Selasa, 02 Mei 2017

1423305252 Novenda Astuti ( MI MUHAMMADIYAH KALIGONDANG DAN TPQ AL IKHSAN KALIGONDANG)



PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
FORMAL DAN NON FORMAL


Laporan Penelitian ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Rahman Affandi


Disusun Oleh:
NOVENDA ASTUTI
NIM. 1423305252


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO
2017




BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Penelitian
Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu dan beberapa cabangnya, menjadi kebutuhan umat manusia, karena dengan pendidikan, transformasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan manusia, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tentunya berkembang pula ilmu pendidikan mengiringi perkembangan jaman tersebut. Perkembangan ini menyangkut filosofi pendidikan, muatan materi, metodologi, media dan sumber belajar yang muaranya bagaimana agar proses transformasi budaya itu dinamis sehingga tujuan transformasi itu sendiri tercapai.
Banyak permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan, misalnya permasalahan kurikulum, pendidik dan tenaga pendidik, sarana dan prasarana, proses pembelajaran, pembiayaan, penilaian, peserta didik, orang tua, masyarakat, lingkungan pendidikan, penyelenggara pendidikan, regulator pendidikan, penulis akan mbembahas tentang problematika pendidikan islam di lembaga formal MI Muhammadiyah Kaligondang dan informal di TPQ Al -Ikhsan Kaligondang.

B.       Fokus Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di desa Kaligondang, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga ini berfokus pada Problematika Pendidikan Islam di Lembaga pendidikan formal dan non formal.





C.      Tujuan Kegiatan Penelitian
Adanya kegiatan penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui keadaan pendidikan islam dalam lembaga pendidikan formal dan non formal di desa Kaligondang.
2.      Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan dan problematika pendidikan Islam di lembaga pendidikan formal dan non formal di desa Kaligondang.


BAB II
METODOLOGI PENELITIAN


A.      Subyek Penelitian
Subjek Penelitian adalah lembaga pendidikan Islam formal dan lembaga pendidikan Islam non formal yang ada di desa Kaligondang.
Lembaga Pendidikan Islam formal yang di teliti yaitu MI Muhammadiyah Kaligondang. Sedangakan lembaga pendidikan Islam non formalnya yaitu TPQ Al -Ikhsan kaligondang

B.       Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini dilakukan dengan cara  menggambarkan problematika pendidikan Islam di lembaga pendidikan formal dan non formal.

C.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.         Observasi
Observasi berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Cartwright & Cartwright mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan sutau kesimpulan atau diagnosis.[1]
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Potensi perilaku seperti sikap dan minat yang masih dlam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi atau kecenderungan perilaku tidak dapat diobservasi. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut berserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang telibat tersebut.[2]
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pecatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenaiberbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.[3]
2.         Wawancara
Menurut Moleong (2005), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)emberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Menurut Gorden (dalam Herdiansyah, 2009) wawancara adalah percakapan antara dua orang yang salah satunya bertugas untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.Stewart & Cash, mendefinisikan wawancara sebagai sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan.[4]Menurut Denzim & Lincoln, wawancara adalah percakapan seni bertanya dan mendengar.[5]
Wawancara secara garis besar di bagi menjadi dua, yakni wawancara tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak  terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka, dan wawancara etnografis. Sedangakan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku, yang susunan pertanyaannya sudah di tetapkan sebelumnya dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disediakan.[6]
Di sini peneliti menggunakan wawancara tak terstruktur, dimana walaupun susunan pertanyaannya sudah di tetapkan sebelumnya, namun untuk jawabannya tergantungdari responden. Dan susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.
3.         Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokemen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.[7]

BAB III
PEMBAHASAN


A.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan penelitian dilakukan di MI Muhammadiyah Kaligondang dan TPQ Al Ikhsan Kaligondang . Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 27-29 April 2017. Sehingga kegiatan ini hanya dilakukan hanya dalam tiga hari, namun peneliti mendapatkan cukup informasi.

B.       Gambaran Umum Lembaga Pendidikan       
1.                Lembaga pendidikan formal
a.         Identitas madrasah
Nama Madrasah                           : MI Muhammadiyah Kaligondang
Nomor Statistik Madrasah          : 112 330 304 074
Status                                           : Swasta
Alamat                                         : Jln Laskar Muadnan Kecamatan                               Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Status Madrasah                          : Terakreditasi  A
Waktu belajar                               : Pagi   : Jam 06.45 – 13.00
Kurikulum yang ditetapkan        : KTSP (Umum) dan K-13 (Agama)
Jumlah Guru                                 :  10 orang
Jumlah murid                               : 133 anak

b.      Kondisi lingkungan sekolah
  MIM Kaligondang berada di Desa Kaligondang, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga. Berada di pusat Kecamatan Kaligondang dengan akses jalan masuk yang mudah. Lokasi sekolah berdampingan dengan SMP Muhammadiyah dan TK ‘Aisyiah Kaligondang. MIM Kaligondang berdiri tahun 1953 dengan nama SRI (Sekolah Rakyat Islam ) masuk sore, kemudian pada tahun 1956/1957 ganti nama SRM ( Sekolah Rakyat Muhammadiyah ) masuk pagi, atas usulan Sekjen Departemen Agama menjadi MWB 8 tahun ( Madrasah Wajib Belajar 8 tahun ), tidak lama kemudian Menjadi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kaligondang (MIM Kaligondang) sampai dengan sekarang. Jumlah rombongan belajar berjumlah 6 kelas.
Kondisi wilayah sekitar merupakan daerah pedesaan dan sebagian besar orang tua siswa bermata pencaharian sebagai pegawai swasta,  wiraswasta, pedagang, buruh dan petani.  Siswa-siswa MIM Kaligondang berasal dari wilayah sekitar desa Kaligondang dan Selanegara. Sebagian besar orang tua siswa menjadi buruh, petani, sehingga mempercayakan sekolah, dengan harapan supaya anak-anak terkondisi pergaulannya dengan lingkungan sosial yang kondusif (baik).
Siswa siswi MIM Kaligondang dalam perkembangan akademis (nilai akademis/koqnitif) 80% dapat mengikuti dengan baik, sesuai KKM/SKBM. Hambatan yang relatif menonjol adalah perkembangan secara non akademis yaitu sosial emosional dan kebanyakan karena pola asuh, kedua orang tua yang terlalu permisif (serba membolehkan & menuruti keinginan anak).
Pendidikan diselenggarakan secara terpadu berdasarkan konsep  one for all, yaitu memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama. Aktivitas anak di sekolah dikemas dalam satu sistem pendidikan dengan nuansa Islami

c.       Visi, misi, dn tujuan MI Muhammadiyah Kaligondang
·           Visi Madrasah                      
Maju mengukir prestasi berbekal iman dan taqwa serta ilmu pengetahuan dan tehnologi
·           Misi Madrasah         
1.  Unggul dalam aktivitas menjalankan syari’at Islam dan berakhlak karimah
a.       Mengembangkan pendidikan yang Islami dan berkualitas
b.      Meningkatkan aktivitas siswa-siswi dalam menjalankan syari’at Islam serta berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari
c.       Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, baca tulis Al Qur’an, shalat duha dan shalat duhur.
2.  Terampil dalam menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
a.       Membina siswa-siswi agar memilki keterampilan dalam menyerap setiap perkembangan ilmu               pengetahuan dan teknologi
b.      Melatih kemampuan siswa-siswi dalam memecahkan kehidupan sehari hari secara logis,   kritis, dan    kreatif
c.       Mengembangkan potensi diri sebagai pondasi pengembangan kecakapan hidup
3.  Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik, olahraga dan seni
a.       Menumbuhkan semangat  keunggulan secara efektif bagi seluruh warga madrasah           dalam prestasi akademik dan non akademik
b.      Mengembangkan sikap percaya diri siswa-siswi terhadap potensi olahraga dan jiwa seni   yang dimiliki
c.       Meningkatkan efektivitas KBM dengan menerapkan berbagai strategi
d.      Melaksanakan pengembangan perangkat model-model penilaian prestasi akademik dan      non akademik.
4.  Unggul dalam wawasan wiyata mandala, khususnya semangat berdisiplin menjalankan tugas bangsa,         pelajar sebagai warga masyarakat dan bangsa
a.       Menerapkan aspek disiplin dengan semangat kekeluargaan dalam melaksanakan    tugas bagi seluruh warga madrasah
b.       Menciptakan lingkungan madrasah yang bersih, indah, aman dan menyenangkan
c.       Meningkatkan pelayanan yang berkualitas kepada siswa-siswi, orang tua dan masyarakat
·           Tujuan Madrasah     
1. Unggul dalam aktivitas menjalankan syari’at Islam dan berakhlak karimah.
a.       Pada tahun 2012 dan tahun berikutnya terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas kegiatan                  pengembangan pendidikan yang islami
b.      Sikap dan tingkah laku siswa-siswi serta seluruh warga madrasah dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan seorang muslim dan muslimah yang berbudi luhur
c.       Pada tahun 2012 dan seterusnya prosentase tamatan MI meningkat kemampuannya dalam membaca al-quran secara fasih dan benar
d.      Shalat dhuha dan shalat dhuhur yang setiap hari dilaksanakan di madrasah dengan berjamaah bertujuan agar dapat tertanam dan membekas menjadi amalan sampai dewasa.
2. Trampil dalam menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi.
a.       Tahun 2012 dan berikutnya ketrampilan siswa-siswi dalam menangkap setiap perkembangan ilmu            pengetahuan dan tekhnologi semakin meningkat.
b.      Pada tahun 2011 siswa siswi yang memiliki minat dan bakat bidang computer semakin meningkat dan mampu berkompetensi ditingkat kabupaten.
3.  Unggul dalam prestasi akademik, non akademik olahraga dan seni
a.       Pada tahun 2012 dan tahun berikutnya diupayakan hasil ujian akhir minimal bertambah 1,00 dari standar yang ada
b.      Pada tahun 2012 ada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung.
c.       Pada tahun 2012 dan berikutnya  siswa-siswi memiliki prestasi bidang akademik mampu menjadi juara      siswa tingkat kecamatan
d.      Pada tahun 2012 dan berikutnya  siswa-siswi memiliki prestasi olahraga dan seni di tingkat Kecamatan   dan   Kabupaten.
e.       Tahun 2012 dan berikutnya mampu memiliki tim cabang olahraga dan seni yang mampu meraih juara       tingkat kecamatan.
f.       Tahun 2012 terjadi peningkatan dan pengembangan silabus mata pelajaran yang disusun guru, kemudian juga terjadi pengembangan strategi pembelajaran serta memiliki standar perangkat model penilaian.
g.       Tahun 2012 dalam akreditasi sekolah dapat memperahankan predikat nilai “B” .
h.      Tahun 2012 MI Muhammadiyah Kaligondang memiliki ciri khusus dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
4. Unggul dalam wawasan wiyata mandala, khususnya semangat disiplin menjalankan tugas bangsa , pelajar sebagai warga masyarakat dan bangsa.
a.       Tahun 2012 dan berikutnya semangat kekeluargaan warga sekolah lewat kegiatan paguyuban kelas lebih berkualitas.
b.      Kesadaran warga sekolah untuk melaksanakan disiplin waktu, disiplin tugas, kebersihan, keindahan, dan kenyamanan lingkungan sekolah dapat terwujud dengan baik.
c.       Tahun 2012 dan seterusnya terhadap pelayanan siswa siswi, orang tua, masyarakat lebih meningkat dan lebih baik sehingga terjadi peningkatan animo siswa baru
d.      Tahun sebagai tahun pemantapan implementasi MBS dan penyempurnaan administrasi sekolah

d.      Program unggulan
1.      Pengembangan diri meliputi
2.      Pembentukan kepribadian Islami: Shalat berjamaah, hafalan do’a aktivitas seharí-hari, hafalan hadits anak, hafalan Al Qur’an juz 29 – 30, Outdoor learning & training Outdoor learning tema, outdoor learning life skill, karyawisata, out bond training
3.      Program Teknologi Informatika (komputer)
4.      Olahraga ( Bola voli, Badminton, Renang, Tenis meja, Jalan Sehat ), Pramuka, Rebana

2.                Lembaga pendidikan non-formal
a.         Identitas lembaga
Nama                                : TPQ Al Ikhsan Kaligondang
Status                               : Swasta
Alamat                             : Desa Kaligondang RT 01/4 Kec. Kaligondang
Waktu Belajar                  : Senin, Rabu dan jum’at Pukul 15.30-17.00                                           (Ba’da Ashar)

b.         Visi, misi, dan tujuan Madrasah diniyyah Al-Kaitsar
Visi, misi dan tujuan dari TPQ Al Ikhsan memang tidak tertulis, karena memang TPQ Al Ikhsan ini merupakan lembaga pendidikan Islam non formal, jadi profil Madrasah tidak tertulis secara lengkap tidak seperti di lembaga pendidikan formal.
 Namun di bentuknya TPQ Al Ikhsan ini pastinya ada tujuan. Tidak ada sesuatu yang dilakukan tanpa adanya tujuan. Tujuan dari TPQ Al Ikhsan adalah membentuk anak agar memiliki akhlak yang mulia. Walaupun tidak tertulis, namun tujuan ini sudah tergambar dari materi-materi yang diajarkan oleh ustadz ustadzah dan tanpa ditulis tujuan ini sudah tertanam dihati para ustadz ustadzah untuk membentuk anak agar memiliki akhlak yang mulia.

C.      Hasil Penelitian tentang Problematika Pendidikan Islam
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan.
Sedangkan yang lain menyatakan bahwa problema atau problematika merupakan  suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan.[8]
Dapat disimpulkan bahwa problematika adalah berbagai persoalan yang belum dapat terselesaikan, hingga terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari individu Guru maupun dalam upaya pemberdayaan masyarakat Islami secara langsung dalam masyarakat.
Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.
Dapat disipulkan dari pengertian problematika dan pendidikan islam. Berarti problematika pendidikan islam adalah masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan Islam.

1.         Problematika pendidikan Islam di MI Muhammadiyah Kaligondang (Formal)
a.       Kurangnya tenaga pengajar yang sesuai dengan bidangnya karena terjadi lonjakan penerimaan siswa baru.
b.      Siswa yang belum cukup umur untuk masuk sekolah ataupun siswa yang IQ-nya kurang, maka terdapat sebuah kesulitan dalam pembelajarannterutama untuk mengikuti mata pelajaran agama yang banyak macamnya.
c.       Walaupun adanya dana BOS, tetapi didalamnya masih saja terdapat kekurangan dibidang fasilitas untuk pembelajarannya, seperti buku pegangan guru dan siswa, alat peraga dan bahkan mushola belum ada lain sebagainya.
d.      Siswa yang bergaul dengan orang yang tidak sesuai umurnya karena lokasi sekolah yang berdekatan dengan SMP Muhammadiyah kaligondang, maka akan mengakibatkan tingkah lakunya itu menjadi semaunya sendiri dan cenderung terjadinya sebuah kriminalitas dari siswa tersebut.
2.         Problematika pendidikan Islam di TPQ Al Ikhsan (Non-Formal)
a.       Dana yang sangatlah minim, sehingga fasilitas yang digunakan menjadi kurang memadai.
b.      Adanya teknologi elektronik menyebabkan santri terlambat atau agak susah untuk berangkat mengaji.
c.       Belum adanya kurikulum yang menjadi landasan program pengajaran serta adanya lembaga perlindungan.
d.      Kurangnya perhatian orang tua terhadap absensi santri
BAB IV
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi problematika pendidikan islam yang ada di MI Muhammadiyah Kaligondang dapat dilihat dari proses pembelajaran adanya muatan materi yang sulit diajarkan melalui metode-metode baru, yang di sesuaikan dengan kemampuan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai.
Permasalahan dari segi pendidik atau tenaga pengajar pihak terkait bisa memberikan kesempatan untuk belajar kembali, baik itu melalui work shop lemaga formal maupun dari teman seprofesi dan meminta bantuan tenaga pengajar ke dinas terkait. Permasalahan lainnya seperti fasilitas yang belum memadai, faktor peserta didik, serta faktor lingkungan baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga,
Untuk lembaga nonformal problem yang dihadapi hampir sama dari faktor lingkungan, faaktor keluarga dan fasitas. Serta belum adanya lembaga formal yang menjedi wadah maupun naungan bagi TPQ-TPQ yang ada.

B.     SARAN
Untuk meningkatkan mutu pendidikan islam, perlu adanya pembinaan yang intens terhada para tenaga pengaja, selain itu perlu adanya pendekatan antara tenaga pengajar dengan peserta didik dan keluarga peserta didik karena keberhasilan peserta didik di pengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah lingkungan dan keluarga. Untuk fasilitas perlu di perhatikan agar pembelajara dapat berlangsung dengan nyaman.


Lampiran







DAFTAR PUSTAKA


Herdiansyah, Haris. 2014. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Rohmad. 2015. Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian. Purwokerto : STAIN Press.
Soehadha, Moh. 2012. Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama. Yogyakarta : SUKA-Press.
Syukir. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islami. Surabaya : Al-Ikhlas.



[1]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 131.
[2]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 132.
[3]Rohmad, Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian, (Purwokerto : STAIN Press, 2015), hlm. 121.
[4]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 118.
[5]Moh Soehadha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, (Yogyakarta : SUKA-Press,2012), hlm. 112.
[6]Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 180. 
[7]Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humanika, 2014), hlm. 143.
[8] Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islami, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), hal. 65.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar