya masalah dalam lingkungan
belajarnya karena pada zaman sekarang atau zaman era globalisasi dan adanya
teknologi informasi yang sudah merajalela keberadaannya dan hal tersebut
menyebabkan mempengaruhi psikologis lingkungan belajarnya, siswa dan tenaga
pendidiknya; kurangnya tenaga pendidik yang mengampu pendidikan Islam, masalah
kompetensi guru; masalah strategi atau cara yang digunakan pengajar kurang
menarik; sarana dan prasarana atau fasilitas yang kurang memadai.
2.
Lembaga
Pendidikan Non formal
Menurut Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
yang dimaksud dengan pengertian non formal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan non formal adalah suatu kebutuhan karena di negeri manapun di
dunia ini pasti ada sekelomp ok orang yang memerlukan layanan pendidikan
sebelum mereka masuk sekolah, sesudah mereka menyelesaikan sekolah, ketika
mereka tidak mendapat kesempatan sekolah, bahkan ketika mereka sedang
bersekolah.
Sebelum mereka masuk sekolah, kita kenal pendidikan usia dini yang subjek
didiknya bukan sekedar anak balita, tetapi juga para pengasuhnya, baik orang
tua maupun orang-orang lain yang bertanggung jawab mengasuh mereka. Bagi mereka
yang sudah menyelesaikan sekolah, pendidikan dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan atau keterampilan untuk mengikuti perkembangan jaman, baik di dunia
kerja maupun bukan, serta kesempatan mengisi waktu luang, pendidikan rekreatif,
dan pendidikan profesi. Bagi mereka yang dengan segala macam alasan tidak
berksempatan bersekolah, pendidikan ini diperlukan untuk mengganti dengan
pendidikan yang setara atau pendidikan untuk mencari nafkah, agar mereka
bertahan hidup secara layak. Sedangkan bagi mereka yang sedang bersekolah,
pendidikan ini berfungsi melengkapi atau menambah pengetahuan dan keterampilan
tertentu karena di sekolah hanya dia peroleh atau belum diperoleh sama sekali.
Semua kebutuhan belajar yang diperlukan oleh kelompok-kelompok tadi dimaksudkan
untuk meningkatkan kecakapan agarmeeka dapat mengatasi kesulitan-kesulitan
hidup atau dengan kata lain, dapat dapat mengatasi tantangan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.[4]
Pendidikan luar sekolah adalah, “suatu kegiatan yang dilakukan di luar
sekolah, yang diselenggarakan oleh suatu kemasyarakatan”.[5] Santoso
S. Hamijoyo menyatakan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah supaya
individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan alamnya dapat secara
bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong ke arah kemajuan, gemar
berpartisipasi memperbaiki kehidupan mereka (Santoso, 1983).
Taman pendidikan Al-Qur’an adalah unit pendidikan nonformal jenis
keagamaan berbasis komunitas muslim yang menjadikan al-Qur’an sebagai materi
utamanya, dan diselenggarakan dalam suasan yang indah, bersih, rapi, nyaman dan
menyenagkan. TPQ bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu yang
memiliki komitmen terhadap al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan
rujukan segala rujukan segala urusan.
Adapun kendala atau problem-problem yang terdapat di TPQ yaitu
adanya anak yang tidak patuh, dan ada
beberapa anak yang sulit menerima pelajaran, sarana dan prasarana yang kurang
memadai, tenaga pendidik atau pengajar kurang, banyak para orang tua yang kurang mendukung anak-anaknya untuk
belajar di TPQ.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas
dapatlah di tarik sebuah kesimpulan bahwa
pendidikan Islam mengalami
masalah atau problem antara lain: Kurangnya
keahlian dalam manajemen; kurangnya minat belajar siswa, kurangnya tenaga
pendidik pendidikan Islam, lingkungan sekitar sekolah dan masyarakat; masalah
kompetensi guru; masalah strategi atau cara yang digunakan pengajar kurang
menarik; sarana dan prasarana atau fasilitas yang kurang memadai.
B.
Saran
Untuk menyelasaikan masalah-masalah di atas, yaitu diantaranya merekrut
jumlah tenaga pendidik sesuai kebutuhan di lapangan, menata kembali atau
memperbaiki sistem manajemennya, mensosialisasikan kembali kepada masyarakat
atau orang tua peserta didik bahwa pendidikan Islam itu sangat penting,
menggunakan strategi atau metode yang lebih menarik lagi dan lebih kreatif dan
inovatif, dan pembangunan sarana dan prasarana yang layak dan berkualitas untuk
menunjang proses belajar-mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Muzayyin
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam Cet. ke-3, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008.
Muhaimin,
Wacana Pengembangan Pendidikan Islam Cet. Ke-2, Surabaya: Pustaka
Pelajar, 2004.
Abuddin
Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia Cet. Ke-4, Jakarta:
Kencana, 2010.
Hasbullah, Kapita
Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999.
Saleh
Marzuki, Pendidikan Nonformal : Dimensi dalam keaksaraan Fungsional,
Pelatihan, dan Andragogi,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012.
[1]
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia Cet. Ke-4, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 1.
[3] Hasbullah, Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 5.
[4] Saleh Marzuki, Pendidikan
Nonformal : Dimensi dalam keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 106.
[5] Soelaiman
Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), hlm. 49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar