PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN ISLAM DI
LEMBAGA-LEMBAGA FORMAL DAN NON FORMAL
Diajukandan Disusun Guna Memenuhi TugasTerstruktur
Mata Kuliah :
KapitaSelektaPendidikan Islam
Dosen Pengampu : Rahman Afandi
Oleh :
PUTRI PUJI AYU LESTARI 1423305255
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar adalah
membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir,
sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik.
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi
pembelajaran yang ada. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau rancangan (design) sebagai upaya pembelajaran peserta didik. Itulah
sebabnya dalam belajar peserta didik tidak hanya beriteraksi dengan guru
sebagai salah satu sumber belajar yang lain. Karena itu, pembelajaran menaruh
perhatian pada”bagaimana membelajarkan peserta didik”, bukan pada “apa yang
dipelajari peserta didik”. Dengan demikian, pembelajaran menempatkan peserta
didik sebagai subjek objek. Agar pemebelajaran dapat mencapai hasil yang optimal,
maka guru perlu memahami karakter peserta didik.[1]
Manusia
merupakan makhluk pedagogik yaitu makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki
potensi dapat dididik dan juga mendidik. Manusia dapat dididik karena memiliki
kemampuan untuk belajar, menerima pengetahuan, bimbingan dan juga motivasi.
Manusia dapat mendidik karena memiliki kemampuan mentransfer ilmu pengetahuan,
membimbing, melatih dan juga memotivasi.
Menurut
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana, hal ini berarti proses pembelajaran di sekolah bukanlah proses yang
dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang
bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada
pencapaian tujuan. Pendidikan
tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar akan tetapi bagaimana
memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan
demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan
secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan
salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia yang berkembang
secara utuh.
Pendidikan dapat dilakukan seumur hidup,
dimulai dari lahir sampai akhir hayat. Pendidikan diselenggarakan melalui kegiatan
pembelajaran disekolah- sekolah, baik secara formal maupun informal. Dalam
pelaksanaan pendidikan dikenal istilah proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi berupa penyampaian pesan dari sumber pesan melalui
saluran media tertentu ke penerima pesan.[3]
Menurut Piaget,
sejak lahir peserta didik mengalami tahap-tahap perkembangan kognitif. Setiap
tahapan perkembangan kognitif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda.
Hal ini tentu saja menjadi permasalahn yang umum untuk para pengajar. Oleh
sebab itu, pada pembahasana ini kita akan membahas tentang bagai mana
permasalahn-permasalahan yang dihadapi para pendidik baik disekolah formal
maupun non formal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana
problematika yang dihadapi guru dalam permasalah pendidikan islam di sekolah
formal dan nonformal.
C. Tujuan
Untuk mengetahui, seberapa jauh para pendidik dalam
memahami problematika yang terjadi pada pendidikan formal dan non formal dan
bagaimana para pendidik mengatasi permasalahn yang dihadapinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Lembaga Formal
Waktu : Senin, 17 April 2017
Tempat : MI Ma’arif NU 1
Penaruban Kec. Bukateja, Kab. Purbalingga.
2. Lembaga Non Formal
Waktu : Rabu, 12 April 2017
Tempat : TPQ Nurul Hidayah Wadas Kelir Desa.
Karang Klesem, Kec. Purwokerto
selatan Kab.
Banyumas
B. Identitas Lembaga
1. Lembaga Formal
Profil Sekolah
Nama Madrasah : MI
MA’ARIF NU PENARUBAN
No. Statistik Madrasah :
111233030030
Akreditasi Madrasah :
Terakreditasi B
Alamat Madrasah : Jl.
Sughrowardi Desa Penaruban Kec.Bukateja Kab. Purbalingga Kode Pos : 53382
Nama Yayasan :
Ma’arif NU
Alamat Yayasan : Jl.
Mayjend Panjaitan No.61 Purbalingga
Status Tanah :
Wakaf
Luas Tanah :
720 M
Luas Bangunan : 520
M²
Latar Belakang Berdirinya MI Ma’arif NU Penaruban
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Penaruban berdiri sejak
tahun 1996, yang pada awalnya hanya merupakan lembaga madrasah diniyah.
