PROBLEMATIKA
PENDIDIKAN ISLAM DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
FORMAL DAN NON FORMAL
Laporan
observasi ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Kapita
Selekta Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu
Rahman
Affandi, S.Ag. M.Pd.
Disusun
oleh:
RIFIAN
DEWI ANGGRAENI
1423305271
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Peran pendidikan sangat
penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan
proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap
pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat,
bangsa dan negara. Jika sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka akan
tercapai kemajuan yang dicita-citakannnya sebaliknya bila proses pendidikan
yangdijalankan tidak berjalan secara baik aka tidak dapat mencapai kemajuan
yang dicita-citakan. Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh
berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek
pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau
suatu bangsa dimasa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan.
Misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi
kepada kebudayaan dihari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam
penjelasan umum UURI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasioanal yang
antara lain menyatakan : manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya.
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikena dan diakui oleh
masyaraat. Namun dalam dunia pendidikan sendiri banyak masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi diera globalisasi ini. Baik itu maslah yaang bersifat
internal maupun eksternal.
B. Fokus
Penelitian
Penelitian
yang dilaksanakan di desa Sawangan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas ini
berfokus pada Problematika Pendidikan Islam di Lembaga Pendidikan Formal dan
Non Formal
C. Tujuan
Kegiatan Penelitian
Adanya
kegiatan penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui
keadaan pendidikan islam dalam lembaga pendidikan formal dan non formal di desa
sawangan
2. Mendapatkan
gambaran tentang pelaksanaan dan problematika pendidikan islam di lembaga
pendidikan formal dan non formal di desa sawangan
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian
adalah lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan islam nonformal yang
ada di desa Sawangan
Lembaga pendidikan
islam formal yang diteliti yaitu MI Ma’arif NU 1 Ajibarang, sedangkan lembaga
pendidikan islam non formalnya yaitu TPQ Khusnul Khotimah.
B.
Metode Penelitian
Penelitisn
ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini dilakukan
dengan cara menggambarkan problematika pendidikan islam di lembaga pendidikan
islam formal dan nonformal.
C.
Instrumen Penelitian
Instrumen
yang diguakan dalam penelitian ini adalah :
1. Obsevasi
Observasi berasal dari
bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Catwright ini
mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan
mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan
tertentu. Observasi ialah kegiatan mencrai data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.[1]
Inti dari observasi
adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh
mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Potensi perilaku
seperti sikap dan minat yang masih dalam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi
atau kecenderungan perilaku tidak dapat diobservasi. Tujuan dari observasi
adalah untuk mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam
lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan serta mana kejadian berdasarkan perspektif
individu yang terlibat tersebut.[2]
Observasi adalah suatu
prose pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.[3]
2. Wawancara
Menurut Meleong (2005),
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang emngajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Menurut
Gorden (dalam Herdiansyah 2009) wawancara adalah percakapan antara dua orang
yang salah satunya bertugas untuk menggali dan mendapatkan inormasi untuk suatu
tujuan tertentu. Stewart & Cash, mendefinisikan wawancara sebagai sebuah interaksi
yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan tanggung jawab,
perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan
dengan kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain
hanya mendengarkan.[4]
Menurut Denzim dan Lincoln, wawancara adalah percakapan seni bertanya dan
mendengar.[5]
Wawancara secara garis
besar dibagi menjadi dua yakni wawanacara ta terstruktur dan wawancara
terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam,
wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka dan wawancara
etnografis. Sedangkan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku
yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dengan pilihan-pilihan
jawaban yang juga sudah disediakan.[6]
Wawancara yang
dilakukan dengan pembicaraan santai dalam berbagai situasi dan dilakukan secara
terus menerus maka akan mendapatkan informasi dan penjelasan yang lebih utuh,
mendalam, terperinci dan lengkap.[7]
Disini peneliti juga
menggunakan wawancara tak terstruktur, dimana walaupun susunan pertanyaannya
sudah ditetapkan sebelumnya namun untuk jawabannya tergantung dari responden.
Dan susunan pertanyaannya dan susuna kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat
diubah pada saat wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat
wawancara.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah
salah satu metode pengumpulan data kualitatifdengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan
dokumen lain atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.[8]
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penelitian dilakukan di MI Ma’arif NU 1 Ajibarang
dan TPQ Khusnul Khotimah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2017.
Sehingga kegiatan ini dilakukan hanya dalam waktu sehari, namun peneliti
mendapatkan cukup informasi.
B. Gambaran Umum Lembaga Pendidikan
1.
Lembaga pendidikan formal
a. Sejarah
berdirinya madrasah
Dalam perkembangannya
MI Ma’arif NU Ajibarang Kulon telah melalui jalan panjang. Bila dilihat dari
sekarang usianya sudah terhitung 61 tahun. Ini waktu yang cukup lama yang
membuktikan sebuah sekolah tingkat dasar berciri khas islam ini telah mengalam
iperjalanan panjang.
Awal mula berdirinya MI
Ma’arif Ajibarang Kulon sebagai sekolah pendidikan agama islam ditingkat dasar
yang diprakarsai oleh tokoh jam’iyah nahdlatul ulama yang sangat pedul dengan
pendidikan terutama dibidang agama. Beliau bapak H.Mufti dan bapak Oesman Abdul
Ghofar merintis kegiatan diniyah menempati gedung majlis ta’lim berjumlah 5
(lokal) wakaf dari bapak H. Mufti. Berdasarkan hasil rapat dari jam’iyah
nahdlatul ulama ranting ajibarang kulon dan pengurus masjid mambaul ulum
menetapkan mulai tanggal 1 juli 1952 menyelenggarakan pendidikan formal dengan
nama Madrasah mambaul Ulum yang beralamat di jalan H.Nursidiq No.09 Rt1 Rw05
dengan para tokoh pendiri diantaranya :
1) Bapak
H. Mufti
2) Bapak
Oesman Abdul Ghofsr
3) Bapak
Fadli oetomo
4) Bapak
Slamet Anwar
5) Bapak
Darsun
Pada tanggal 1 april
1960 telah turun surat keputusan dari kepala jawatan pendidikan agama republik
indonesia dengan No : I/5/4870/48 sebagai izin operasional resmi pertama bagi
jalannya madrasah ibtidaiyah mambaul ulum (MBU). Pada tahun 1956 nama madrasah
mambaul ulum berdasarkan hasil rapat pengurus ranting jam’iyah nahdlatul ulama
ajibarang kulon diganti dengan nama madrasah wajib belajar (MWB). Hal ini hanya
berlangsung sampai tahu 1962, karena pada waktu itu para tokoh pendiri adalah
orang-orang yang sangat mencintai organisasinya yaitu nahdlatul ulama, maka
pada tahun 1962 berubah lagi namanya menjadi “ sekolah rakyat nahdlatul ulama
(SRNU)”. Selajutnya pada tahun 1975 SRNU berubah menjadi MI Ma’arif Ajibaran
Kulon.
Tanggal 1 januari 1975 berdasarkan surta keputusan kepala
kantor wilayah departemen agama provinsi jawa tengah No. K/237/IIIb/75
menyatakan telah diakui sah daan tercatat dalam buku stambuk inspeksi
pendidikan agama perwakilan departemen agama provinsi jawa engah sebagai
perguruan swasta dengan nomor induk 237 dengan status TERDAFTAR kepala
madrsahnya bapak Soekarno. Dengan demikian MI Ma’arif Ajibarang Kulon diberikan
hak menurut hukum untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dan
diperbolehkan mengkuti persamaan madrasah negeri.
b. Visi
dan Misi MI Ma’arif NU 1 Ajibarang
1) Visi
MI Ma’arif Ajibarang Kulon adalah sebagai berikut : “ unggul dalam prestasi
IMTAQ dan IPTEK”.
2) Misi
MI Ma’arif ajibarang Kulon adalah sebagai berikut :
Ø Membentuk
manusia yang cerdas dan terampil
Ø Membentuk
manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah dan berkepribadian luhur
Ø Menyelenggarakan
pendidikan yang berorientasi mutu, baik secara keilmuan maupun secara moral dan
sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan sumber daya insan yang
mempunyai kualitas dibidang IMTAQ dan IPTEK.
Ø Melaksanakan
bimbingan secara effektif, membantu serta mendorong siswa untuk mengenali
potensi diri, sehigga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai
potensi yang dimiliki.
Ø Menumbuhkan
semanagat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
Ø Menumbuhkan
penghargaan terhadap ajaran agama islam yang berwawasan ahlussunnah wal jamaah.
Ø Menyesuaikan
diri terhadap perubahan mendasar tentang pelaksaaan konsep management
peningkatan mutu berbasis sekolah ( MPMBS) serta kurikulum.
c. Ektrakulikuler
Ø Drumband
Ø Kentongan
Ø Qiroah
Ø Pramuka
Ø Olahraga
Ø Tari
2.
Lembaga pendidikan non formal
a. Identitas lembaga
Nama : TPQ Khusnul Khotimah
Status : Swasta
Alamat : Desa Sawangan Kec. Ajibarang
Waktu Belajar : Pukul 15.00-17.00 (Ba’da Ashar)
Status tanah : Wakaf/ Milik Sendiri
b. Visi dan Misi TPQ
Khusnul Khotimah
taman pendidikan Al-Qur’an Khusnul Khotimah kecamatan
Ajibrang Kab. Banyumas sebagai tempat pendidikan memiliki komitmen kuat dalam
mengembangkan baca tulis Al-Qur’an, berdaya guna, bermanfaat bagi pembangunan
nasional yang mendapat ridho Alloh SWT.
Adapaun misi TPQ
Khusnul Khotimah
Ø Melanjutkan
dan mengembangkan syi’ar agama islam ahlussunnah wal jamaah melalui penerapan,
pengembangan ilmu pengetahuan serta seni keterampilan demi kesejahteraan
manusia.
Ø Menumbuhkembangkan
intelektual muslim yang berwawasan kebangsaan dalam bingkai keislaman dan
keimanan.
Ø Mencetak
lulusan yang beriman, bertaqwa, berakhlakul karimah, berdaya guna dan
berwawasan luas serta siap melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
C.
Hasil Penelitian tentang Problematika Pendidikan Islam
Istilah
problema/problematika berasal dari bahasa inggris yaitu “problematic” yang
artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa indonesia, problema
berarti hal yang belum dapat dipecahkan yang menimbulkan permasalahan.
Sedangkan yang lain
menyatakan bahwa problema atau problematika merupakan suatukesenjangan antara
harapan dan kenyataan.[9]
Dapat
disimpulkan bahwa problematika adalah
berbagai persoalan yang belum dapat terselesaikan, hingga terjadi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dihadapi dalam proses
pemberdayaan baik yang datang dari individu guru maupun dalam upaya
pemberdayaan masyarakat islami secara langsung dalam masyarakat.
Sedangkan pendidikan
islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi islam.
Dapat disimpulkan dari
pengertian problematika dan pendidikan islam berarti problematika pendidikan
islam adalah masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan islam.
1.
Problematika Pendidikan Islam di MI Ma’arif Ajibarang Kulon
Dalam melakukan penelitian
di MI Ma’arif Ajibarang Kulon ini diajukan beberapa pertanyaan berikut :
a) Apakah
pendidikan islam di MI ini mengalami probematika ?
Ya,
mengalami
Karena
siswa yang heterogen, seperti yang kita tahu bahwa siswa memiliki karakter yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, menjadi sebuah tugas guru agar pembelajaran
dikelas dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
b) Apa
saja problematika dalam pendidikan islam di MI ?
-
siswa
siswa yang memiliki perbedaan karakter,
mau tidak mau membuat guru atau pengajar untuk dapat membuat kegiatan atau
proses belajar mengajar didalam kelas lebih menarik sehingga siswa dapat
menerima materi dengan baik pula.
-
Strategi
mengajar
Variasi
dari strategi dalam pembelajaran harus berbeda-beda sehingga dapat menarik
minat siswa dalam proses pembelajaran.
c) Bagaimana
cara mengatasinya dan solusi apa yang tepat untuk itu semua ?
-
masalah yang
berkaitan dengan siswa dapat diatasi dengan cara membuat keguatan siswa dibagi
dalam kelompok, individu atau berpasangan sehingga membuat siswa tidak bosan
-
Masalah yang
berkaitan dengan strategi mengajar dapat diatasi dengan cara menambahkan media
atau alat peraga yang dapat membantu proses pembelajaran didalam kelas.
Misalnya : jika guru mengajarkan tata cara sholat dengan menggunakan video
d) Bagaimana
peran guru dalam menghadapi problematika itu sendiri ?
-
Meningkatkan
partisipasi aktif siswa didalam kelas sehingga siswa dapat berperan dalam
proses pembelajaran
-
Melakukan
refleksi terhadap proses pembelajaran sehingga dapat melakukan perbaikan pada
pembelajaran berikutnya
e) Bagaimana
langkah tepat seorang guru dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi
problem-problem pendidikan islam yang akan datang ?
Dengan
cara Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP) secara lengkap
sehingga guru dapat menyelesaikan kemungkinan-kemungkinan adanya masalah yang
akan muncul
f) Bagaimana
pengaruh IPTEK terhadap pendidikan islam yang ada di MI ?
IPTEK
sangat berpengaruh terhadap pendidikan islam karena melalui IPTEK siswa dapat
lebih mudah mencari informasi melalui internet, memanfaatkan IPTEK untuk proses
pembelajaran dan menggunakan IPTEK sebagai fasilitas dalam mengerjakan tugas
g) Bagaimana
cara guru dalam menanamkan nilai-nilai keberagaman dalam pendidikan islam ?
-
saling
menghargai
-
Saling
menghormati
-
Toleransi
h) Kendala-kendala
yang ada dalam pendidikan islam di MI Ma’arif Ajibarang Kulon ini apa saja ?
Terbatasnya
fasilitas belajar
Misal
: buku yang terbatas, internet yang terbatas
Waktu
yang terbatas ( jumlah pertemuan)
Kurangnya
minat belajar siswa
i)
Bagaimana guru
menyikapi perkembangan IPTEK yang pastinya akan berpengaruh pada pendidikan
islam ?
-
Mengambil
manfaat yang positif saja
Misal
: ketika memanfaatkan fasilitas internet, siswa ditegaskan agar mencari materi
yang telah ditentukan, jangan mengakses yang lainnya.
-
Pendampingan
terhadap siswa ketika siswa memanfaatkan fasilitas internet agar tidak
menyalahi aturan
2.
Problematika Pendidikan Islam di TPQ Khusnnul Khotimah
Problematika
yang dialami di TPQ Khusnul Khotimah ada beberapa hal yaitu kurangnya sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran di TPQ seperti contohnya
kurangnya ruang kelas tempat mengaji, meja untuk menulis, papan tulis. Kemudian
selanjutnya kurangnya kesadaran anak untuk mengaji terutama di TPQ ini karena
sistem pemebelajaran di TPQ ini kurang menarik.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peran pendidikan sangat penting
dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses
kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan
bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan
negara. Jika sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka akan tercapai
kemajuan yang dicita-citakannnya sebaliknya bila proses pendidikan
yangdijalankan tidak berjalan secara baik aka tidak dapat mencapai kemajuan
yang dicita-citakan.
Dan
dari hasil penelitian diatas dapat dsimpulkan bahwa setiap lembaga pendidikan
islam menghadapi sebuah problematika, dari setiap problematika tersebut dapat
dcari solusi untuk meminimalisir akibat dari adanya problematika tersebut.
Dengan adanya problematika dapat dijadikan sebagai tolak ukur sebuah lembaga
pendidikan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari
problematika pada lembaga pendidikan formal di MI Ma’arif Ajibarang Kulon
peneliti memberikan saran agar pihak sekolah disini yaitu kepala sekolah dan
guru lebih kreatif dalam menyediakan media pembelajaan supaya daya tarik siswa
untuk beljar lebih meningkat. Dan untuk problematika dilembaga nonformal
peneliti memberikan saran bahwa pihak pengurus TPQ Khusnul Khotimal harus lebih
mepersiapkan cara-cara agar supaya pembelajaran di TPQ cenderiung tidak monoton
dan supaya minat anak-anak untuk mengaji bertambah.
DAFTAR
PUSTAKA
.
Herdiansyah, Haris.
2014. Metode Penelitian Kualitatif untuk
Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta : Salemba Humanika.
Mulyana. Deddy. 2006. Metodologi Penelitian
Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung. Remaja Rosdaykarya.
Putra Nusa dan Santi
Lisnawati. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Rohmad. 2015. Pengembangan
Instrumen Evaluasi dan Penelitian. Purwokerto: STAIN PRESS
Soehadha. Moh. 2012. Metode Peelitian Sosial Kualitatif untuk
Studi Agama, Yogyakarta : SUKA-PRESS.
Syukir.
Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islami.
1983. Surabaya: Al-Ikhlas
Putra Nusa dan Santi
Lisnawati. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
[1] Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 131.
[2]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 132.
[3] Rohmad, Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian, (Purwokerto: STAIN
PRESS, 2015), hlm.121.
[4] Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 118.
[5] Moh Soehadha, Metode Peelitian Sosial Kualitatif untuk
Studi Agama, (Yogyakarta :SUKA-PRESS, 2012), hlm. 112.
[6] Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 180.
[7] Nusa Putra dan Santi Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.33.
[8] Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 143.
[9] Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islami, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
hlm.65.
Why do metal concerts have the highest quality? - TiogaGraphs
BalasHapusThe number of titanium 6al4v metal titanium welder concerts produced per year is nearly 1.5 billion, with titanium build concerts ford edge titanium 2021 costing around titanium undertaker one-third as much as a nickel,