Rabu, 03 Mei 2017

1423305271 RIFIAN DEWI ANGGRAENI (MI Ma’arif NU 1 Ajibarang dan TPQ Khusnul Khotimah)



PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI  LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM FORMAL DAN NON FORMAL

Laporan observasi ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu
Rahman Affandi, S.Ag. M.Pd.

Disusun oleh:
RIFIAN DEWI ANGGRAENI
1423305271


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Jika sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka akan tercapai kemajuan yang dicita-citakannnya sebaliknya bila proses pendidikan yangdijalankan tidak berjalan secara baik aka tidak dapat mencapai kemajuan yang dicita-citakan. Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa dimasa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan. Misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi kepada kebudayaan dihari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam penjelasan umum UURI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasioanal yang antara lain menyatakan : manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikena dan diakui oleh masyaraat. Namun dalam dunia pendidikan sendiri banyak masalah-masalah pendidikan yang dihadapi diera globalisasi ini. Baik itu maslah yaang bersifat internal maupun eksternal.



B.     Fokus Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di desa Sawangan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas ini berfokus pada Problematika Pendidikan Islam di Lembaga Pendidikan Formal dan Non Formal


C.     Tujuan Kegiatan Penelitian
Adanya kegiatan penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui keadaan pendidikan islam dalam lembaga pendidikan formal dan non formal di desa sawangan
2.      Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan dan problematika pendidikan islam di lembaga pendidikan formal dan non formal di desa sawangan

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan islam nonformal yang ada di desa Sawangan
Lembaga pendidikan islam formal yang diteliti yaitu MI Ma’arif NU 1 Ajibarang, sedangkan lembaga pendidikan islam non formalnya yaitu TPQ Khusnul Khotimah.

B. Metode Penelitian
Penelitisn ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini dilakukan dengan cara menggambarkan problematika pendidikan islam di lembaga pendidikan islam formal dan nonformal.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang diguakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Obsevasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Catwright ini mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah kegiatan mencrai data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.[1]
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Potensi perilaku seperti sikap dan minat yang masih dalam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan perilaku tidak dapat diobservasi. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan  serta mana kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.[2]
Observasi adalah suatu prose pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.[3]
2.      Wawancara
Menurut Meleong (2005), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang emngajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Menurut Gorden (dalam Herdiansyah 2009) wawancara adalah percakapan antara dua orang yang salah satunya bertugas untuk menggali dan mendapatkan inormasi untuk suatu tujuan tertentu. Stewart & Cash, mendefinisikan wawancara sebagai sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan.[4] Menurut Denzim dan Lincoln, wawancara adalah percakapan seni bertanya dan mendengar.[5]
Wawancara secara garis besar dibagi menjadi dua yakni wawanacara ta terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka dan wawancara etnografis. Sedangkan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.[6]
Wawancara yang dilakukan dengan pembicaraan santai dalam berbagai situasi dan dilakukan secara terus menerus maka akan mendapatkan informasi dan penjelasan yang lebih utuh, mendalam, terperinci dan lengkap.[7]
Disini peneliti juga menggunakan wawancara tak terstruktur, dimana walaupun susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya namun untuk jawabannya tergantung dari responden. Dan susunan pertanyaannya dan susuna kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.

3.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatifdengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lain atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.[8]


BAB III
PEMBAHASAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penelitian dilakukan di MI Ma’arif NU 1 Ajibarang dan TPQ Khusnul Khotimah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2017. Sehingga kegiatan ini dilakukan hanya dalam waktu sehari, namun peneliti mendapatkan cukup informasi.

B. Gambaran Umum Lembaga Pendidikan
1. Lembaga pendidikan formal
a.       Sejarah berdirinya madrasah
Dalam perkembangannya MI Ma’arif NU Ajibarang Kulon telah melalui jalan panjang. Bila dilihat dari sekarang usianya sudah terhitung 61 tahun. Ini waktu yang cukup lama yang membuktikan sebuah sekolah tingkat dasar berciri khas islam ini telah mengalam iperjalanan panjang.
Awal mula berdirinya MI Ma’arif Ajibarang Kulon sebagai sekolah pendidikan agama islam ditingkat dasar yang diprakarsai oleh tokoh jam’iyah nahdlatul ulama yang sangat pedul dengan pendidikan terutama dibidang agama. Beliau bapak H.Mufti dan bapak Oesman Abdul Ghofar merintis kegiatan diniyah menempati gedung majlis ta’lim berjumlah 5 (lokal) wakaf dari bapak H. Mufti. Berdasarkan hasil rapat dari jam’iyah nahdlatul ulama ranting ajibarang kulon dan pengurus masjid mambaul ulum menetapkan mulai tanggal 1 juli 1952 menyelenggarakan pendidikan formal dengan nama Madrasah mambaul Ulum yang beralamat di jalan H.Nursidiq No.09 Rt1 Rw05 dengan para tokoh pendiri diantaranya :
1)      Bapak H. Mufti
2)      Bapak Oesman Abdul Ghofsr
3)      Bapak Fadli oetomo
4)      Bapak Slamet Anwar
5)      Bapak Darsun
Pada tanggal 1 april 1960 telah turun surat keputusan dari kepala jawatan pendidikan agama republik indonesia dengan No : I/5/4870/48 sebagai izin operasional resmi pertama bagi jalannya madrasah ibtidaiyah mambaul ulum (MBU). Pada tahun 1956 nama madrasah mambaul ulum berdasarkan hasil rapat pengurus ranting jam’iyah nahdlatul ulama ajibarang kulon diganti dengan nama madrasah wajib belajar (MWB). Hal ini hanya berlangsung sampai tahu 1962, karena pada waktu itu para tokoh pendiri adalah orang-orang yang sangat mencintai organisasinya yaitu nahdlatul ulama, maka pada tahun 1962 berubah lagi namanya menjadi “ sekolah rakyat nahdlatul ulama (SRNU)”. Selajutnya pada tahun 1975 SRNU berubah menjadi MI Ma’arif Ajibaran Kulon.  
        Tanggal 1 januari 1975 berdasarkan surta keputusan kepala kantor wilayah departemen agama provinsi jawa tengah No. K/237/IIIb/75 menyatakan telah diakui sah daan tercatat dalam buku stambuk inspeksi pendidikan agama perwakilan departemen agama provinsi jawa engah sebagai perguruan swasta dengan nomor induk 237 dengan status TERDAFTAR kepala madrsahnya bapak Soekarno. Dengan demikian MI Ma’arif Ajibarang Kulon diberikan hak menurut hukum untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dan diperbolehkan mengkuti persamaan madrasah negeri.

b.      Visi dan Misi MI Ma’arif NU 1 Ajibarang
1)      Visi MI Ma’arif Ajibarang Kulon adalah sebagai berikut : “ unggul dalam prestasi IMTAQ dan IPTEK”.
2)      Misi MI Ma’arif ajibarang Kulon adalah sebagai berikut :
Ø  Membentuk manusia yang cerdas dan terampil
Ø  Membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah dan berkepribadian luhur
Ø  Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi mutu, baik secara keilmuan maupun secara moral dan sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan sumber daya insan yang mempunyai kualitas dibidang IMTAQ dan IPTEK.
Ø  Melaksanakan bimbingan secara effektif, membantu serta mendorong siswa untuk mengenali potensi diri, sehigga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki.
Ø  Menumbuhkan semanagat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
Ø  Menumbuhkan penghargaan terhadap ajaran agama islam yang berwawasan ahlussunnah wal jamaah.
Ø  Menyesuaikan diri terhadap perubahan mendasar tentang pelaksaaan konsep management peningkatan mutu berbasis sekolah ( MPMBS) serta kurikulum.

c.       Ektrakulikuler
Ø  Drumband
Ø  Kentongan
Ø  Qiroah
Ø  Pramuka
Ø  Olahraga
Ø  Tari
2. Lembaga pendidikan non formal
a. Identitas lembaga
Nama                      : TPQ Khusnul Khotimah
Status                      : Swasta
Alamat                    : Desa Sawangan Kec. Ajibarang
Waktu Belajar         : Pukul 15.00-17.00 (Ba’da Ashar)
Status tanah            : Wakaf/ Milik Sendiri

b. Visi dan Misi TPQ Khusnul Khotimah
        taman pendidikan Al-Qur’an Khusnul Khotimah kecamatan Ajibrang Kab. Banyumas sebagai tempat pendidikan memiliki komitmen kuat dalam mengembangkan baca tulis Al-Qur’an, berdaya guna, bermanfaat bagi pembangunan nasional yang mendapat ridho Alloh SWT.
Adapaun misi TPQ Khusnul Khotimah
Ø  Melanjutkan dan mengembangkan syi’ar agama islam ahlussunnah wal jamaah melalui penerapan, pengembangan ilmu pengetahuan serta seni keterampilan demi kesejahteraan manusia.
Ø  Menumbuhkembangkan intelektual muslim yang berwawasan kebangsaan dalam bingkai keislaman dan keimanan.
Ø  Mencetak lulusan yang beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah, berdaya guna dan berwawasan luas serta siap melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.


C. Hasil Penelitian tentang Problematika Pendidikan Islam
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa inggris yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan yang menimbulkan permasalahan.
Sedangkan yang lain menyatakan bahwa problema atau problematika merupakan suatukesenjangan antara harapan dan kenyataan.[9]
Dapat disimpulkan bahwa problematika adalah  berbagai persoalan yang belum dapat terselesaikan, hingga terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dihadapi dalam proses pemberdayaan baik yang datang dari individu guru maupun dalam upaya pemberdayaan masyarakat islami secara langsung dalam masyarakat.
Sedangkan pendidikan islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi islam.
Dapat disimpulkan dari pengertian problematika dan pendidikan islam berarti problematika pendidikan islam adalah masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan islam.
1. Problematika Pendidikan Islam di MI Ma’arif Ajibarang Kulon
Dalam melakukan penelitian di MI Ma’arif Ajibarang Kulon ini diajukan beberapa pertanyaan berikut :
a)      Apakah pendidikan islam di MI ini mengalami probematika ?
Ya, mengalami
Karena siswa yang heterogen, seperti yang kita tahu bahwa siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, menjadi sebuah tugas guru agar pembelajaran dikelas dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

b)      Apa saja problematika dalam pendidikan islam di MI ?
-          siswa
siswa yang memiliki perbedaan karakter, mau tidak mau membuat guru atau pengajar untuk dapat membuat kegiatan atau proses belajar mengajar didalam kelas lebih menarik sehingga siswa dapat menerima materi dengan baik pula.
-          Strategi mengajar
Variasi dari strategi dalam pembelajaran harus berbeda-beda sehingga dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran.

c)      Bagaimana cara mengatasinya dan solusi apa yang tepat untuk itu semua ?
-          masalah yang berkaitan dengan siswa dapat diatasi dengan cara membuat keguatan siswa dibagi dalam kelompok, individu atau berpasangan sehingga membuat siswa tidak bosan
-          Masalah yang berkaitan dengan strategi mengajar dapat diatasi dengan cara menambahkan media atau alat peraga yang dapat membantu proses pembelajaran didalam kelas. Misalnya : jika guru mengajarkan tata cara sholat dengan menggunakan video

d)     Bagaimana peran guru dalam menghadapi problematika itu sendiri ?
-          Meningkatkan partisipasi aktif siswa didalam kelas sehingga siswa dapat berperan dalam proses pembelajaran
-          Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran sehingga dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya

e)      Bagaimana langkah tepat seorang guru dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi problem-problem pendidikan islam yang akan datang ?
Dengan cara Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP) secara lengkap sehingga guru dapat menyelesaikan kemungkinan-kemungkinan adanya masalah yang akan muncul

f)       Bagaimana pengaruh IPTEK terhadap pendidikan islam yang ada di MI ?
IPTEK sangat berpengaruh terhadap pendidikan islam karena melalui IPTEK siswa dapat lebih mudah mencari informasi melalui internet, memanfaatkan IPTEK untuk proses pembelajaran dan menggunakan IPTEK sebagai fasilitas dalam mengerjakan tugas

g)      Bagaimana cara guru dalam menanamkan nilai-nilai keberagaman dalam pendidikan islam ?
-          saling menghargai
-          Saling menghormati
-          Toleransi

h)      Kendala-kendala yang ada dalam pendidikan islam di MI Ma’arif Ajibarang Kulon ini apa saja ?
Terbatasnya fasilitas belajar
Misal : buku yang terbatas, internet yang terbatas
Waktu yang terbatas ( jumlah pertemuan)
Kurangnya minat belajar siswa

i)        Bagaimana guru menyikapi perkembangan IPTEK yang pastinya akan berpengaruh pada pendidikan islam ?
-          Mengambil manfaat yang positif saja
Misal : ketika memanfaatkan fasilitas internet, siswa ditegaskan agar mencari materi yang telah ditentukan, jangan mengakses yang lainnya.
-          Pendampingan terhadap siswa ketika siswa memanfaatkan fasilitas internet agar tidak menyalahi aturan


2. Problematika Pendidikan Islam di TPQ Khusnnul Khotimah
Problematika yang dialami di TPQ Khusnul Khotimah ada beberapa hal yaitu kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran di TPQ seperti contohnya kurangnya ruang kelas tempat mengaji, meja untuk menulis, papan tulis. Kemudian selanjutnya kurangnya kesadaran anak untuk mengaji terutama di TPQ ini karena sistem pemebelajaran di TPQ ini kurang menarik.




























BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Jika sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka akan tercapai kemajuan yang dicita-citakannnya sebaliknya bila proses pendidikan yangdijalankan tidak berjalan secara baik aka tidak dapat mencapai kemajuan yang dicita-citakan.
Dan dari hasil penelitian diatas dapat dsimpulkan bahwa setiap lembaga pendidikan islam menghadapi sebuah problematika, dari setiap problematika tersebut dapat dcari solusi untuk meminimalisir akibat dari adanya problematika tersebut. Dengan adanya problematika dapat dijadikan sebagai tolak ukur sebuah lembaga pendidikan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari problematika pada lembaga pendidikan formal di MI Ma’arif Ajibarang Kulon peneliti memberikan saran agar pihak sekolah disini yaitu kepala sekolah dan guru lebih kreatif dalam menyediakan media pembelajaan supaya daya tarik siswa untuk beljar lebih meningkat. Dan untuk problematika dilembaga nonformal peneliti memberikan saran bahwa pihak pengurus TPQ Khusnul Khotimal harus lebih mepersiapkan cara-cara agar supaya pembelajaran di TPQ cenderiung tidak monoton dan supaya minat anak-anak untuk mengaji bertambah.


DAFTAR PUSTAKA
.
Herdiansyah, Haris. 2014. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta : Salemba Humanika.
Mulyana. Deddy. 2006.  Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.  Bandung. Remaja Rosdaykarya.
Putra Nusa dan Santi Lisnawati. 2013.  Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rohmad. 2015.  Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian. Purwokerto: STAIN PRESS
Soehadha. Moh. 2012. Metode Peelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, Yogyakarta : SUKA-PRESS.
Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islami. 1983. Surabaya: Al-Ikhlas
Putra Nusa dan Santi Lisnawati. 2013.  Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya


[1] Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 131.
[2]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 132.
[3] Rohmad, Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian, (Purwokerto: STAIN PRESS, 2015), hlm.121.
[4] Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 118.

[5] Moh Soehadha, Metode Peelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, (Yogyakarta :SUKA-PRESS, 2012), hlm. 112.
[6] Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 180.
[7] Nusa Putra dan Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.33.
[8] Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 143.
[9] Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islami, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm.65.

1 komentar:

  1. Why do metal concerts have the highest quality? - TiogaGraphs
    The number of titanium 6al4v metal titanium welder concerts produced per year is nearly 1.5 billion, with titanium build concerts ford edge titanium 2021 costing around titanium undertaker one-third as much as a nickel,

    BalasHapus