Berdirinya lembaga ini dipelopori oleh Bapak H.Achmad Sobrowi (Alm), yang pada
saat itu mendambakan sebuah lembaga pendidikan keagamaan di desanya. Berkat
usaha keras dari beliau dan masyarakat Desa Penaruban akhirnya pada tahun 1975
lembaga tersebut berubah menjadi lembaga pendidikan formal. Pada
awalnya lembaga ini bernama MI YAPPI Penaruban.
Karena
keinginan Bapak H.Achmad Sobrowi (Alm) tersebut, maka beliau memberikan tugas
kepada Bapak Sikin (Alm) untuk mengelola dan sekaligus menjadi Kepala Madrasah
pada saat itu sampai tahun 1994. Madrasah
tersebut terus mengalami perkembangan dan pada tahun 2007, Madrasah tersebut
berganti nama menjadi MI Ma’arif NU Penaruban sampai saat ini.
Visi
dan Misi
a. Visi
“Terwujudnya Insan Religius, Jujur, Disiplin, Cerdas dan Mandiri”
b. Misi
1)
Menumbuhkan
penghayatan siswa terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga
menjadi sumber kearifan dalam berfikir dan bertindak yang religius, jujur,
disiplin, cerdas dan mandiri.
2)
Melaksanakan pembelajaran profesional dan bermakna
yang menumbuhkan dan mengembangkan siswa bernilai UN diatas rata-rata dengan
landasan religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri.
3)
Melaksanakan program bimbingan secara efektif sehingga
setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki agar
menjadi insan yang religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri.
4)
Menumbuhkan dan mengembangkan pembiasaan religius,
jujur, disiplin, cerdas dan mandiri di lingkungan madrasah.
5)
Melaksanakan pengelolaan madrasah dengan
manajemen kelompok kepentingan dengan landasan nilai religius, jujur,
disiplin, cerdas dan mandiri di lingkungan madrasah.
6)
Melaksanakan pembelajaran ekstrakulikuler
secara efektif sesuai bakat partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
madrasah dan minat sehingga setiap siswa memiliki keunggulan dalam berbagai
lomba keagamaan, unggul dalam berbagai lomba olah raga, dan seni dengan
landasan nilai religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri. [4]
Sumber daya Manusia di MI Maárif NU
Panureban
1) Tenaga Edukatif
No
|
Nama/NIP
|
Jabatan
|
Pend.
Terakhir
|
1.
|
Hj.Mudrikah, S.Pd.I
|
Kepala Madrasah
|
S 1
|
2.
|
Lu’lu’ Nur
Rokhmah, S.Pd.I NIP.198606172009012004
|
Guru Kelas VI
|
S 1
|
3.
|
Fitri Indah,
S.Pd.I NIP. 198203132007102001
|
Guru Kelas V
|
S 1
|
4.
|
Lukmanul Hakim, S.Pd.I
|
Guru Kelas IV
|
S 1
|
5.
|
Mardiyah, S.Pd.I
|
Guru Kelas III
|
S 1
|
6.
|
Mety Asih Purnama
Sari, S.Pd.I
|
Guru Kelas II A
|
S 1
|
7.
|
Jamingil, S.Pd.I
|
Guru Kelas II B
|
S 1
|
8.
|
Umi Untari, S.Pd.I
|
Guru Kelas I
|
S 1
|
9.
|
Ulfah Farida, S.Pd
|
Guru SBK
|
S 1
|
2)
Jumlah
siswa
Kelas
|
Jumlah keadaan siswa
Tahun Ajaran 2016/2017
|
||
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
|
I
|
11
|
17
|
28
|
II A
|
10
|
11
|
21
|
II B
|
10
|
3
|
13
|
III
|
13
|
14
|
27
|
IV
|
9
|
11
|
20
|
V
|
7
|
7
|
14
|
VI
|
8
|
8
|
16
|
JUMLAH
|
68
|
71
|
139
|
Kegiatan
yang ada di MI Ma’arif NU 1 Panureban
Dalam rangka mengembangkan potensi siswa MI
Ma’arif NU Penaruban menyelenggarakan
berbagai macam kegiatan sebagai berikut:
a.
Pramuka.
Kegiatan pramuka dilaksanakan secara rutin setiap hari sabtu setelah sholat
dzuhur selama 90 menit oleh guru yang sudah mendapatkan sertifikat KMD yang
bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa-siswi.
b.
Drum Band.
Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap hari selasa dan hari kamis yang
dilatih oleh guru yang sudah mengikuti pelatihan drum band yang bertujuan untuk
mengembangkan minat siswa-siswi dalam dunia musik.
c.
Hafalan
Surat pendek dan Asmaul Husna. Kegiatan ini dilaksanakan setiap pagi hari
setelah siswa berangkat ke sekolah dan sebelum memulai proses pembelajaran agar
menjadi siswa-siswi yang memiliki akhlaq yang baik.
d.
Sholat
Dhuha. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari pada saat jam istirahat pertama
agar siswa-siswi mulai mengenal amalan-amalan sunah.
e.
Sholat
Dzuhur Berjama’ah. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari yang diikuti oleh
siswa kelas 3 sampai kelas 6 agar menjadi anak yang gemar sholat tepat waktu. Pesantren
Kilat yang dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan yang bertujuan untuk menambah
ilmu agama dan meningkatkan ibadah pada bulan Ramadhan.
2. Lembaga Pendidikan Non Formal
Sejarah berdirinya tpq nurul hidayah
TPQ Nurul
Hidayah berdiri pada bulan Juni tahun 2015. TPQ ini awalnya hanyalah sebuah
mushola yang didirikan oleh warga Wadas Kelir. Melihat jarak yang jauh untuk
menuju ke tempat mengaji anak-anak yang berada di bawah sana. Akhirnya beberapa
warga di sana setuju untuk mendirikan TPQ di musholah tersebut. TPQ ini dulunya
adalah tanah kosong yang biasa dibuat sebagai tempat main anak-anak setempat,
yang pemiliknya bernama bapak Samsul Hidayat.Beliau mewakafkan tanah nya untuk
dibangun musholah untuk warga setempat.
Awalnya TPQ Nurul Hidayah hanya di bombing oleh
Pak Dayat dan anaknya. Namun setelah semakin banyak yang dating untuk mengaji,
pak dayat dan putranya meminta beberapa relawan yang memang aktif di desa
tersebut untuk mengajar di TPQ tersebut.
Sekarang, setelah dua tahun berdiri TPQ
Nurul hidayah memiliki kemajuan yang sangat pesat. Murid yang tadinya berasal
dari sekitar wadas kelir, sekarang sudah banyak di datangi oleh beberapa oaring
luar seperti dari Teluk, Berkoh, Sidaboa, dan Karang Pucung. Bahkan ada yang
sampai datang dari Pagaraji untuk ikut belajar di TPQ tersebut. Samapai saat
ini jumlah murid terdaftar adalah 43 anak usia 5 -14 tahun. Untuk pengajarnya
sendiri TPQ Nurul hidayah mempunyai enam pengajar tetap dan lima pengajar dari
relawan.
Kelebihan TPQ Nurul Hidayah
Sebagian besar anak yang ditanya mengapa
memilh TPQ Nurul Hidayah adalah karena TPQ tersebut memiliki pembelajaran yang
tahapnya jelas. Selain itu TPQ ini juga sering sekali mengadakan
kegiatan-kegiatan besar yang membuat anak-anak senang mengikutinya. Seperti
pada bulan Rajab Kemarin, Pak Dayat mengajak anak-anak didiknya untuk puasa selama
tiga hari. Untuk menambah semangat puasa anak-anaknya Pak Dayat juga mengadakan
buka bersama selama tiga hari tersebut. Disini Pak Dayat mencoba mengenalkan
kepada anak-anak tentang kebaikan bulan Rajab. Ada pula kegiatan Isra’Mi’raj
yang diadakan disana. Pak Dayak meminta anak-anak untuk pawai keliling Wadas
Kelir dengan mengucapkan kalimat-kalimat Thayyibah. Setela pawai anak-anak juga
dapat meihat pertnjukan hadroh yang dilakukan oleh kakak-kakak tingkat mereka.
Pak Dayat bersama putranya berusaha untuk mengenalkan pembelajaran konkret
kepada anak-anak yang bertujuan agar anak-anak mampu memahami dengan baik
tentang pelajaran yang telah diberikan.
C. Hasil Observasi
1. Lembaga pendidikan formal
Pada observasi
kali ini banyak sekali pembelajaran yang dapat saya ambil, terlebih dengan
bangaimana kita harus menghadapi banyaknya permasalahan-permasalahan dalam
kelas. Beriku adalah
buah hasil observasi saya di MI Maárif NU 1 Penaruban. Narasumber saat itu
bernama Ibu Mety Asih Peurnama Sari. Wali kelas 2A pada MI tersebut. Saat
wawancara saya bertemu tidak di sekolah namun di kampus IAIN Purwokerto. Karena
kebetulan bu Mety merupakan Mahasiswi tingkat akhir Pasca Sajana di kampus
tersebut.
Kurikulum yang
sulit di aplikasikan
Permasalahan yang sering terjadi pada sekolah-sekolah terutama MI adalah
kurikulum. Pada MI ini, kurikulu yang digunakan untuk pembelajaran agama adalah
kurikulum 13 atau biasa disebut K13. Saat itu bu mety beranggapan bahwa, kurikulum
13 yang digunakan untuk pembelajaran berbasis agama bukalah hal mudah. Terlebih
beliau mengajar dikelas 2 yang anak-anak sulit untuk diatur sesuai yang sudah
di tuliskan di Buku Peganag Guru. Hal ini menurutnya dikarenakan para guru dan
siswa belum terbiasa dengan hal ini, jadi pengaplikasiannya agak sulit.
Terkadang beliau mengajar tidak sesuai dengan apa yang dirahkan buku. Beliau
lebih suka mengajar sesuasi kemampuan anak.
Banyaknya guru yang tidak menguasai mata pelajaran
Pada kesmpatan
kali ini bu mety secara langsung mengatakan bahwa, guru-guru disana banyak yang
belum bias mengaji. Alhasil
dibeberapa mata pelajaran yang ada huruf arabnya menjad kebingungan. Contohnya
saja mengajar Quran Hadis, karena pelajaran tersebut memang dominan dengan tulisan
arab, beberapa guru meminta digantikan saat ada pembelajarannya. Kasus-kasus
seperti ini sebenanya membuat ibu mety miris dengan keadaan seolahya. Namun
dengan tekad yang kuat dia ingin mengubah kebiasaan kebiasaan buruk seperti
ini. Bu mety bahkan sudah membuat Jadwal mengaji untuk para guru yang dipimpin
oleh dia dan beberapa teman yang lain.
Media Pembelajaran
yang sulit diterapkan
Media pembelajaran jugamenjadi problematika yang cukup serius dengan di
sekolah ini. Bu mety sendiri mengungkapkan bahwa hanya beberapa guru yang
mencoba menerapkan beberapa media pembelajaran di kelasnya. Hal ini dipicu
karena usia yang membuat para guru disana enggan untuk membuat media yang
terkadang membuat mereka kerepotan, selain itu tidak adanya penyuluhan-penyuluhan
yang merata membuat banyak guru yang lebih suka menggunakan cara konvensional.
Gairah yang
kurang pada anak
Gairah disini
bermaksud bahwa peserta didik disini kurang dengan minat pada pelajaran yang
berbasis agama. Hal ini dapat sangat terlihat saat pelajaran ini masuk kedalam
pelajaran terakhir. Pelajaran
ini juga hanya diajarkan dengan cara menghafal yang cenderung membosankan.
Contonya seperti pembelajan SKI (Sejarah Pendidikan Islam) yang memang harus
menggunakan metode ini untuk memahaminya
2. Lembaga Non Formal
Tidak banyak permasalahan yang ada pda TPQ ini. Berikut
rincian observasinya.
Mengaji langsung
pulang
Inilah
problematikan yang terlihat konkret dimana dimana remaja-remaja tersebut sudah
malu untuk datang kemasjid, mereka lebih menyukai bermain gadget mereka
dibanding degan mengaji. Hal ini terjadinya karena ada beberapa orang tua yang
tidak begitu memikirkan tentang pendidikan agama anak-anaknya sehingga
membiarkan mereka semua begitu saja.
Tidak ada budaya
cium tangan
Ada kebiasaan buruk
lainnya yang terjadi di TPQ ini, yaitu tidak ada budaya cium tangan kepada
orang yang lebih tua. Saat mereka bersalaman dengan orang yang lebih tua mereka
seperti bersalaman kepada orang teman atau orang yang sepantar dengan mereka.
Mereka hanya akan mencium tangan orang yang lebih tua apabila orang tua terseut
mempunyai pegaruh untuknya, seperti guru, dan lain-lain.
D. PEMBAHASAN MATERI
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu serangkaian kegiatan yang
temasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Strategi pembelajaran mencakup didalamnya pendekatan, model, metode,
dan teknik pembelajaran secara spesifik.[5]
2. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang
secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Menurut Gerlach
dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad dalam bukunya mengatakan bahwa media
adalah manusia, materi, kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Menurut Fleming yang
dikutip oleh Azhar Arsyad dalam bukunya mengatakan bahwa media adalah penyebab atau alat yang turut
campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media
menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara
dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Jadi, yang
dimaksud dengan media adalah suatu perantara yang digunakan guru dalam
menyampaikan pelajaran, dengan tujuan agar pembelajaran berjalan efektif, lebih
mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Hal tersebut menuntut
agar guru/pengajar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah,
dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat yang disediakan oleh sekolah
tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya
dapat menggunakan media yang murah dan efisien yang meskipun sederhana tetapi
merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Untuk itu guru/pengajar harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pembelajaran yang meliputi :
a.
Media sebagai alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar.
b.
Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
c. Seluk-beluk proses belajar.
d.
Hubungan antara metode mengajar dan media
pembelajaran.
e.
Nilai atau manfaat media pendidikan dalam
pembelajaran.
f.
Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.
g. Berbagai jenis alat dan teknik media
pendidikan.
h.
Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan hal yang penting
bagi kehidupan. Adanya
problematika dalam pendidikan bukan hanya dijadikan bahan tontonan. Namun harus
dijadikan pembelajaran dan dicarikan jalan keluarnya. Seperti pada lembaga
pendidikan formal di MI Maárif NU 1 Penaruban. Ibu Mety senantiasa selalu
mencoba dan mencari jalan keluar dalam problematika yang ada disekolahnya.
Begitupun dalam dunia pendidikan non
formal. Adanya pendidikan non formal bukan berarti orang tua melepas tanggung
jawabnya sebagai pendidik utama dalam kehidupan anak. Namun, orang tua jga
harus membantu mendorong anak-anaknya agar selalu pada jalan yang seharusnya
dilalui. Karena sesungguhnya oaring tua yang baik adalah orang tua yang peduli
dengan pendidikan anak-anaknya.
Daftar
Pustaka
Sunhaji. 2002. Strategi Pembelajaran. Purwokerto: Grafindo Litera
Media.
TN. 2011. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Sadiman dkk,Arief S. 2009.Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Dokumen MI Ma’arif NU Penaruban, dikutip tanggal 20 April 2017.
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
[1] Sunhaji, Strategi Pembelajaran (Purwokerto: Grafindo
Litera Media, 2002), hlm. 19
[2] UU RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Pustaka pelajar,
2011), hlm. 3
[3]Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2009),
hlm.11
[4]Dokumen MI Ma’arif NU Penaruban, dikutip tanggal 06
Mei 2015.
[5] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 126.
[6]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm.2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar