Rabu, 03 Mei 2017

1423305255 PUTRI PUJI AYU LESTARI (MI Ma'arif NU 1 Panaruban dan TPQ Nurul Hidayah Wadas Kelir)




PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN ISLAM DI LEMBAGA-LEMBAGA FORMAL DAN NON FORMAL


Diajukandan Disusun Guna Memenuhi TugasTerstruktur
Mata Kuliah :  KapitaSelektaPendidikan Islam
Dosen Pengampu : Rahman Afandi
Oleh :
PUTRI PUJI AYU LESTARI           1423305255



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mengajar adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau rancangan (design) sebagai upaya pembelajaran peserta didik. Itulah sebabnya dalam belajar peserta didik tidak hanya beriteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar yang lain. Karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada”bagaimana membelajarkan peserta didik”, bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”. Dengan demikian, pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek objek. Agar pemebelajaran dapat mencapai hasil yang optimal, maka guru perlu memahami karakter peserta didik.[1]
Manusia merupakan makhluk pedagogik yaitu makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki potensi dapat dididik dan juga mendidik. Manusia dapat dididik karena memiliki kemampuan untuk belajar, menerima pengetahuan, bimbingan dan juga motivasi. Manusia dapat mendidik karena memiliki kemampuan mentransfer ilmu pengetahuan, membimbing, melatih dan juga memotivasi.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, hal ini berarti proses pembelajaran di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian, dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia yang berkembang secara utuh.
Pendidikan dapat dilakukan seumur hidup, dimulai dari lahir sampai akhir hayat. Pendidikan diselenggarakan melalui kegiatan pembelajaran disekolah- sekolah, baik secara formal maupun informal. Dalam pelaksanaan pendidikan dikenal istilah proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi berupa penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran media tertentu ke penerima pesan.[3]
Menurut Piaget, sejak lahir peserta didik mengalami tahap-tahap perkembangan kognitif. Setiap tahapan perkembangan kognitif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal ini tentu saja menjadi permasalahn yang umum untuk para pengajar. Oleh sebab itu, pada pembahasana ini kita akan membahas tentang bagai mana permasalahn-permasalahan yang dihadapi para pendidik baik disekolah formal maupun non formal.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana problematika yang dihadapi guru dalam permasalah pendidikan islam di sekolah formal dan nonformal.

C.     Tujuan
Untuk mengetahui, seberapa jauh para pendidik dalam memahami problematika yang terjadi pada pendidikan formal dan non formal dan bagaimana para pendidik mengatasi permasalahn yang dihadapinya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.      Lembaga Formal
Waktu       : Senin, 17 April 2017
Tempat      : MI Ma’arif NU 1 Penaruban Kec. Bukateja, Kab. Purbalingga.
2.      Lembaga Non Formal
Waktu       : Rabu, 12 April 2017
Tempat      : TPQ Nurul Hidayah Wadas Kelir Desa. Karang Klesem, Kec. Purwokerto
selatan Kab. Banyumas
B.     Identitas Lembaga
1.      Lembaga Formal
Profil Sekolah
Nama Madrasah                : MI MA’ARIF NU PENARUBAN
No. Statistik Madrasah     : 111233030030
Akreditasi Madrasah         : Terakreditasi B
Alamat Madrasah              : Jl. Sughrowardi Desa Penaruban Kec.Bukateja Kab. Purbalingga Kode Pos      : 53382
Nama Yayasan                  : Ma’arif NU
Alamat Yayasan                : Jl. Mayjend Panjaitan No.61 Purbalingga
Status Tanah                     : Wakaf
Luas Tanah                        : 720 M
Luas Bangunan                 : 520 M²

Latar Belakang Berdirinya MI Ma’arif NU Penaruban
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Penaruban berdiri sejak tahun 1996, yang pada awalnya hanya merupakan lembaga madrasah diniyah. Berdirinya lembaga ini dipelopori oleh Bapak H.Achmad Sobrowi (Alm), yang pada saat itu mendambakan sebuah lembaga pendidikan keagamaan di desanya. Berkat usaha keras dari beliau dan masyarakat Desa Penaruban akhirnya pada tahun 1975 lembaga tersebut berubah menjadi lembaga pendidikan formal. Pada awalnya lembaga ini bernama MI YAPPI Penaruban.
Karena keinginan Bapak H.Achmad Sobrowi (Alm) tersebut, maka beliau memberikan tugas kepada Bapak Sikin (Alm) untuk mengelola dan sekaligus menjadi Kepala Madrasah pada saat itu sampai tahun 1994. Madrasah tersebut terus mengalami perkembangan dan pada tahun 2007, Madrasah tersebut berganti nama menjadi MI Ma’arif NU Penaruban sampai saat ini.

Visi dan Misi
a.       Visi
“Terwujudnya Insan Religius, Jujur, Disiplin, Cerdas dan Mandiri”
b.      Misi
1)      Menumbuhkan penghayatan siswa terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam berfikir dan bertindak yang religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri.
2)      Melaksanakan pembelajaran profesional dan bermakna yang menumbuhkan dan mengembangkan siswa bernilai UN diatas rata-rata dengan landasan religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri.
3)      Melaksanakan program bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki agar menjadi insan yang religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri.
4)      Menumbuhkan dan mengembangkan pembiasaan religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri di lingkungan madrasah.
5)      Melaksanakan pengelolaan madrasah dengan manajemen kelompok kepentingan dengan landasan nilai religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri di lingkungan madrasah.
6)      Melaksanakan pembelajaran ekstrakulikuler secara efektif sesuai bakat partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan minat sehingga setiap siswa memiliki keunggulan dalam berbagai lomba keagamaan, unggul dalam berbagai lomba olah raga, dan seni dengan landasan nilai religius, jujur, disiplin, cerdas dan mandiri. [4]
Sumber daya Manusia di MI Maárif NU Panureban
1)      Tenaga Edukatif
No
Nama/NIP
Jabatan
Pend.
Terakhir
1.
Hj.Mudrikah, S.Pd.I
Kepala Madrasah
 S 1
2.
Lu’lu’ Nur Rokhmah, S.Pd.I NIP.198606172009012004
Guru Kelas VI
S 1
3.
Fitri Indah, S.Pd.I  NIP. 198203132007102001
Guru Kelas V
S 1

4.
 Lukmanul Hakim, S.Pd.I
Guru Kelas IV
S 1
5.
Mardiyah, S.Pd.I
Guru Kelas III
S 1
6.
Mety Asih Purnama Sari, S.Pd.I
Guru Kelas II A
S 1
7.
Jamingil, S.Pd.I
Guru Kelas II B
S 1
8.
Umi Untari, S.Pd.I
Guru Kelas I
S 1
9.
Ulfah Farida, S.Pd
Guru SBK
S 1

2)      Jumlah siswa
Kelas
Jumlah keadaan siswa
Tahun Ajaran 2016/2017
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
I
11
17
28
II A
10
11
21
II B
10
3
13
III
13
14
27
IV
9
11
20
V
7
7
14
VI
8
8
16
JUMLAH
68
71
139
                       
                        Kegiatan yang ada di MI Ma’arif NU 1 Panureban
Dalam rangka mengembangkan potensi siswa MI Ma’arif  NU Penaruban menyelenggarakan berbagai macam kegiatan  sebagai  berikut:
a.       Pramuka. Kegiatan pramuka dilaksanakan secara rutin setiap hari sabtu setelah sholat dzuhur selama 90 menit oleh guru yang sudah mendapatkan sertifikat KMD yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa-siswi.
b.      Drum Band. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap hari selasa dan hari kamis yang dilatih oleh guru yang sudah mengikuti pelatihan drum band yang bertujuan untuk mengembangkan minat siswa-siswi dalam dunia musik.
c.       Hafalan Surat pendek dan Asmaul Husna. Kegiatan ini dilaksanakan setiap pagi hari setelah siswa berangkat ke sekolah dan sebelum memulai proses pembelajaran agar menjadi siswa-siswi yang memiliki akhlaq yang baik.
d.      Sholat Dhuha. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari pada saat jam istirahat pertama agar siswa-siswi mulai mengenal amalan-amalan sunah.
e.       Sholat Dzuhur Berjama’ah. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari yang diikuti oleh siswa kelas 3 sampai kelas 6 agar menjadi anak yang gemar sholat tepat waktu. Pesantren Kilat yang dilaksanakan pada saat bulan Ramadhan yang bertujuan untuk menambah ilmu agama dan meningkatkan ibadah pada bulan Ramadhan.
2.      Lembaga Pendidikan Non Formal
Sejarah berdirinya tpq nurul hidayah
TPQ Nurul Hidayah berdiri pada bulan Juni tahun 2015. TPQ ini awalnya hanyalah sebuah mushola yang didirikan oleh warga Wadas Kelir. Melihat jarak yang jauh untuk menuju ke tempat mengaji anak-anak yang berada di bawah sana. Akhirnya beberapa warga di sana setuju untuk mendirikan TPQ di musholah tersebut. TPQ ini dulunya adalah tanah kosong yang biasa dibuat sebagai tempat main anak-anak setempat, yang pemiliknya bernama bapak Samsul Hidayat.Beliau mewakafkan tanah nya untuk dibangun musholah untuk warga setempat.
Awalnya TPQ Nurul Hidayah hanya di bombing oleh Pak Dayat dan anaknya. Namun setelah semakin banyak yang dating untuk mengaji, pak dayat dan putranya meminta beberapa relawan yang memang aktif di desa tersebut untuk mengajar di TPQ tersebut.
Sekarang, setelah dua tahun berdiri TPQ Nurul hidayah memiliki kemajuan yang sangat pesat. Murid yang tadinya berasal dari sekitar wadas kelir, sekarang sudah banyak di datangi oleh beberapa oaring luar seperti dari Teluk, Berkoh, Sidaboa, dan Karang Pucung. Bahkan ada yang sampai datang dari Pagaraji untuk ikut belajar di TPQ tersebut. Samapai saat ini jumlah murid terdaftar adalah 43 anak usia 5 -14 tahun. Untuk pengajarnya sendiri TPQ Nurul hidayah mempunyai enam pengajar tetap dan lima pengajar dari relawan.
Kelebihan TPQ Nurul Hidayah
Sebagian besar anak yang ditanya mengapa memilh TPQ Nurul Hidayah adalah karena TPQ tersebut memiliki pembelajaran yang tahapnya jelas. Selain itu TPQ ini juga sering sekali mengadakan kegiatan-kegiatan besar yang membuat anak-anak senang mengikutinya. Seperti pada bulan Rajab Kemarin, Pak Dayat mengajak anak-anak didiknya untuk puasa selama tiga hari. Untuk menambah semangat puasa anak-anaknya Pak Dayat juga mengadakan buka bersama selama tiga hari tersebut. Disini Pak Dayat mencoba mengenalkan kepada anak-anak tentang kebaikan bulan Rajab. Ada pula kegiatan Isra’Mi’raj yang diadakan disana. Pak Dayak meminta anak-anak untuk pawai keliling Wadas Kelir dengan mengucapkan kalimat-kalimat Thayyibah. Setela pawai anak-anak juga dapat meihat pertnjukan hadroh yang dilakukan oleh kakak-kakak tingkat mereka. Pak Dayat bersama putranya berusaha untuk mengenalkan pembelajaran konkret kepada anak-anak yang bertujuan agar anak-anak mampu memahami dengan baik tentang pelajaran yang telah diberikan.

C.     Hasil Observasi
1.      Lembaga pendidikan formal
Pada observasi kali ini banyak sekali pembelajaran yang dapat saya ambil, terlebih dengan bangaimana kita harus menghadapi banyaknya permasalahan-permasalahan dalam kelas. Beriku adalah buah hasil observasi saya di MI Maárif NU 1 Penaruban. Narasumber saat itu bernama Ibu Mety Asih Peurnama Sari. Wali kelas 2A pada MI tersebut. Saat wawancara saya bertemu tidak di sekolah namun di kampus IAIN Purwokerto. Karena kebetulan bu Mety merupakan Mahasiswi tingkat akhir Pasca Sajana di kampus tersebut.
Kurikulum yang sulit di aplikasikan
Permasalahan yang sering terjadi pada sekolah-sekolah terutama MI adalah kurikulum. Pada MI ini, kurikulu yang digunakan untuk pembelajaran agama adalah kurikulum 13 atau biasa disebut K13. Saat itu bu mety beranggapan bahwa, kurikulum 13 yang digunakan untuk pembelajaran berbasis agama bukalah hal mudah. Terlebih beliau mengajar dikelas 2 yang anak-anak sulit untuk diatur sesuai yang sudah di tuliskan di Buku Peganag Guru. Hal ini menurutnya dikarenakan para guru dan siswa belum terbiasa dengan hal ini, jadi pengaplikasiannya agak sulit. Terkadang beliau mengajar tidak sesuai dengan apa yang dirahkan buku. Beliau lebih suka mengajar sesuasi kemampuan anak.
Banyaknya guru yang tidak menguasai mata pelajaran
Pada kesmpatan kali ini bu mety secara langsung mengatakan bahwa, guru-guru disana banyak yang belum bias mengaji. Alhasil dibeberapa mata pelajaran yang ada huruf arabnya menjad kebingungan. Contohnya saja mengajar Quran Hadis, karena pelajaran tersebut memang dominan dengan tulisan arab, beberapa guru meminta digantikan saat ada pembelajarannya. Kasus-kasus seperti ini sebenanya membuat ibu mety miris dengan keadaan seolahya. Namun dengan tekad yang kuat dia ingin mengubah kebiasaan kebiasaan buruk seperti ini. Bu mety bahkan sudah membuat Jadwal mengaji untuk para guru yang dipimpin oleh dia dan beberapa teman yang lain.
Media Pembelajaran yang sulit diterapkan
Media pembelajaran jugamenjadi  problematika yang cukup serius dengan di sekolah ini. Bu mety sendiri mengungkapkan bahwa hanya beberapa guru yang mencoba menerapkan beberapa media pembelajaran di kelasnya. Hal ini dipicu karena usia yang membuat para guru disana enggan untuk membuat media yang terkadang membuat mereka kerepotan, selain itu tidak adanya penyuluhan-penyuluhan yang merata membuat banyak guru yang lebih suka menggunakan cara konvensional.
Gairah yang kurang pada anak
Gairah disini bermaksud bahwa peserta didik disini kurang dengan minat pada pelajaran yang berbasis agama. Hal ini dapat sangat terlihat saat pelajaran ini masuk kedalam pelajaran terakhir. Pelajaran ini juga hanya diajarkan dengan cara menghafal yang cenderung membosankan. Contonya seperti pembelajan SKI (Sejarah Pendidikan Islam) yang memang harus menggunakan metode ini untuk memahaminya
2.      Lembaga Non Formal
Tidak banyak permasalahan yang ada pda TPQ ini. Berikut rincian observasinya.
Mengaji langsung pulang
Inilah problematikan yang terlihat konkret dimana dimana remaja-remaja tersebut sudah malu untuk datang kemasjid, mereka lebih menyukai bermain gadget mereka dibanding degan mengaji. Hal ini terjadinya karena ada beberapa orang tua yang tidak begitu memikirkan tentang pendidikan agama anak-anaknya sehingga membiarkan mereka semua begitu saja.
Tidak ada budaya cium tangan
Ada kebiasaan buruk lainnya yang terjadi di TPQ ini, yaitu tidak ada budaya cium tangan kepada orang yang lebih tua. Saat mereka bersalaman dengan orang yang lebih tua mereka seperti bersalaman kepada orang teman atau orang yang sepantar dengan mereka. Mereka hanya akan mencium tangan orang yang lebih tua apabila orang tua terseut mempunyai pegaruh untuknya, seperti guru, dan lain-lain.

D.    PEMBAHASAN MATERI
1.      Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu serangkaian kegiatan yang temasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran mencakup didalamnya pendekatan, model, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik.[5]


2.      Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad dalam bukunya mengatakan bahwa media adalah manusia, materi, kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Menurut Fleming yang dikutip oleh Azhar Arsyad dalam bukunya mengatakan bahwa  media adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Jadi, yang dimaksud dengan media adalah suatu perantara yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran, dengan tujuan agar pembelajaran berjalan efektif, lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Hal tersebut menuntut agar guru/pengajar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat yang disediakan oleh sekolah tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan media yang murah dan efisien yang meskipun sederhana tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk itu guru/pengajar harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran yang meliputi :
a.       Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
b.      Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
c.       Seluk-beluk proses belajar.
d.      Hubungan antara metode mengajar dan media pembelajaran.
e.       Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pembelajaran.
f.       Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.
g.      Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.
h.      Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran.
i.        Usaha inovasi dalam media pendidikan.[6]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Adanya problematika dalam pendidikan bukan hanya dijadikan bahan tontonan. Namun harus dijadikan pembelajaran dan dicarikan jalan keluarnya. Seperti pada lembaga pendidikan formal di MI Maárif NU 1 Penaruban. Ibu Mety senantiasa selalu mencoba dan mencari jalan keluar dalam problematika yang ada disekolahnya.
Begitupun dalam dunia pendidikan non formal. Adanya pendidikan non formal bukan berarti orang tua melepas tanggung jawabnya sebagai pendidik utama dalam kehidupan anak. Namun, orang tua jga harus membantu mendorong anak-anaknya agar selalu pada jalan yang seharusnya dilalui. Karena sesungguhnya oaring tua yang baik adalah orang tua yang peduli dengan pendidikan anak-anaknya.
Daftar Pustaka
Sunhaji. 2002. Strategi Pembelajaran. Purwokerto: Grafindo Litera Media.
TN. 2011. UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Sadiman dkk,Arief S. 2009.Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dokumen MI Ma’arif NU Penaruban, dikutip tanggal 20 April 2017.
Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


[1] Sunhaji, Strategi Pembelajaran (Purwokerto: Grafindo Litera Media, 2002), hlm. 19
[2]  UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2011), hlm. 3
[3]Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009),
hlm.11
[4]Dokumen MI Ma’arif NU Penaruban, dikutip tanggal 06 Mei 2015.
[5] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 126.

[6]Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar