PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI MI
MUHAMMADIYAH KRAGANALAN DAN PONDOK PESANTREN BAROKATUL QUR’AN
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Kapita
Selekta Pendidikan Islam”
Dosen
Pengampu: Rahman Afandi, M.S.I
Disusun
Oleh
Evi
Masriatun (1423305236)
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk
mancari nilai tambah agar kehidupan dihari esok lebih baik dari pada kehidupan
hari ini semua itu menyebabkan pergeseran nilai, baik nilai yang dasar yang
menyangkut agama dan kepercayaan maupun nilai instrumental yang menyangkut ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada sistem pendidikan nasional hakikatnya juga
mencari nilai tambah melalui pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
atau kualitas manusia secara utuh. Pendidikan harus dikembangkan agar mampu
melayani kebutuhan demi kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi agar mampu
menghadapi tantangan zaman seperti tantangan global pada saat ini. Salah satu
realita yang membudaya dikalangan masyarakat dan bangsa terutama umat islam
yang merupakan golongan mayoritas di indonesia saat ini adalah pesantren.
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan islam di indonesia yang
bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama islam dan mengamalkannya
sebagai pedoman hidup keseharian atau tafaqquh
fiddin. Islam di indonesia akan dicatat apabila ia tidak mampu memberikan
penjelasan mengenai tantangan pembangunan dan dorongan serta pedoman bagi
pemeluknya untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional dengan penuh
tanggung jawab. Untuk mencapaik maksud tersebut diperlukan upaya pembaharuan
pemikiran dalam islam secara terus menerus dalam arti memahami dan mendalami
ajaran islam sesuai dengan kontekstualnya atau realitas sosial yang menjadi
tantangan zaman. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan islam harus
dapat salah satu pusat studi pembaharuan pemikiran dalam islam. [1]
Pendidikan formal, informal dan nonformal sebagai bagian dari continuing education dan long education, ketiganya tidak dapat
dipisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri karna pada dasarnya memiliki peran
sebagai pemenuh kebutuhan belajar sepanjang hayat dan pengembangan pendidikan
sepanjang hayat melalui pendidikan. [2]
Sedangkan indonesia bukanlah negara yang berdasakan agama. Meskipun demikian
masyarakat yang dikenal sangat religius, dan nilai-nilai agama sangat menjiwai
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak heran jika agama dalam berbagai aspek
dan manisfestasinya mendapat perhatian besar di negara lain. Salah satu aspek
yang memperoleh perhatian itu adalah masalah pendidikan yang diselenggaran
sendiri oleh kelompok agama yang bersangkutan maupun dalam lembaga-lembaga
pendidikan umum baik yang ditangani pemerintah maupun yang ditangani oleh
swasta. Baik pendidikan formal maupun
nonformal dalam pelaksanaannya memiliki masalah yang berbeda-beda yang bisa
membuat proses pendidikan menjadi terhambat.[3]
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana problematika pendidikan islam di
MI Muhammadiyah Kraganalan?
2.
Bagaimana problematika pendidikan islam di
Pondok Pesantren Barokatul Qur’an?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui problematika pendidikan
islam di Mi Muhammadiyah Kraganalan
2.
Untuk mengetahui problematika pendidikan islam di Pondok Pesantren Barokatul Qur’an
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Problematika pendidikan islam di MI
Muhammadiyah Kraganalan
Hasil
observasi mengenai Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
Narasumber : Siti
Rahayu Fitriani S.Pd.I
Tempat :
MI Muhammadiyah Kraganalan, Kec. Kemangkon
Kab. Purbalingga
Waktu
: Senin, 03 April 2017
A. Pertanyaan Observasi
1) Jelaskan
profil dari MIM Kraganalan?
2) Bagaimana
pengembangan bakat siswa di MIM Kraganalan?
3) Problem
pendidikan islam apa saja yang dihadapi di MIM Kraganalan?
4) Bagaimana
cara guru mengatasi problema yang dihadapi terkait dengan pendidikan islam?
5) Model
pendidikan islam apa yang digunakan di MIM Kraganalan?
B.
Hasil Observasi
1)
Profil MIM Kraganalan
PROFIL MADRASAH
Nama Madrasah : MI Muhammadiyah Kraganalan
NPSN : 20303448
NSM : 112330301004
Alamat : Desa Pegandekan RT.04
RW.01
Kec.Kemangkon Kab. Purbalingga Jawa Tengah
Kode Pos :
53381
Status : Swasta Terakreditasi B
Motto : Maju Terus Mencerdaskan Bangsa
Visi Sekolah : Menjadikan lembaga pendidikan
dasar
yang berciri khas islami
dan mewujudkan manusia yang beriman, bertaqwa, berprestasi dan berdaya
saing
Misi Sekolah :Menyelenggarakan
pendidikan yang
berkualitas
dalam menanam iman dan taqwa,
Mewujudkan
pembelajaran dan pembiasaan
dalam mempelajari Al-Quran dan
menjalankan agama islam, Mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif dan
inovatif.
Kepala
Madrasah : Wiwit Nur Faizah S.Pd.I
Daftar Nama Guru : Unik Fitriyati S.Pd.I (Wali kelas 1),
Pujiati
Lestari S.Pd.I (Wali kelas 2 )M.Burhanudin S.Pd.I (Wali kelas 3), Paswati S.Pd.I
(Wali kelas 4), Retno Ambarwati S.Pd.I (Wali kelas 5), Siti Rahayu Fitriani S.Pd.I (Wali kelas 6), Edi Hartoyo A.Ma (Guru
Penjaskes)
2)
Pengembangan bakat siswa di MIM Kraganalan
Bakat memiliki peran yang penting dalam menentukan
keberhasilan hidup seseorang. Dengan bakat yang dimiliki, sesorang memiliki
peluang besar untuk mengembangkan dirinya secara lebih maksimal.secara umum,
bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapi keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti untuk
mencapai prestasi samapi ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Hal
itulah, sebab seorang anak berintelegensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa
disebut juga sebagai anak berbakat. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat
kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa banyak tergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Seorang siswa yang
berbakat dalam elektro, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi,
pengetahuan, keterampilan dan berhubungan dengan bidang tersebut disbanding
dengan siswa lainnya. Persoalannya bakat itu tidak mudah untuk
diidentifikasikan. Banyak orang memiliki bakat tertentu tapi tidak menyadari
bahwa dirinya sebenarnya memiliki bakat. Bakat memang tidak muncul begitu saja,
langsung dapat diidentifikasikan, dan langsung dikembangkan. Bakat merupakan
sebuah potensi terpendam yang harus digali. Tanpa digali potensi terpendam ini,
bakat hanya akan berhenti sebagai hal yang tidak berarti.
Adapun langkah untuk menemukan bakat yang ada dalam
bakat yaitu: langkah pertama berusaha keras untuk menemukan bakat terpendam
yang ada dalam diri. Dilakukan dengan cara identifikasi diri secara
terus-menerus dan kritis. Langkah kedua yaitu menemukan segenap kelemahan dan
kelebihan yang ada dalam diri anak dengan menganalisis potensi yang ada untuk
dikembangkan. Langkah ketiga yaitu melakukan motivasi positif dalam diri
sebagai bentuk kekuatan pendorong didalam diri untuk mewujudkan pencapaian
diri. Langkah terakhir yaitu mengetahui cara belajar yang cocok yakni mencari
cara yang cocok untuk mengembangkan bakat yang dimiliki oleh anak. Hambatan
yang muncul dalam mengembangkan bakat yaitu yang pertama watak keingkaran yakni
menyimpulkan bahwa siswa tidak memiliki bakat maupun kelebihannya. Watak
keingkaran ini yang membuat seseorang menjadi pasif, pasif dan merasa siswa
sebenarnya tidak memiliki bakat apapun. Yang kedua yakni kemalasan dan
ketidakjelasan. Yang ketiga yakni mengandalkan dan fasilitas. Untuk
mengambangkan bakat dibutuhkan sesorang yang dapat membimbing, dan membantu
mengembangkannya. [4]
Kegiatan dan pembinaan untuk mengembangkan bakat yaitu
1) kegiatan pagi bertujuan untuk melatih kemampuan anak
dalam membaca Al-Quran dan menghafal Al-Quran. Untuk mengembangkan bakat anak
dalam memahami Al-Quran semua guru terlibat dalam kegiatan ini. Kegiatan pagi
dilaksanakan setiap pukul 06:45 WIB sebelum pembelajaran dimulai.
2) Jumat ceria bertujuan untuk mengembangkan bakat bagi
anak yang lebih menyukai dan berbakat dalam bidang kesehatan. Untuk kegiatan
jumat ceria MIM kraganalan bekerjasama dengan Puskesmas kemangkon karena guru
berusaha mengembangkan bakat anak secara maksimal dengan mendatangkan ahli
dalam bidang kesehatan. Kegiatan jumat ceria dilaksanakan setiap hari jumat ke
2 dan ke 4 pukul 07:00 WIB sampai 08:00
WIB
3) Jumat semangat bertujuan untuk mengembangkan bakat
anak yang lebih menyukai berbaris seperti paskibra. Untuk kegiatan jumat
semangat MIM kraganalan bekerjasama dengan koramil kemangkon yang lebih ahli
dalam bidangnya. Kegiatan jumat semangat dilaksanakan setiap hari jumat ke 1
dan ke 3 pukul 07:00 WIB sampai 08:00
WIB
4) Untuk melatih bakat dan kemampuan anak dalam bidang
akademik seperti matematika, ipa, bahasa Indonesia, dan bahasa inggris, guru
mengadakannya setiap hari senin sampai kamis setiap selesai pulang sekolah.
Kegiatan ini bertujuan agar anak tidak hanya memiliki bakat dalam non akademik
tapi anak juga memiliki bakat dalam bidang akademik. Untuk kegiatan ini
pembinaannya oleh ibu wiwit nur faizah, ibu retno ambarwati, ibu pujiati
lestari. Setiap pukul 13:00 WIB sampai 15:00 WIB
5) Untuk mengembangkan bakat anak dalam bidang kegamaan
guru mengadakan kegiatan islami setiap hari sabtu setiap pulang sekolah yang
dibimbing oleh pak burhanudin.
6) Untuk mengembangkan bakat anak dalam seni maupun
olahraga guru hanya mengandalkan dari proses pembelajaran.
Prestasi yang pernah diraih yaitu:
1) Lomba tilawah mendapatkan mendali emas tingkat
nasional.
2) Lomba tilawah juara 1 tingkat kabupaten.
3) Lomba tahfidz juara 1 tingkat kabupaten
4) Lomba dokter kecil juara 2 tingkat kabupaten
5) Lomba festival drumband juara 3 tingkat kecamatan
6) Lomba sesorah juara 2 tingkat kabupaten.
7) Peringkat 1 UN tingkat kecamatan.
8) Lomba dakwah islami juara 3 tingkat kecamatan.
9) Dan lain-lain.
3)
Problem pendidikan islam di MIM Kraganalan
Pendidikan formal
adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur
pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas mulai dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Lembaga formal harus mampu
menjalin komunikasi yang baik dengan dunia luar, baik dengan masyarakat, orang
tua murid, lembaga swadaya masyarakat maupun dengan dunia industri dan instansi
pemerintah dan swasta . [5]
Masalah
yang dihadapi di MIM Kraganalan terkait dengan pendidikan islam yaitu
1)
Adanya pengaruh lingkungan sekitar yang
cukup mengahambat dalam penyampaian ajaran agama islam. Terkadang apabila dari
sekolahan akan mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan ajaran islam.
Masyarakat tidak mendukung dengan alasan di masyarakat sudah terlalu banyak
kegiatan dan masyarakat menganggap sekolah terlalu banyak kegiatan yang membuat
pengeluaran biaya dari masyarakat semakin besar.
Suatu
program akan berjalan dengan baik dan efektif untuk itu diperlukan pengertian
yang baik dan tepat mengapa orang berbuat sesuatu serta mengapa harus berperan
serta dalam suatu program tertentu seperti halnya program sekolah dasar. Dalam
hal ini diperlukan juga motivasi guna mendorong minat dan perhatiannya.
Disamping itu dalam partisipasi orang perlu mempertimbangkan intensif yang akan
diterima. Apabila kegiatan yang diprogramkan dinilai akan mencapai tujuan yang
baik, maka orang akan banyak yang berpartisipasi. Tujuan sebagai acuan tinggi
rendahnya partisipasi akan sangat beragam yang yang ingin dicapai seperti mengejar
pendapatan, cita-cita, status, keamanan, pengaruh dan lain-lain. Partisipasi
anggota masyarakat terhadap sekolah dasar contohnya yaitu partisipasi orang tua
tentang program kegiatan sekolah dimana persepsi ditentukan oleh pengalaman
individu dalam mengamati sekolah dan dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari
dilingkungannya. Pada sebagaian masyarakat kecakapan baca dan tulisnya
sebagaian lulusan dari sekolah dasar. maka dari itu, diperlukan penciptaan
suasana pendapat umum yang menyatakan kesenangan mensekolahkan anak dan
membantu sekolah serta memberikan
rangsangan kepada anak maupun orang tua masih perlu ditingkatkan. [6]
2)
Dalam menyampaikan materi pendidikan islam
guru terkadang situasi tidak mendukung seperti kegiatan pagi yang dilakukan
sebagai rutinitas pagi di serambi sekolah terkadang terhambat karena cuaca.
3)
Dana yang digunakan kurang karena pihak
sekolah harus seimbang dengan pembiayaan untuk mata pelajaran umum dan mata
pelajaran islam. Hal itu yang membuat sekolah terkadang tidak seimbang dalam pengembangannya.
Setiap
lembaga adalah pendidikan adalah organisasi jasa kemanusiaan yang memerlukan
pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Bagaimanapun, setiap aspek dan
bidang diarahkan untuk mencapai efektivitas manajemen lembaga pendidikan islam,
baik bidang personalia, perlengkapan, material maupun para ahli bidang khusus.
Semuanya dimanfaatkan untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran dalam
pendidikan. Sistem pembuatan anggaran lebih menggunakan mekanisme memperlancar
kerja dari pada tugas teknis atau mekanik yang seharusnya membantu pimpinan
lembaga pendidikan untuk membuat rencana, koordinasi, pengawas, dan evaluasi
tindakan organisasi lebih efektif. Secara umum sumber pembiayaan lembaga
pendidikan islam berasal dari orang tua murid dan masyarakat, pemerintah baik
berupa dana rutin maupun bantuan dari institusi swasta. Besarnya biaya
pendidikan yang bersumber dari pemerintah ditentukan berdasarkan kebijakan
keuangan pemerintah tingkat pusat dan daerah setelah mempertimbangkan skala prioritas.
Pembiayaan yang diperoleh dari pemerintah pusat berupa anggaran rutin, anggran
proyek yang setiap tahun disalurkan oleh departemen pendidikan nasional sesuai
dengan kebutuhan sekolah. [7]
Terkadang sekolah memiliki kebutuhan yang membutuhkan dana melebihi dari
anggran yang sudah ditentukan dari pemerintah. Hal itulah yang menjadi
permasalah dalam lembaga pendidikan formal.
4)
Cara mengatasi problem pendidikan islam di
MIM Kraganalan
Cara yang digunakan guru dalam
mengatasi problematika yaitu
1)
Dengan mengadakan sosialisasi kepada
masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan islam untuk peserta didik. Cara
pendekatan ini yang mampu membuat masyarakat berubah pikiran dan bisa membantu
kegiatan pendidikan islam di MIM Kraganalan.
2)
Guru lebih sabar dan kreatif dalam
mengajarkan materi, penggunaan biaya dan menggunakan fasilitas untuk proses
pengajaran pendidikan islam.
5)
Model Pendidikan Islam di MIM Kraganalan
Model pendidikan
islam yang digunakan yaitu lebih menggunakan model esensialistik dan model
perenialistik. Model esensialistik yaitu model pendidikan islam yang masih
menggunakan model pengajaran pada zaman dahulu seperti model bandungan yang
digunakan di pondok pesantren juga digunakan guru disekolahan. Artinya guru
mengajarkan satu materi bersama-sama dengan siswa lalu siswa mengikuti guru.
Model perenialistik yaitu model pendidikan islam yang digunakan berpacu dengan
kurikulum pendidikan islam. Dalam mengajarkan pendidikan islam di MIM
Kraganalan berpacu pada kurikulum dari pemerintah dan dalam menyampaikannya
guru menggunakan cara yang bervariasi.
Beberapa
problem dalam madrasah dalam kaitannya dengan upaya inovasi dalam sistem
pendidikan islam, antara lain ketidakjelasan struktur dan atat kerja.
Ketidakjelasan visi, misi, dan tujuan, lemahnya manajemen, kurangnya
keterliatan masyarakat. Problem internal yang ada dalam madrasah selama ini
dirasakan terutama pada sistem manajemen dan etos kerja madrasah, kualitas dan
kuantitas guru, kurikulum dan sarana fisik serta fasilitas. Terkait dengan
masalah mata pelajaran di madrasah ada beberapa mata pelajaran seperti IPA,
IPS, Matematika, dan Bahasa Inggris dalam konteks ini siswa madrasah dalam
batasan tertentu, prestasinya masih relatif dipandang dibawah siswa sekolah
yang setingkat. Persoalan ini diduga karena kualitas guru yang kurang menguasai
mata pelajaran yang diajarkan. Guru merupakan komponen utama program
peningkatan kualitas sebuah institusi pendidikan islam. Guru yang underqualified dan mismatched secara langsung akan berpengaruh terhadap kualitas lulusan
madrasah. Apalagi dengan definisi madrasah adalah sekolah umum yang berciri
khas agama. Ini berarti tugas madrasah semakin berat untuk dapat menyediakan
guru-guru terutama mata pelajaran umum yang qualified.
Jumlah guru yang mismatched di
madrasah dipandang menjadi persoalan dibanding dengan sekolah, karena sebagaian
besar berstatus guru swasta yang diangkat oleh sekolah atau yayasan. Belum lagi
terkait dengan fasilitas, seperti laboratorium , media pembelajaran,
perpustakaan, dipandang kurang mendukung program pendidikan. Dalam upaya
mengatasi problem ini kemenag mengadakan program yang disebut dengan dual mode dan MEDP ( Madrasah Educational Development Program)
program ini ditujukan untuk para guru madrasah negeri da swasta dengan
kesempatan untuk meraih gelar sarjana. Sistem pendidikan madrasah juga mempunya
potensi kekuatan yakni dari segi kemandirian, muatan mata pelajaran agama yang
banyak, tingginya semangat dalam berkompetensi bagi pengelolaan madrasah dan
mulai meningkatkan kualifikasi dan kompetensi guru seiring dengan adanya
program sertifikasi guru.[8]
2.
Problematika Pendidikan Islam Di Pondok
Pesantren Barokatul Qur’an
Hasil
observasi mengenai Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
Narasumber : Faid
Khoeron
Tempat :
Pondok
Pesantren Barokatul Qur’an,
Kec. Kemangkon
Kab. Purbalingga
Waktu
: Senin, 03 April 2017
A.
Pertanyaan Observasi
1)
Bagaimana profil dari Pondok Pesantren
Barokatul Qur’an?
2)
Masalah
apa saja yang dihadapi di Pondok Pesantren Barokatul Qur’an?
3)
Strategi apa yang digunakan dalam menghadapi
masalah pendidikan islam di Pondok Pesantren Barokatul Qur’an?
4)
Model pendidikan islam apa saja yang
digunakan di Pondok Pesantren Barokatul Qur’an?
B.
Hasil observasi
1)
Profil dari Pondok Pesantren Barokatul
Qur’an
Berikut
berbagai definisi tentang pendidikan nonformal menurut para ahli yaitu:
1.
Pendidikan nonformal adalah usaha yang
terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolah, melalui
hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar
memiliki sikap dan cita-cita sosial yang efektif guna meningkatkan taraf hidup
dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan
sosial.
2.
Secara luas Coombs memberikan rumusan
tentang pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi,
diselenggarakan di luar pendidikan persekolahan, diselenggarakan secara
tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas
dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam mencapai
tujuan belajar.
3.
Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan
nonformal merupakan pendidikan sosial adalah semua kegiatan pendidikan termasuk
di dalamnya pendidikan olahraga, rekreasi, pendidikan pesantren, diluar dari
pendidikan disekolah. [9]
Pesantren
adalah lembaga pendidikan islam pertama yang mendukung kelangsungan sistem
pendidikan nasional. Secara historis, pesantren tidak saja mengandung makna
keislaman tetapi juga keaslian indonesia. A.malik fadjar (1998:21), pesantren
merupakan lembaga pendidikan islam yang memiliki watak pribumi yang ada sejak
kekuasaan hindu-budha dan menemukan formulasinya yang jelas ketika islam
berusaha mengaptasikan atau mengislamkan masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa
pesantren ada sejak abad ke 16 masehi yang ditandai dengan adanya karya jawa
klasik, seperti serat cabolek dan serat centini yang mengungkapkan bahwa sejak
abad ke 16 masehi di indonesia telah banyak dijumpai lembaga-lembaga yang
mengajarkan berbagai kitab islam klasik dalam bidang fiqih, akidah, tasawuf,
dan menjadi pusat penyiaran islam. Ada juga yang mengatakn bahwa pesantren
muncul sebagai “Perdikan” sistem pendidikan hindu budha pada abad ke 18 masehi
dan mengalami perkembangannya secara independen pada abad ke 19 masehi, dan
sejak abad ke 20 masehi model pendidikan pesantren mulai dilakukan pembaharuan.[10]
Pondok
pesantren barokatul qur’an berdiri pada tahun 1998, awalnya dengan menimbang
keadaan masyarakat sekitar sangat membutuhkan ilmu agama atau ilmu pesantren
dimana orang yang mampu mungkin bisa merasakan belajar di pondok pesantren tapi
untuk kalangan bawah mereka tidak bisa merasakan belajar agama dan merasakan di
pesantren. Sebenarnya dalam hati mereka mungkin merasa iri dengan mereka yang
hidup dipesantren dan bisa mendapatkan ilmu agama. Maka dari itu karena
pengasuh pondok mendirikan pendidikan diniyah
‘ulla yang dilakukan pada siang hari saja untuk anak-anak dengan materi
membaca iqra dan al-qur’an. Pada tahun 1999 mulai banyak santri yang berasal
dari luar daerah tapi karena rumahnya jauh dan dengan terbatasnya tempat mereka
menginap bareng dengan pengasuh pondok. Untuk materi yang diajarkan yaitu masih
diniyah ‘ulla. Pada tahun 2000 mulai
adanya kurikulum yang digunakan dari diniyah
‘ulla, diniyah wustho untuk materi yang diajarkan sesuai dengan tingkatan.
Pada tahun 2004 mulai mengalami perkembangan yang cukup pesat dari santri yang
bertambah banyak, maka diadakan perbaikan untuk asrama santri dengan mendirikan
tingkat. Untuk kurikulum masih sama dan pendidik mulai bertambah. Pada tahun
2010 bertambah satu tingkatan yaitu diniyah
‘ulya dan perbaikan tempat untuk santri putra dan santri putri.
2)
Masalah yang dihadapi di Pondok Pesantren
Barokatul Qur’an
Masalah
yang dihadapi dipondok pesantren barokatul qur’an yaitu:
a.
Pendidik .
Di
pondok pesantren barokatul qur’an mengalami masalah yang kaitannya dengan
pendidik yaitu kurangnya pendidik untuk mengajarkan ngaji karena dengan jumlah
santri yang banyak terkadang pengasuh pondok merasa kesulitan untuk mengatur
dan mengajarkan ngaji.
b.
Dana
Dana
yang digunakan untuk membeli keperluan pondok semua hanya bersumber dari para
santri.
c.
Sarana dan prasarana
Untuk
sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran masih sederhana. Untuk
perpustakaan, ruang asrama, koperasi itu belum ada di pondok.
Melihat
pendidikan agama pada pesantren yakni keimanan dan ketaqwaan dan menjadikan
ajaran-ajaran agama sebagai sumber postulat keilmuan,maka pendidikan agama
dipesantren memerlukan sarana yang dapat dipakai secara terus-menerus untuk
memelihara keberlangsungan pengalaman ajaran agama. Bagi umat manusia yang
diantara kewajibannya adalah shalat lima waktu lima kali sehari semalam. Masjid
merupakan sarana pendidikan yang amat pokok . masjid bagi civitas akademika
menjadi pusat ibadah sekaligus menjadi pusat pendidikan, pengabdian dan
penelitian masyarakat. [11]
d.
Beban dengan dunia sekolah
Disini
santri yang mengaji terkadang banyak yang tidak berangkat karena adanya
kewajiban dari pendidikan formalnya yaitu sekolah. Waktu yang biasanya
digunakan untuk mengaji tapi karena adanya kewajiban untuk les jadi mereka
lebih memilih lesnya.
e.
Sistem pendidikan
Sistem
pendidikan yang digunakan dipondok pesantren masih sederhana dan itu semua
dilakukan oleh pengasuh pondok pesantren.
Sistem pendidikan nonformal yaitu
1.
Berpusat pada warga atau peserta didik
Pendidikan nonformal, peserta didik memiliki dan
mengontrol proses pembelajaran. Mampu menciptakan suasana pembelajaran sendiri
dan bukan dilakukan oleh (tutor atau penyelenggara) atau dari luar. Peserta
didik juga menerjemahkan tujuan pembelajarannya.
2.
Kurikulum kafetaria artinya kurikulum yang
diunakan lebih flexibel dan dapat dinegosiasi (dirundingkan antara peserta
didik dengan tutor). Kurikulum juga ditentukan atau dipilih sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan bukan ditentukan atau diminta oleh orang lain.
3.
Hubungan horisontal anatra peserta didik
dengan tutor artinya pendidik sebagai fasilitator bukannya guru. Hubungan yang
dibangun antara keduanya harus berdasarkan pada hubungan persahabatan dan
informal, peserta didik dianggap fasilitator sebagai sumber belajar dan bukan
sebagai instruktur. Fasilitator bisa saja datang dari sekolah tetapi perannya
harus berubah ketika masuk pada lingkungan pendidikan nonformal.
4.
Berhubungan dengan sumber daya lokal artinya pengembangan pendidikan nonformal
diutamakan berbasis sumber daya manusia, sumber daya material, maupun sumber
daya financial. Oleh karenanya alternatif biaya yang murah dalam
penyelenggaraan pendidikan nonformal bisa dilakukan jika sumber daya daerah
menjadi pilihan penyelenggaraan program.[12]
3)
Strategi untuk mengatasi permasalahan
dalam pendidikan nonformal
Strategi
dan prinsip dasar yang perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan peran
pendidikan nonformal dalam masyarakat yaitu:
1.
Mengembangkan program-program pendidikan
nonformal yang mampu mengembangkan masyarakat sehingga mereka memiliki daya
suai, daya lentur, inovatif, dan memiliki sikap dan perilaku mandiri.
2.
Mengembangkan program-program pendidikan
yang mampu mengangkat kemiskinan masyarakat pedesaan dan perkotaan baik melalui
program pendidikan keterampilan maupun jenis program pendidikan lain yang mampu
menyentuh kebutuhan nyata dalam kehidupan masyarakat.
3.
Mengembangkan program-program pendidikan
nonformal agar tetap mengacu pada teknologi dan informasi sehingga masyarakat
lebih inovatif.
4.
Pendekatan kemanusiaan (humanistic approach) masyarakat
dipandang sebagai subjek pembangunan. Masyarakat diakui memiliki potensi yang
berkembang dan sedemikian rupa ditumbuhkan agar mampu membangun dirinya.
5.
Pendekatan partisipatif (participatory approach) mengandung arti
bahwa masyarakat, lembaga-lembaga terkait dan komunitas terlibat dalam
pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan masyarakat.
6.
Pendekatan kolaboratif (collaborative approach)dalam
pembangunan masyarakat perlu adanya kerjasama baik pihak lain dan terkoordinasi
dengan baik. [13]
4)
Model pendidikan yang digunakan di pondok
pesantren barokatul qur’an
Model
bandongan (Weton) lebih bersifat
pengajaran klasikal yaitu santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekeliling
kiai yang menerangkan pelajaran dengan secara masal dan terjadwal. Baik model
sorogan maupun bandongan dilakukan dengan pembacaan kitab yang dimulai dengan
pembacaan terjemah, syarah dengan
analisis gramatikal, peninjauan morfologi dan uraian semantik. [14]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan formal adalah pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai
jenjang pendidikan yang jelas mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi. Bakat
memiliki peran yang penting dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang.
Dengan bakat yang dimiliki, sesorang memiliki peluang besar untuk mengembangkan
dirinya secara lebih maksimal.secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapi keberhasilan pada masa yang akan datang. Masalah
yang dihadapi di MIM Kraganalan terkait dengan pendidikan islam yaitu adanya
pengaruh lingkungan sekitar yang cukup mengahambat dalam penyampaian ajaran
agama islam, dalam menyampaikan materi pendidikan islam guru terkadang situasi
tidak mendukung seperti kegiatan pagi yang dilakukan sebagai rutinitas pagi di
serambi sekolah terkadang terhambat karena cuaca, dana yang digunakan kurang
karena pihak sekolah harus seimbang dengan pembiayaan untuk mata pelajaran umum
dan mata pelajaran islam. Cara yang digunakan guru dalam mengatasi problematika
yaitu dengan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang arti pentingnya
pendidikan islam untuk peserta didik, guru lebih sabar dan kreatif dalam
mengajarkan materi, penggunaan biaya dan menggunakan fasilitas untuk proses
pengajaran pendidikan islam. Model pendidikan islam yang digunakan yaitu lebih
menggunakan model esensialistik dan model perenialistik.
Pendidikan
nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan
di luar pendidikan persekolahan, diselenggarakan secara tersendiri atau
merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud
memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan
belajar. Pesantren adalah lembaga pendidikan islam pertama yang mendukung
kelangsungan sistem pendidikan nasional. Masalah yang dihadapi dipondok
pesantren barokatul qur’an yaitu: pendidik, dana, Sarana dan prasarana, sistem
pendidikan dan Beban dengan dunia sekolah. Strategi dan prinsip dasar yang perlu
dikembangkan dalam rangka meningkatkan peran pendidikan nonformal dalam
masyarakat yaitu: Mengembangkan program-program pendidikan nonformal yang mampu
mengembangkan masyarakat sehingga mereka memiliki daya suai, daya lentur,
inovatif, dan memiliki sikap dan perilaku mandiri, mengembangkan
program-program pendidikan yang mampu mengangkat kemiskinan masyarakat pedesaan
dan perkotaan, mengembangkan program-program pendidikan nonformal agar tetap
mengacu pada teknologi dan informasi sehingga masyarakat lebih inovatif,
pendekatan kemanusiaan, pendekatan partisipatif, dan pendekatan kolaboratif.
Model bandongan (Weton) lebih
bersifat pengajaran klasikal yaitu santri mengikuti pelajaran dengan duduk
disekeliling kiai yang menerangkan pelajaran dengan secara masal dan terjadwal.
Baik model sorogan maupun bandongan dilakukan dengan pembacaan kitab yang
dimulai dengan pembacaan terjemah, syarah
dengan analisis gramatikal, peninjauan morfologi dan uraian semantik.
B.
Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis lebih fokus dan
detail dalam menyelesaikan dan menjelaskan tentang laporan problematika
pendidikan islam dilembaga formal dan non formal.
DAFTAR
PUSTAKA
Idrus,
Ali. 2009. Manajemen Pendidikan Global
(Visi, Aksi, Dan Adaptasi).
Jakarta: Gaung Persada
Kamil, Mustofa. 2011. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta
Nasution,
Harun Dkk. 1995. Pendidikan Agama Dalam Perspektif Agama-
Agama.
Jakarta: DIKTI
Syarifudin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Ciputat: Ciputat Press
Marzuki,
Saleh. 2012. Pendidikan Nonformal. Bandung:
Remaja Rosdakarya Barizi, Ahmad. 2011. Pendidikan
Integratif. Malang:Uin Maliki Press
Ali,
Suryadharma. 2013. Reformasi Paradigma
Keilmuan Islam. Malang: Uin
Maliki Press
Naim, Ngainin. 2009. Menjadi Guru Inspiratif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
LAMPIRAN
(1.1)
Gambar Prestasi yang pernah diraih
(1.2)
Proses Pembelajaran
(1.3)
Gambar Sarana dan Prasarana
(1.4)
Gambar Bangunan Pondok
(1.5)
Gambar Sarana dan Prasarana di Pondok
(1.6)
Gambar Koleksi Buku di Pondok
[1] Ali Idrus, Manajemen Pendidikan
Global (Visi, Aksi, Dan Adaptasi), (Jakarta: Gaung Persada,
2009), Hlm 94
[3]
Harun Nasution,Dkk,
Pendidikan Agama Dalam Perspektif Agama-Agama, (Jakarta: DIKTI,
1995), Hlm 1
[4]
Ngainin Naim, Menjadi Guru
Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Hal 228-237
[5] Syarifudin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005),
Hlm 152
[6] Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), Hlm. 6
[7]
Syarifudin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam... ,
Hlm 267-268
[8]
Syarifudin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam... ,
Hlm 114-115
[9]
Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal... , Hlm 13
[10]
Ahmad Barizi, Pendidikan Integratif, (Malang:Uin
Maliki Press, 2011) Hlm 44
[11]
Harun Nasution,Dkk,
Pendidikan Agama Dalam Perspektif Agama-Agama, (Jakarta: DIKTI,
1995), Hlm 28
[12]
Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal, (Bandung:
Alfabeta, 2011), Hlm 21
[13] Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal, (Bandung: Alfabeta, 2011), Hlm 52
[14] Suryadharma Ali, Reformasi Paradigma Keilmuan Islam,
(Malang: Uin Maliki Press, 2013),
Hlm 106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar