Rabu, 03 Mei 2017

1423305226 AULIYA AFIA NINGRUM (MI Wathoniyah Islamiyah kebarongan dan TPQ Al-Huda Kebarongan)



LAPORAN OBSERVASI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI MI WATHONYAH ISLAYAH KEBARONGAN DAN TPQ AL HUDA

 


Diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
“Kapita Selekta Pendidikan Islam ”
Dosen Pengampu: Rahman Afandi, S.Ag., M.S.I


Oleh:
Auliya Aafia Ningrum
1423305226

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam  lembaga-lembaga pendidikan islam di Indonesia memang terdapat banyak jenis dan bentuknya, seperti pendidikan formal, informal dan nonformal. Akan tetapi dalam konteks ini hanya sebagian saja yang penulis coba kemukaakan, yaitu pendidikan formal dan nonformal seperti madrasah dan Tempat  Pendidikan Al-Qur’an ( TPQ) yang mana keduanya memiliki persamaan serta perbedaan. Berikut ini pembahasan yang lebih lengkap.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian pendidikan islam pada sekolah umum?
2.      Bagaimana pendidikan islam formal dan nonformal?
3.      Bagaimana profil MI wathoniyah islamiyah Kebarongan?
4.      Bagaiman Taman Pendidikan Al-Qur’an Al Huda?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan islam pada sekolah umum.
2.      Untuk mengetahui pendidikan islam formal dan nonformal
3.      Untuk mengetahui profil MI wathoniyah islamiyah Kebarongan
4.      Untuk mengetahui Taman Pendidikan Al-Qur’an Al Huda

BAB II
ISI

A.    Pendidikan Islam pada Sekolah Umum
Pendidikan secara cultural pada umumnya berada dalam lingkup peran, fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang bermaksud menganggkat dan menegakkan martabat manusia melalui transmisi yang dimilikinya, terutama dalam membentuk transfer of knowledge dan transfer of  value.
Dalam konteks ini secara jelas juga menjadi sasaran jangkauan pendidikan islam, karena bagaimanapun pendidikan islam merupakan bagian dari system pendidikan nasional, sekalipun dalam kehidupan bangsa Indonesia tampak sekali terbedakan eksistensinya secara structural. Tapi secara kuat ia telah berusaha untuk mengambil peran yang kompetitif dalam seting sosialogis bangsa, walaupun tetap saja tidak mampu menyamai pendidikan umum yang ada dengan otonomi dan dukungan yang lebih luas,dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara nyata. 
Sebagai pendidikan yang berlebel agama, maka pendidikan islam memiliki transmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya dibanding dengan pendidikan umum, sekalipun lembaga ini juga memiliki muatan serupa. Karena itulah pendidikan berusaha memadukan unsure profane dan imanen, dimana dengan pemaduan ini, akan membuka kemungkinan terwujudnya tujuan inti pendidikan islam yaitu melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, yang satu sama lainnya menunjang. [1]
Antara ilmu pengetahuan dan pendidikan islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masyarakat islam, serta tuntutannya dalam membangun manusia seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahauan yang dicerna melalui proses pendidikan. Proses pendidikan tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga dan lebih penting lagi yaitu dapat menemukan konsepsi baru ilmu penegetahuan yang utuh, sehingga membangun masyarakat islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan.
Ilmu pendidikan yang dikembangkan dalam pendidikan haruslah berorientasi pada nilai-nilai islami, yaitu ilmu pengetahuan yang bertolak dari metode ilmiah dan metode profetik. Ilmu pengetahuan tersebut bertujuan menemukan dan mengukur paradigm dan premis intelektual yang berorientasi pada pembaharuan dan pembangunan masyarakat,  juga berpijak pada kebenaran yang merupakan sumber dari segala sumber.
Keadaan yang demikian tidak mendukung tata kehidupan umat yang mampu melahirkan peradaban islam. Berikut realitas membuktikan bahwa pendidikan agama (islam) dan pendidikan umum selama ini sering diberikan batasan pengertian sebagai berikut :
1.      Pendidikan agama yaitu penyelenggaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran agama sedang pendidikan umum yaitu penyelenggaraan pendidikan yang memberikan materi atau mata pelajaran umum.
2.      Pendidikan agama sebagai lembaga pendidikan pada madrasah atau sejenisnya, sedangkan pendidikan umum sebagai lembaga pendidikan umum seperti SD,SMP, SMA dan sejenisnya.[2]

B.     Pendidikan Islam Formal dan Nonformal
Pendidikan pada dasarnya merupakan kegiatan seumur hidup (lifelong learning) yang diwujudkan dalam tiga kategori dasar institusi pembelajaran (Longworth,2003 : 44), yaitu pembelajaran formal (formal learning), pembelajaran nonformal (nonformal learning), dan pembelajaran informal (informal learning). ketiga institusi tersebut bersifat sinergis dan sama pentingnya mempengaruhi kebutuhan manusia.
Menurut undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan terdiri dari tiga, yaitu pendidikan informa, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. jalur pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang dilaksanakan dalam beberapa jenjang yaitu : jenjang pendidikan dasar(MI/SD), pendidikan menengah(MTS/SMP), dan pendidikan tinggi(MA/SMA/SMK). sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambahm dan/atau pelengkapan pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan islam sepanjang hayat.
pendidikan formal adalah pendidikan yang sangat terlembagam adanya kelas yang bertingkat dan struktur system pendidikan yang hirarkis, yaitu tingkatan sekolah terendah adalah sekolah dasar dan yang tertinggi adalah universitas. sedangkan pendidikan nonformal dimaknai sebagai setiap aktifitas pendidikan diluar pendidikan formal, yaitu setiap aktifitas pendidikan yang terorganisasi dan sistematis yang berada di luar jalur pendidikan formal yang memberikan pendidikan pada kelompok tertentu,baik orang dewasa maupun anak-anak. persamaan keduanya mungkin pada bentuk dan metode pendidikan, misalnya sama-sama mengajarkan baca tulis. Sedangkan perbedaan keduanya ada pada faktor pendukung dan pengarur kelembagaannya, yaitu pada kelompok yang dilayani.
Definisi pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan sistematis, di luar system persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari aktifitas yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani belajar peserta didik tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal melayani pendidikan kepada masyarakat baik orang dewasa maupun anak-anak (Mundzir, 2010: 7). Sedangkan para ahli mendefinisikan pendidikan nonformal sebagai berikut :
a.       Pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sisitem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial, dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial . Hamojo (1973 : vii)
b.      Sedangkan yang dimaksud pendidikan sosial dalam hal ini adalah semua kegiatan pendidikan termasuk didalamnya pendidikan olah raga dan rekreasi yang diselenggarakan diluar sekolah bagi pemuda dan orang dewasa, tidak termasuk kegiatan-kegiatan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum sekolah. (article 2) lifelong learning in japan (1992 : 39).[3]
Mundzir (2010: 8) mengutip Simkins (1976), membedakan pendidikan formal dan nonformal dari sisi tujuannya, waktu, isi, system penyampaian, dan control. perbedaan tersebut sebagai berikut :
a.       Segi tujuan ;pendidikan formal (PF) bersifat jangka panjang dan bertujuan untuk memperoleh ijazah, sedangkan pendidikan nonformal (PFN) lebih bersifat jangka pendek dan spesifik serta tidak selalu atau kurang berrientasi ijazah.
b.      Segi waktu, pendidikan formal programnya lebih lama dan menjadi dasar bagi program untuk tingkat berikutnya dan merupakan persiapan untuk masa depan yang panjang dan waktunya full time, sedangkan PNF waktunya lebih pendek tergantung yang akan dicapai dan bukan persiapan untuk hidup tetapi tergantung kebutuhan baik untuk orang dewasa maupun anak – anak, dan bersifat part time.
c.       Segi isi program,  PF biasanya lebih bersifat akademik sedangkan PNF isi programnya lebih bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan langsung.
d.      Segi system penyampaian, perbedaan PF lebih berorientasi pada kelembagaan, programnya kurang berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar, lebih berorientasi pada guru, penggunaan sumber lebih intensif sedang PNF lebih berorientasi pada lingkungan, programnya juga berkaitan langsung dengan kebutuhan lingkungan, berorientasi pada warga belajar, lebih hemat dalam pembiayaan.
e.       Segi control dan evaluasi, pada PF maka evaluasi dilakukan oleh pihak diluar diri siswa, sedang PNF evaluasi ditekankan pada evaluasi diri dan lebih bersifat demokratis. adapun fungsi ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasa pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.[4] 

C.    MI Ma’arif NU 1 Panusupan
Madrasah merupakan “isim makan” kata “dasarnya” dalam bahasa arab, yang berarti “tempat duduk untuk belajar” atau popular dengan sekolah. Lembaga pendidikan ke-20. Kelahiran madrasah ini tidak terlepas dari ketidakpuasan terhadap system pesantren yang semata-mata menitik beratkan agama, dilain pihak sistem pendidikan umum justru ketika itu tidak menghiraukan agama.
Dengan demikian, kehadiran dilatar belakangi oleh keinginan untuk memberlakukan secara berimbang antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum dalam kegiatan pendidikan dikalangan umat isalam. Adanya perbedaan yang sangat kontradiktif dari kedua system pendidikan rupanya merupakan penggugah bagi kaum pribumi. Mereka menyadari akan pentingnya pendidikan umum dengan tidak mengesampingkan dan meninggalkan pola pendidikan pesantren.
Dengan demikian, setidak-tidaknya kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan islam mempunyai beberapa latar belakang, yaitu :
1.      Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan system pendidikan islam.
2.      Usaha penyempurna terhadap system pesantren kearah suatu system pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum.
3.      Adanya sikap mental pada sementara golongan umat islam, khususnya santri yang terpukau pada barat sebagai system pendidikan mereka.
4.      Sebagai sisitem untuk menjembatani antara system pendidikan tradisional yang dilaksanakan oleh pesantren dan system pendidikan modern dari hasil akulturasi.[5] 
Dari hasil rangkuman tentang madrasah diatas, penulispun melakukan observasi dan menggali informasi di lembaga pendidikan formal yaitu di MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan, meliputi :
1.      Profil MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan
MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan adalah lembaga pendidikan tingkat dasar atau madrasah ibtidaiyah yang bersama-sama dengan MTs Wathoniyah Islamiyah dan MA Wathoniyah Islamiyah sebagai pendidikan tingkat lanjutan berada di bawah naungan Yayasan PONMESMAWI (Pondok Mesjid Madrasah Wathoniyah Islamiyah).
MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan di dirikan pada 28 Mei 1992 dan di sahkan pada tanggal 18 April 2005 dengan nomor Kw.11.4/4/PP.03.2.01/2005. MI Wathoniyah Islamiyah memiliki luas tanah kurang lebih 1400 m2 dengan luas bangunan 600 m2.
MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan berlokasi di desa Kebarongan kecamatan Keranjen Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Lebih tepatnya beerlokasi di desa Kebarongan tepatnya di jalan raya Buntu-Gombong KM 2 Rt 01 Rw 13 kecaatan keranjen kabupaten Banyumas.Yang mana di Madrasah ini berupaya mendidik dan menghasilkan lulusan yang beriman, berilmu dan berakhlaq mulia sehingga menjadi pribadi yang berkarakter.
Dari segudang prestasi yang diraih, menyebabkan MI Wathoniyah Islamiyah (MI.WI) menjadi sekolah yang terakreditasi “A” sehingga menjadikan Madrasah ini sebagai faforit masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di sana.
MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan  memiliki berbagai fasilitas pendukung untuk menunjang prestasi belajar siswa-siswinya, antara lain :
a.       Ruang kelas yang nyaman  dan memadai terdiri dari kelas 1-6 yang masing-masing kelas terdiri dari kelas A dan B
b.      Ruang perpustakaan yang dilengkapi buku-buku pelajaran
c.       Tenaga pendidik yang professional dan berkopeten dibidangnya
d.      Ruang UKS
e.       Perlengkapan olahraga
f.       Perlengkapan marching band
g.      Alat musik kentongan dan rebana/hadroh
h.      Pelengkapan pramuka
i.        Lapangan Olahraga
j.        AULA
k.      Kantin sekolah
l.        Toilet sekolah/KM
m.    Kantor/ruang Guru
2.      Daftar Guru MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan
Berikut ini merupakan daftar guru di MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan  :
a.       Zahidah Mery sebagai kepala sekolah
b.      Malihah sebagai guru kelas 1
c.       Eti Bahyati
d.      Nurul Qodariyah
e.       Muflikhatul Qiromah
f.       Keri Sugiartini
g.      Nur Abidah
h.      Hanif Fauzi
i.        Suparno
j.        Mukhlisin
k.      Ahlan Suhefi
l.        Kabyantoko
m.    Ali Rojikin
n.      Andri Ma’ruf
3.      Daftar tenaga kebersihan dan keamanan
a.       Sutiyah sebagai penjaga kantin
b.      Wawan sebagai petugas kebersihan dan keamanan sekolah
4.      Sistematika pembelajaran di MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan
Di MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan pembelajaran Bahasa Arab diajarkan pada kelas satu sampai dengan enam,namun pada jenjang kelas satu dan kelas dua masih di ajarkan Bahasa arab dasar seperti mufrodat, sedangkan pada kelas 3 sampai kelas 6 sudah di ajarkan percakapan bahasa arab dan perkenalan, dan pembelajarannya dilakukan satu minggu sekali yang mana setiap satu kali pertemuan hanya 35 menit saja.
Dalam proses pembelajaran Bahasa Arab biasanya pendidik (guru) menggunakan metode yang beragam agar menambah semangat belajar anak, tidak monoton, tidak bosan dan meningkatkan hasil dari pembelajaran  tersebut. Peran  serta perhatian dari orang tua seperti dalam hal mengaji dan belajar, sangat mempengaruhi hasil belajar anaknya.
Akan tetapi terkadang pembelajaran berjalan kurang maksimal di karenakan kurangnya fasilitas penunjang pembelajaran seperti LCD dan praktek menggunakan Bahasa Arab secara langsung.

D.    Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) merupakan tempat pendidikan nonformal  di bidang keagamaan khususnya baca tulis Al-Qur’an, yang mendidik dari anak-anak sampai orang dewasa diluar jam sekolah, TPQ sangatlah membantu masyarakat yang buta akan baca tulis al-qur’an, serta memiliki peran penting dalam masyarakat.
Dari sekilas tentang Taman Baca Al-Qur’an (TPQ) penulis akan menyajikan hasil observasinya di TPQ Al-Huda desa Kebarongan Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas, meliputi :
1.      Profil TPQ Al-Huda
TPQ Al-Huda merupakan sebuah tempat pendidikan nonformal yang di rintis oleh ustad Sahir Asngadi, beliau merupakan seorang yang pintar agama. TPQ Al-Huda bertempat di Desa Kebarongan  RT 02 RW 13 Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas. Berkembangnya TPQ Al-Huda tidak lepas dari peran masyarakat sekitar yang sangat mendukung baik secara moral serta financial tedadap kegiatan majelis tersebut.
2.      Daftar ustad dan ustazah TPQ Al-Huda
Berikut daftar ustad dan ustazah yang mengelola TPQ Al-Huda :
a.       Ustad Sahir Asngadi sebagai pengajar khusus untuk al-qur’an.
b.      Ustad Heri  sebagai pengajar khusus Al-Qur’an.
c.     Ustadzah ifah sebagai pengajar khusus untuk iqro.
Selain ustadz dan ustadzah tersebut TPQ Al-Huda ini juga di bantu oleh para remaja masjid yang tergabung dalam IRMAS (Ikatan Remaja Masjid).
3.      Sistematika Pengajaran di TPQ Al-Huda
Metode pengajaran yang diterapkan di TPQ Al-Huda menggunakan metode  pengajaran dipondok pesantren yang dimodifikasi dengan metode  pembelajaran di sekolah-sekolah formal, seperti menggunakan metode hafalan,tertulis, tanya jawab, ceramah dan masih banyak lagi. Selain metode pengajaran di TPQ Al-Huda juga menerapkan sisitem pembagian kelas atau jenjang pendidikan al-qur’an, seperti :
a.       Jenjang pendidikan Al-Qur’an
b.      Jenjang pendidikan juz amma 
c.       Jenjang pendidikan menulis doa-doa harian
Dengan sarana yang memadai TPQ Al-Huda mempunyai beberapa fasilitas pendukung dalam proses mengaji seperti : mushola untuk mengaji, alat tulis, al-qur’an, juz amma, iqro’.
d.      Peran TPQ Al-Huda di masyarakat
1)      Memudahkan masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa belajar agama
2)      Membentuk karakteristik lingkungan dan masyarakat yang agamis
3)      Menjadikan generasi muda agar memiliki akhlak yang mulia dan tidak buta huruf arab/Al-Qur’an

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan merupakan proses melakukan bimbingan, pembinaan atau pertolongan yang di berikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak anak mampu melaksanakan tugasnya secara mandiri tidak bergantung pada orang lain, dalam proses pendidikan dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal. Pendidikan secara formal di peroleh dengan mengikuti program-program yang telah direncanakan, terstruktur oleh insitusi,departemen, atao kementrian suatu Negara. Sedangkan pendidikan nonformal di peroleh dari kehidupan sehari-hari dari berbagai pengalaman baik yang di alami atau di pelajari dari orang lain.
Jadi yang termasuk pendidikan formal adalah madrasah. Madrasah meupakan sekolah atau perguruan yang di dasarkan agama islam, seperti MI Wathoniyah Islamiyah Kebarongan. sedangkan  lembaga nonformal seperti TPQ Al-Huda.

Daftar Pustaka

Hasbullah.1999.Kapita Selekta Pendidikan.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kamil, Mustofa.2011.Pendidikan Nonformal.Bandung: ALFABETA.
Marimba, Ahmad D.1986.Pengantar Filsafat Islam.Bandung: Al Ma’arif.
Sumiarti.2016.Ilmu Pendidikan.Purwokerto: STAIN Press.




[1] Ahmad D. Marimba, pengantar filsafat pendidikan islam,Al Ma’arif,(Bandung :  1986), hlm.47-49. 
[2] Hasbullah,kapita selekta pendidikan islam,PT RajaGrafindo Persada,(Jakarta : 1999), hlm.6-8.
[3] Mustofa.Kamil,Pendidikan Nonformal,ALFABETA,(Bandung : 2011),hlm.13
[4] Sumiarti,Ilmu Pendidikan,STAIN Press,(Purwokerto : 2016),hlm.39-43.
[5] Hasbullah,kapita selekta pendidikan islam,PT RajaGrafindo Persada,(Jakarta : 1999), hlm.66-68.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar