Rabu, 03 Mei 2017

Khafidin 1423305243 PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM (MI MA’ARIF NU 1 SINDANG KABUPATEN PURBALINGGA DAN PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL ‘ULUM PURWOKERTO)

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI LEMBAGA FORMAL DAN NON FORMAL (MI MA’ARIF NU 1 SINDANG KABUPATEN PURBALINGGA DAN PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL ‘ULUM PURWOKERTO)


Makalah disusun guna memenuhi tugas terstrktur mata
kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen pengampu Rahman Afandi, M. S. I.
Disusun oleh
Khafidin         1423305243

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Misi utama yang diemban oleh institusi pendidikan islam adalah menjadikan manusia-manusia beriman dan berpengetahuan, yang keberadaannya antara satu dengan yang lainnya saling menunjang dalam melahirkan peradaban. Dimensi keimanan dan pengetahuan menjadi variabel utama dalam menjaga keseimbangan kepribadian pada diri setiap manusia. Keimanan akan selalu berorientasi pada ketaqwaan dan membawa manusia pada kebenaran dalam menetapkan misi pengembangan ilmu pengetahan. Lembaga pendidikan Islam terbagi menjadi tiga, yaitu lembaga formal, lembaga Informal, dan nonformal. Lembaga-lembaga inilah yang nantinya akan mencetak manusia-manusia yang berilmu dan berkeadaban. Pendidikan yang diajarkan dilembaga-lembaga tersebut yaitu sebuah pendidikan yang mampu membentuk manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal serta anggun dalam moral dan kebajikan.
Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pendidikan Islam era modern ini banyak ditemukan problematika-problematika didalamnya yang perlu mendapat perhatian. Problematika pendidikan muncul tidak hanya didalam satu jenis lembaga saja, melainkan semua jenis lembaga baik lembaga formal, non formal, ataupun informal. Untuk itu kita sebagai generasi muda yang berwawasan tinggi harus dapat mengidentifikasi suatu problematika, agar pendidikan dimasa yang akan datang bisa berjalan ke arah yang lebih baik lagi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pendidikan islam ?
2.      Menjelaskan lembaga-lembaga pendidikan islam ?
3.      Bagaimana problematika pendidikan islam di lembaga formal dan non formal ?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan islam.
2.      Untuk mengetahui lembaga-lembaga pendidikan islam.
3.      Untuk mengetahui problematika-problematika islam di lembaga formal dan non formal.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Waktu dan Tempat Pembahasan
1.      Lembaga Pendidikan Formal
a.       Waktu :Sabtu, 22 April 2017
b.      Tempat: Aula Pendidikan Sekolah
2.      Lembaga Pendidikan Formal
a.       Waktu : Selasa, 26 April 2017
b.      Tempat: Kantor Pondok Pesantren

B.     Gambaran Umum Sekolah
1        Lembaga Pendidikan Formal
a.       Identitas Sekolah: MI MA’ARIF NU 1 SINDANG KABUPATEN PURBALINGGA

b.      Visi dan Misi
Visi:
“Mewujudkan Madrasah Yang Melahirkan Generasi Penerus YangBerakhlakul Karimah, cerdas, Terampil, Mandiri, Inovatif, Serta
Unggul Dalam Prestasi”.

Misi:
1.      Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, cerdas,
trampil, mandiri serta berkualitas
2.      Menyiapkan generasi yang unggul dalam bidang IMTAQ dan IPTEK serta berwawasan luas
3.      Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama sehingga terbangun insan berbudi luhur serta berakhlakul

c.       Ekstra kulikuler
1.      OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah Atau Madrasah)
2.      Ekstra kulikuler Pramuka
3.      Ekstra kulikuller
4.      Ekstra kulikuler sepak bola


2        Lembaga Pendidikan Nonformal
a.       Identitas Sekolah: PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL ‘ULUM PURWOKERTO
b.      Alamat: JL. Kamandaka Gg. Balong – Karangsalam Kidul Rt. 02/ Rw. 04 Kedung Banteng – Banyumas. Kode Pos 52152.

C.    Pengertian Pendidikan Islam
Ilmu pendidian Islam adalah Ilmu pendidikan yang berdasrkan Islam. Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasrkan dan bersumber pada Al-Qur’am dan Al-Hadits, serta akal.[1]
Pendiidikan Islam dapat dirumuskan dalam beberapa istilah, yaitu  tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan tadris. Tarbiyah dapat diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik ke peserta didik, agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur”. Ta’lim sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran. Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim dengan “proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu”. Pengertian ini didasarkan pada Firman Allah SWT dal QS Al-Baqarah ayat 31. Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tatkrama, adab, budi pekeri, akhlak, dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan. Artinya, orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan. [2]



D.    Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan islam adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan. Proses yang dimaksudkan adalah dimulai dari lingkungan keluarga. Pendidkan islam yang berlangsung melalui proses operasional menuju tujuannya, memerlukan model dan sistem yang konsisten dan dapat mendukung nilai-nilai moral spiritual yang melandasinya. Nilai-nilai tersebut diaktualisasikan berdasarkan orientasi kebutuhan perkembangan fitrah siswa yang dipadu dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada.
Berbicara tentang lembaga-lembaga pendidikan islam memang terdapat banyak jenis dan bentuknya, yaitu:
1.      Pesantren
Pesaantren merupakan lembaga pendidikan tradisional islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral agama islam sebagai pedoman hidup masyarakat sehari-hari. sebagai suatu lembaga pendidikan islam, pesantren dari sudut historis kultural dapat dikatakan sebagai “training center” yang otomatis menjadi “cultural central” islam yang disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat islam sendiri yang secara defacto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah.[3]
Ciri-ciri pondok pesantren yaitu:
a.       Adanya hubungan yang akrab antara murid (para santri) dengan sosok kiyai.
b.      Tunduknya santri kepada kiyai.
c.       Hidup hemat dan sederhana memang benar-benar dulakukan dalam kehidupan pesantren.
d.      Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di pesantren.
e.       Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren.
f.       Disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan di lingkungan pondok pesantren.
g.      Berani menderita untuk mencapai sesuatu tujuan merupakan salah satu pendidikan yang diperoleh di pesantren.[4]
2.      Madrasah
Madrasah merupakan “isim makan” kata “darasa” dalam bahasa Arab, yang berarti “temppat duduk untuk belajar” atau populer dengan sekolah. Sistem pendidikan dan pengajaran yang digunakan pada madrasah merupakan perpaduan antara pondok pesantren dengan sistem yang berlaku pada sekolah-seklah moderen. Proses perpaduan tersebut berlangsung secara berangsur-angsur, mulai darai mengikuti sistem klasikal. Sistem pengajaran kitab, diganti dengan bidang-bidang pengajaran tertentu, walaupun masih menggunakan kitab-kitab yang lama.         Adapun pengetahuan umum yang diajarkan pada madrasah pada masa-masa awal adalah:
a.       Membaca dan menulis (Huruf Laatin) bahasa Indonesia.
b.      Berhitung.
c.       Ilmu bumi.
d.      Sejarah Indonesia dan dunia.
e.       Olahraga dan kesehatan.[5]
3.      Majelis Taklim
Bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi pendidikan luar sekolah atau satu lembaga pendidikan islam yang bersifat nonformal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan ketrampilan jama’ahnya, serta memberantas kebodohan umat islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta diridhoi oelh Allah SWT.[6]
4.      Institut Agama Islam Negeri
Untuk adaptasi bagi mereka yang ingin berstudi di lembaga pendidikan STI (Sekolah Tinggi Islam), diberikan materi-materi di kegiatan mamatrikulasi. Pada tingkat martikulasi ini terbuka bagi pemegang pemegang ijazah Sekolah Menengah Atas , dan bagi mereka yang lulus Madrasah Aliyah. Umumnya kedua lulusan ini memerlukan kursus pendahuluan selama satu atau dua tahun. Bagi lulusan SMA, dimaksudkan untuk menambah wawasan pengetahuan Bahasa Arabdan pengetahuan agama, sedangkan bagi lulusan MA utnuk memperoleh mutu yang lebih tinggi dalam pengetahuan umum. Sementara itu bagi karier dimasa depan para lulusan, disebutkanlah jabatan-jabatan sebagai berikut:
a.       Sebagai guru agama pada berbagai macam sekolah.
b.      Pejabat pada peradilan agama.
c.       Sebagai pegawai negeri dan dinas keagamaan.[7]


E.     Hasil Penelitian (Problematika)
1.      Lembaga Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Didalam pendidikan formal terdapat berbagaimacam jenis pelajaran yang diajarkan, tidak hanya pelajaran umum melainkan terdapat juga pelajaran agama yang dipelajarinya. Lembaga pendidiakn formal yang saya teliti yaitu di Mi Ma’arif Nu 1 Sindang Kabupaten Purbalingga. Di Mi Ma’arif Nu 1 Sindang Kabupaten Purbalingga masih terdapat problematika pendidikan yang saya temukan. Diantara problematika tersebut yaitu seperti sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya terpenuhi. Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolahan tersebut saya bisa katakan sudah cukup memadai dan sudah baik, namun masih harus dilengkapi supaya dapat menunjang pembelajaran yang lebih efektif dan efisien lagi serta siswa-siswi di MI tersebut semangat belajarnya semakin tinggi. Selain itu belum terpenuhinya lab praktik khusus bagi kegiatan keagamaan. Seperti yang kita ketahui bahwasannya suatu kegiatan apabila hanya disampaikan dengan materi saja, maka pemahaman sisiwa kurang dapat berkembang. Lain halnya jika dilengkapi dengan cara praktik langsung maka sisiwa seolah-olah melakukan hal tersebut secara nyata tidak hanya sebatas dalam angan-angan saja. Seperti contohnya praktik haji atau umroh, praktik sholat jenazah, memandikan jenazah dan seterusnya serta praktik zakat dan lain-lain. Problematika yang berkembang dizaman modern seperti ini yaitu maraknya penggunaan HP yang berlebehin bagi kalangan anak-anak, sehingga mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa disekolah. Anak-anak pada zaman sekarang lebih senang bermain HP dari pada belajar. Karena tekhnologi yang ada di HP sangat menggiurkan, yaitu seperti game, bbm, instagram facebook dan lain-lain masih banyak lagi. Untuk itu diperlukang pengawasan dari orang tua yang lebih intens lagi.

2.      Lembaga Pendidikan Nonformal
Problematika yang saya temukan didalam lembaga pendidikan nonformal pondok pesantren yaitu kurang begitu diminati oleh masyarakat. Mereka menganggap bahwa di dalam pondok pesantren akan merasa tertekan oleh peraturan yang berjalan didalamnya. Namun sesungguhnya peraturan-peraturan yang dibuat didalam pondok untuk mendidik santri-santrinya supaya berperilaku disiplin dan taat kepada Allah SWT. Jadi pada intinya pendidikan islam dipondok pesantren jarang sekali diminati dan hanya dari sebagian mereka yang ingin benar-benar menuntut ilmu di pondok pesantren.
Ada beberapa dari mereka yang mau belajar dipondok akan tetapi semua itu berdasarkan atas perintah dari orang tuanya yang memaksa anaknya supaya tinggal dan belajar dipondok. Semua itu akan menjadi problematika tersendiri dan menimbulkan masalah baru dalam pendidikan islam di lembaga nonformal pondok pesantren. Contoh problematika yang ditimbulkan dari masalah seperti itu yaitu, menghadapi sifat santri yang malas diatur, suka mbolos saat kegiatan belajar mengajar dimulai (ngaji), kurang memperhatikan saat pembelajaran, dan suka melanggar aturan-aturan pondok yang berlaku. Problematika lain yang terdapat di pondok pesantren Roudlotul ‘Ulum Purwokerto yang saya teliti yaitu masih kurangnya tenaga pendidik yang mengampu santri-santri. Selain itu, kurikulum yanng berjalan di pondok pesantren tersebut masih kuranng begitu jelas dan masih perlu pengembangan ke arah yang lebih baik lagi supaya kegiatan belaja mengajar dapat berjalan lebih efektif dan efisien.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan kajian-kajian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwasanya suatu lembaga pendidikan formal maupun non formal masih terdapat suatu problematika-problematika yang harus diselesaikan dan dituntaskan, agar suatu pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Utntuk itu, semua elemen yang tergabung dalam lembaga-lembaga yang bersangkutan harus saling kerja sama dan membantu satu sama lain agar problem-problem yang masih menjadi kendala dapat terselasaikan.
Ciri-ciri suatu lembaga yang dapat menjadi pedoman dimasa depandan menjadi panutan yaitu sebagai berikut:
1.      Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjjikan dengan segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan.
2.      Daya tangkap (responsiveness), yaitu kemauan atau kesediaan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
3.      Jaminan (assurance), mencangkup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sikap yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
4.      Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikas yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
5.      Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan sarana komunikasi.[8]







DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja    Rosdakarya
Mujib, Abdul, Dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Radar Jaya Offset
Mustajab. 2015. Masa DepanPesantren. Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang
Zubaedi. 2012.  Isu-Isu Baru Dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam Dan Kapita        Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar





[1] Ahmad tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Hlm. 12.
[2] Abdulllah Mujib, dkk. Ilmu Pendidikan Islam,… Hlm 12-20.
[3] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Radar Jaya Offset, 1996). Hlm 37-40.
[4] Mustajab, Masa DepanPesantren (Yogyakarta:PT LKIS Printing Cemerlang, 2015). Hlm 58.
[5] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Radar Jaya Offset, 1996). Hlm 66, 73.
[6] Ibid, hlm. 94
[7] Ibid, hlm 104-105
[8] Zubaedi, Isu-Isu Baru Dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam Dan Kapita Selekta Pendidikan Islam   (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) hlm, 243-244

Tidak ada komentar:

Posting Komentar