Selasa, 02 Mei 2017

AWIT FITRIASIH 1423305228 Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Gembong & Ponpes AL-Hidayah

 PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
FORMAL DAN NON FORMAL


Laporan Penelitian ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Rahman Affandi, S.Ag, M.S.I


Disusun Oleh:
AWIT FITRIASIH
NIM. 1423305228


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO
2017


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah/ hadist.[1]
Pendidikan Islam yang berkembang di bagi menjadi dua kategori umum, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan Islam identik dengan lembaga pendidikan ke-Islaman seperti madrasah.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk pendidikan formal sudah dikenal sejak awal abad ke-11 atau 12 M, atau abad ke 5-6 H, yaitu sejak dikenal adanya Madrasah Nidzamiyah yang didirikan di Baghdad oleh Nizam Al-Mulk, seorang wasir dari dinasti Saljuk. Pendirian madarasah ini telah memperkaya khasanah lembaga pendidikan di lingkungan masyarakat Islam, karena pada masa sebelumnya masyarakat hanya mengenal pendidikan tradisional yang diselenggarakan di masjid-masjid dan dar al-khuttab. Di Indonesia, keadaanya tidak demikian, madrasah merupakan fenomena modern yang muncul pada awal abad ke-20.[2]
Pendidikan Islam tidak terbatas pada label Islam atau lembaga ke-Islaman, seperti pondok pesantren atau madarasah, juga tidak terbatas pada pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, seperti tafsir, hadis, fiqh, dan tashawuf. Pendidikan Islam mencakup semua aktivitas, mulai dari konsep, visi, misi, institusi, kurikulum, metodologi, proses pembelajaran, SDM kependidikan, lingkungan pendidikan dan lain sebagainya, yang di semangati dan bersumber pada ajaran dan nilai-nilai Islam, yang built-in dan proses seluruh aktivitas pendidikan.[3]  
Kegiatan penelitian dilakukan bertujuan untuk mengenalkan kepada peneliti secara langsung keadaan obyek yang dikunjungi tentang problematika pendidikan islam di lembaga formal dan non formal dan apa saja isi-isi yang ada pada obyek yang diteliti, sehingga peneliti mampu membandingkan dan mempraktekkan teori yang didapat dalam kegiatan penelitian.

B.       Fokus Penelitian
Penelitian yang di laksanakan di desa Batuanten, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas ini berfokus pada Problematika Pendidikan Islam di Lembaga pendidikan formal dan non formal.

C.      Tujuan Kegiatan Penelitian
Adanya kegiatan penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui keadaan pendidikan islam dalam lembaga pendidikan formal di MI Muhammadiyah Gembong dan non formal di Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwokerto.
2.      Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan dan problematika pendidikan Islam di lembaga pendidikan formal di MI Muhammadiyah Gembong dan non formal di pondok pesantren Al-Hidayah Purwokerto.







BAB II
METODOLOGI PENELITIAN


A.      Subyek Penelitian
Subjek Penelitian adalah lembaga pendidikan Islam formal yang ada di desa Gembong  dan lembaga pendidikan Islam non formal yang ada di desa Kandanggampang.
Lembaga Pendidikan Islam formal yang di teliti yaitu MI Muhammadiyah Gembong. Sedangakan lembaga pendidikan Islam non formalnya yaitu . 

B.       Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini dilakukan dengan cara  menggambarkan problematika pendidikan Islam di lembaga pendidikan formal dan non formal.

C.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.         Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Cartwright & Cartwright mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan sutau kesimpulan atau diagnosis.[4]
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Potensi perilaku seperti sikap dan minat yang masih dlam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan perilaku tidak dapat diobservasi. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut berserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang telibat tersebut.[5]
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pecatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenaiberbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.[6]
Ada beberapa teknik observasi, yaitu sebagai berikut :
a.         Teknik obervasi langsung
Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi. Peristiwa, keadaan atau situasi itu dapat dibuat dan dapat pula yang sebernanya. Pengamatan dilakukan dengan atau tanpa bantuan alat.
b.         Teknik observasi tidak langsung
Teknik ini adalah cara menggunakan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya tidak langsung di tempat atau pada saat peristiwa, keadaan atau situasi itu terjadi. Peristiwa, keadaan atau situasi itu dapat sengaja dibuat dan dapat pula yang sebernanya. Pengamatannya dilakukan dengan atau tanpa bantuan alat.[7]
2.         Wawancara
Menurut Moleong (2005), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)emberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Menurut Gorden (dalam Herdiansyah, 2009) wawancara adalah percakapan antara dua orang yang salah satunya bertugas untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.Stewart & Cash, mendefinisikan wawancara sebagai sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan.[8]Menurut Denzim & Lincoln, wawancara adalah percakapan seni bertanya dan mendengar.[9]
Wawancara secara garis besar di bagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak  terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka, dan wawancara etnografis. Sedangakan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku, yang susunan pertanyaannya sudah di tetapkan sebelumnya dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.[10]
Wawancara yang dilakukan dengan pembicaraan santai dalam berbagai situasi, dan di lakukan secara terus menerus, maka akan mendapatkan informasi dan penjelasan yang lebih utuh, mendalam, terperinci dan lengkap.[11]
Di sini peneliti menggunakan wawancara tak terstruktur, dimana walaupun susunan pertanyaannya sudah di tetapkan sebelumnya, namun untuk jawabannya tergantungdari responden. Dan susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.
3.         Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokemen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.[12]











BAB III
PEMBAHASAN


A.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penelitian dilakukan di MI Muhammadiyah Gembong dan Madrasah Diniyah Salafiyah Al Hidayah  . Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22-25 April 2017. Sehingga kegiatan ini hanya dilakukan hanya dalam tiga hari, namun peneliti mendapatkan cukup informasi.

B.       Gambaran Umum Lembaga Pendidikan       

1.    Profil Madrasah

Nama Madrasah : Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Gembong
Status Sekolah : B
Alamat Madrasah : Jln. Raya Gembong Km. 3
Desa : Gembong
Kecamatan : Bojongsari
Kabupaten : Purbalingga
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 53362
Tahun Berdirikan/SK Pendirian : 1966
Penerbit SK (ditandatangani) oleh : PP Muhammadiyah
Organisasi Penyelenggara : Muhammadiyah
Nomor Statistik Sekolah : 11233-0307110/111233030146
Surat Keputusan/SK Kelembagaan : Nomor 2092/ A
Status Tanah : Yayasan, Luas Tanah = 3220 m2
Luas Bangunan = 575 m2


2.    Visi dan Misi
a.       Visi Madrasah

MI Muhammadiyah Gembong sebagai lembaga pendidikan dasar bercirikan Islam perlu mempertimbangkan harapan murid, lembaga pengguna lulusan madrasah bermasyarakat dalam merumuskan visinya. MI Muhammadiyah Gembong juga diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan. MI Muhammadiyah Gembong ingin mewujudkan harapan dan respon dalam visi berikut:
“ISLAMI-KUALITAS-POPULIS”


b.    Misi Madrasah

Sedangkan misi yang dijalankan MI Muhammadiyah Gembong adalah sebagai berikut:
1) Membiasakan melakukan ibadah
2) Meningkatkan kinerja lembaga pendidikan yang efektif dan efisien
3) Proaktif dengan lembaga yang terkait

3.    Ekstrakulikuler

a.       Pramuka
b.      Tapak Suci
c.       Drum Band
d.      Olah raga


4.    Prestasi

Prestasi yang diperoleh dalam kegiatan tapak suci antara lain.
a.         Mendapat 2 mendali emas untuk kategori putra dan 2 mendali perak untuk   kategori putri dalam kejuaraan daerah di Mi Gumiwang
b.        Mendapat 1 emas dan 1 perunggu di Jakarta Pencak Silat Championship 2016 di GOR POPKI, Cibubur, Jakarta
c.         Mendapat 1 emas dalam Kejuaraan Pencak Silat Terbuka PPS Paku Bumi Cup I 2016. Kejuaraan ini merupakan kejuaraan tingkat Asia yang di ikuti oleh sekitar 1500 peserta.
Prestasi lain yang diraih para siswa MI Muhammadiyah Gembong di bidang akademik dan non akademik antara lain.
1.      Juara 1 lomba atletik aksioma 2015 tingkat kecamatan
2.      Juara 1 lomba paduan suara aksioma 2015 tingkat kecamatan
3.      Juara 1 putra lomba MTQ aksioma 2015 tingkat kecamatan
4.      Juara 3 tapak suci ganda putri 2015 tingkat kabupaten
5.      Juara 1 tapak suci ganda putra 2015 tingkat kabupaten
6.      Juara 1 kaligrafi 2015 tingkat kabupaten
7.      Juara 3 tartil tingkat kabupaten
8.      Juara 2 putri pidato bahasa Indonesia tingkat kecamatan
9.      Dalam bidang akademik, MI Muhammadiyah gembong juga memiliki prestasi yang cukup baik. Pada tahun pelajaran 2015/2016, siswa dari MI Muhammadiyah Gembong mendapat nilai UN peringkat ketiga se-kabupaten.







1.                Lembaga pendidikan non-formal
a.         Tentang  lembaga
Madrasah Diniyah Salafiyah Al Hidayah merupakan bagian dari Pondok Pesantren Al Hidayah. Pondok Pesantren ini terletak kurang lebih 2 Km sebelah utara Pendopo Kabupaten Banyumas. Tepatnya adalah di atas tanah seluas satu hektar di Kerangsuci Klurahan Purwanegara Purwokerto Utara.
Adapun batas-batas lokasi Pondok Pesantren Al Hidayah Karangsuci adalah sebagai brikut:
1)      Sebelah Utara berbatasan dengan Grumbul Watumas dan sebelah utaranya adalah Desa Purwosari Kecamata Baturaden
2)      Sebelah selatan berbatasan dengan Grumbul Karang Jambu dan Karang Anjing
3)      Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bancar Kembar dan Sumampir
4)      Sebelah barat berbatasan dengan Kali Banjaran dan sebelah baratnya adalah Kelurahan Bobosan.
Secara geografis, lokasi Pondok Pesantren Al Hidayah ini sangat strategis, di mana daerah tersebut mudah dijangkau karena berada pada jalur Purwokerto-Baturaden, namun berada di pinggiran kota sehingga tidak terlalu ramai. Dengan kondisi seperti itu tentu saja mendukung proses pembelajaran yang kondusif untuk belajar. Selain itu keberadaannya yang juga dekat dengan kampus-kampus dan sekolah-sekolah maka memudahkan santri yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.




b.         Visi, misi, dan tujuan

Tujuan dari MDSA yaitu membangkitkan keimanan, keilmuan,
amal shaleh, berakhlaqul karimah dan tafaquh fiddin

c.         Sejarah
Sejarah berdirinya Madrasah Diniyah Al Hidayah tidak dapat dipisahkan dari sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Hidayah. Pondok Pesantren Al Hidayah adalah sebuah lembaga pendidikan keagamaan nonformal yang memulai kegiatannya secara resmi pada bulan Ramadhan 1986 di bawah asuhan K.H. Dr. Noer Iskandar Al Barsyani, MA dan Dra. Hj. Nadhiroh Noeris.
Perjalanan panjang Pondok Pesantren Al Hidayah berawal dari ide yang dicetuskan oleh K.H. Muslich, pendiri utama Yayasan Al Hidayah pada tahun 1957. Akan tetapi, ide yang dicetuskan tersebut dalam realisasinya tidak berjalan sesuai dengan harapan. Sampai kemudian datanglah K.H. Dr. Noer Iskandar Al Barsyani, M.A. dan KH. Drs. Khariri Shofa M.Ag. Secara teori, beliau berdualah yang menjadi pengasuh Pondok Pesantern Al Hidayah pada waktu itu. Akan tetapi, yang mengasuh langsung dan bertempat tinggal bersama para santri adalah K.H. Dr. Noer Iskandar Al Barsyani M.A. dengan ustadz M. Ridwan Makhdum, B.A. sebagai lurahnya.
Pada Ramadhan 1986 dimulailah kegiatan pondok pesantren secara resmi dengan jumlah santri sekitar 10 orang. Lambat laun, pondok pesantren asuhan K.H. Dr. Noer Iskandar Al Barsyani M.A. tersebut terus berkembang semakin pesat dan dikenal di kalangan masyarakat luas. Hingga pada saat ini Pondok Pesantren Al Hidayah di bawah Hj. Dra. Nadhiroh Noeris memiliki santri yang berjumlah kurang lebih 300 orang santri putra dan santri putri serta ribuan orang alumni yang tersebar di berbagai pelosok nusantara.
Pondok Pesantren Al Hidayah memiliki visi untuk mempertahankan ajaran Islam tuntunan ulama salaf yang berpaham Ahlu as Sunnah wa al Jama'ah. Dengan demikian diharapkan santri yang mayoritas adalah pelajar dan mahasiswa selain memiliki kemampuan intelektual akademis, dapat pula mengkaji tuntunan ulama salaf melalui literatur Islam klasik atau kitab kuning. Dengan kematangan aqidah Ahlu as Sunnah wa al Jama'ah tersebut, maka santri diharapkan akan memiliki kepribadian utuh dengan mengedepankan akhlaqul karimah yang dilandasi akhlak tawasuth, tawazun, tasamuh dan i'tidal, dan tentu saja memiliki keunggulan dalam bidang keislaman. Dengan demikian santri dapat menjadi ulama pejuang pembela ajaran Islam paham Ahlu as Sunnah wa al Jama'ah.
Pondok Pesantren Al Hidayah selain menggunakan system bandongan dan sorogan, dalam metode pembelajarannya juga menerapkan sistem klasikal melalui Madrasah Diniyah Salafiyah Al Hidayah (MDSA).

dengan kurikulum ala pesantren. Selain MDSA, Pondok Pesantren Al Hidayah juga memiliki Student Language Forum (SLF) dengan fokusnya pada pengembangan kemampuan santri untuk berbahasa asing, Gema Nada Sholawat Salsabila (GNSS) yang merupakan wadah bagi para santri untuk berkesenian, dan Organisasi Santri Madrasah Diniyah Salafiyah Al Hidayah (OSMADINSA) sebagai sarana bagi para santri untuk mengepresikan dan mengaktualisasikan dirinya, antara lain melalui latihan berorganisasi, beretorika dan sekaligus juga melatih bakat dan kemampuan dalam hal kepemimpinan.



C.      Hasil Penelitian tentang Problematika Pendidikan Islam
1.         Problematika pendidikan Islam di MI Muhammadiyah Gembong
a.    Sulitnya meningkatkan minat membaca pada peserta didik.
Membaca merupakan salah satu aktifitas belajar yang efektif untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Minat baca yang tinggi akan memperkaya pengalaman, mengembangkan daya nalar, mengembangkan kreatifitas, memahami diri sendiri dan orang lain, serta dapat mengembangkan kepribadian.
Namun ketika kita belum mampu memunculkan minat baca pada siswa, itu akan berakibat fatal dalam proses belajar. Kesulitan meningkatkan minat baca pada anak Madrasah Ibtidaiyah adalah masalah yang rumit untuk diselesaikan, karena pada masa usia Madrasah Ibtidaiyah, anak-anak masih sangat suka bermain.
b.    Banyaknya sistem hafalan yang menyulutkan para peserta didik
Sistem hafalan yang dianggap dapat menjadi sistem belajar terbaik malah menjadi bumerang dalam dunia pendidikan. Sistem ini membuat siswa tertekan, bisa dikatakan terpaksa melakukannya. Hal ini akan membuat siswa mudah depresi, dengan banyaknya hafalan yang belum diselesaikan, akan membuat siswa takut atau tidak mau bersekolah lagi karena bisa jadi takut dimarahi guru.
            Fase pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah adalah fase yang baru memulai untuk belajar tentang dasar pelajaran, yang mana tidak boleh dipaksa untuk berfikir terlalu keras, banyaknya hafalan akan membuat siswa makin terbebani dengan sederet tugas. Memang sistem hafalan telah diterapkan sajak dulu di beberapa Madrasah Ibtidaiyah, namun sistem itu juga harus direformasi dengan format yang lebih menarik, sehingga tidak terlihat membebani murid dengan beragam hafalan.

c.    Kurangnya kesadaran guru untuk memanfaatkan fase emas pada peserta didik
Anak usia 0 tahun sampai 8 tahun merupakan awal yang paling penting dan mendasar dalam kehidupan manusia. Pada usia ini, seluruh instrumen besar manusia terbentuk, yaitu kecerdasan, perilaku, watak dan kemampuan-kemampuan lainnya. Para ahli neurologi mengatakan bahwa saat lahir otak bayi mengandung 100 hingga 200 miliar neuron atau sel saraf yang siap melakukan sambungan antar sel.
Selanjutnya sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun, 80% terjadi ketika usia 8 tahun dan 100% terjadi ketika usia 8-18%. Karena masa keemasan hanya terjadi sekali dalam kehidupan manusia, betapa ruginya jika guru tidak manyadari fase emas itu pada siswa Madrasah Ibtidaiyah.
Guru tidak boleh mengabaikan periode ini dengan begitu saja. Oleh karena itu agar mencapai hasil maksimal dalam pembentukan kecerdasan, perilaku, watak dan kecakapan lainnya, diperlukan jaminan layanan dasar yang menunjang perkembangan dan pertumbuhan siswa dengan pendidikan yang mendukung di lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah.
d.   Kurangnya sarana dan prasarana
          Di MI Muhammadiyah gembong, sarana untuk menunjang proses pembelajaran sangat kurang, misalnya: kurangnya LCD,komputer, buku bacaan dan media pembelajaran lainnya. Selain itu terjadi juga kekurangan ruang kelas karena sedang ada proses pembangunan jadi, beberapa kelas melakukan kegiatan belajar mengajar di masjid terdekat.





2.         Problematika di Pondok Pesantren Al-HIDAYAH Purwokerto
Masalah-masalah yang terjadi di pondok pesantren Al-Hidayah Purwokerto antara lain:
a.    Berkaitan dengan kesehatan lingkungan, seperti: sampah yang berserakan di lingkungan pesantren, lantai yang jarang dibersihkan, air limbah tidak mengalir dengan baik, bak mandi yang jarang dikuras, kasur jarang dijemur
b.    Berkaitan dengan sarana dan prasarana, seperti : ruang asrama tidak sesuai dengan jumlah penghuni, kurangnya obat-obatan ringan dan P3K, kurangnya tempat menjemur pakaian, pintu dan slot kunci pintu WC rusak
c.    Masih ada sebagian santri yang sering mengambil barang santri lain dengan tidak ijin pemiliknya
d.   Kurangnya kedisiplinan santri, misal : telat berangkat ngaji, telat kembali ke pondok setelah ijin pulang, pulang tanpa pamit
e.    Kurangnya minat belajar santri
f.     Kurangnya perencanaan pembelajaran
g.    Sistem pembelajaran yang monoton











BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Problematika pendidikan islam terjadi tidak hanya dalam pendidikan formal tetapi juga pada pendidikan non- formal. Sesuai dengan hasil observasi, problematika yang terjadi dalam pendidikan formal dalam hal ini di MI Muhammadiyah Gembong antara lain seperti, sulitnya meningkatkan minat membaca pada peserta didik, banyaknya sistem hafalan yang menyulutkan para peserta didik, kurangnya kesadaran guru untuk memanfaatkan fase emas pada peserta didik, kurangnya sarana dan prasarana. Sedangkan dalam pendidikan non-formal dalam hal ini di Pondok Pesantren Al-Hidayah Purwokerto, prolematika yang terjadi antara lain seperti, berkaitan dengan kesehatan lingkungan, berkaitan dengan sarana dan prasarana, masih ada sebagian santri yang sering mengambil barang santri lain dengan tidak ijin pemiliknya, kurangnya kedisiplinan santri, kurangnya minat belajar santri, kurangnya perencanaan pembelajaran, sistem pembelajaran yang monoton.










DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nunu, dkk. 2007. Posisi Madrasah dalam Pandangan Masyarakat. Jakarta : Gaung Persada Press.
Herdiansyah, Haris. 2014. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Muhaimin. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainny., Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Putra, Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Rachman S., Abdul. 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa; Visi, misi, dan Aksi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rohmad. 2015. Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian, Purwokerto : STAIN Press.
Soehadha, Moh. 2012. Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama. Yogyakarta : SUKA-Press.








Lampiran


Description: G:\mi_muhammadiyah_gembong\IMG_20161001_085132.jpg


Description: G:\mi_muhammadiyah_gembong\IMG_20161001_085223.jpgDescription: G:\mi_muhammadiyah_gembong\IMG_20161001_085233.jpg

Description: G:\mi_muhammadiyah_gembong\IMG_20161001_085311.jpgDescription: C:\Users\Devi\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\unduhan.jpg


Description: C:\Users\Devi\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\images (6).jpgDescription: C:\Users\Devi\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\images (5).jpgDescription: C:\Users\Devi\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\images (4).jpg Description: C:\Users\Devi\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG-20170502-WA0010.jpgDescription: C:\Users\Devi\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG-20170502-WA0009.jpg



[1] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 7.
[2] Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa; Visi, misi, dan Aksi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 11 – 12. 
[3] Nunu Ahmad An-Nahidl, dkk, Posisi Madrasah dalam Pandangan Masyarakat, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2007), hlm. 61.  
[4]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 131.
[5]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 132.
[6]Rohmad, Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian, (Purwokerto : STAIN Press, 2015), hlm. 121.
[7]Rohmad, Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian, (Purwokerto : STAIN Press, 2015), hlm. 122-123.
[8]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 118.
[9]Moh Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, (Yogyakarta : SUKA-Press,2012), hlm. 112.
[10]Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 180. 
[11]Nusa Putra dan Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 33.
[12]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 143.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar