PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM PADA LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
FORMAL DAN NON FORMAL
(Studi Kasus Di MI Muhammadiyah Pengadegan dan TPQ Al- Furqan
Pengadegan)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Kapita Selekta
Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu: Rahman Afandi, S.Ag, M.S.I
Disusun Oleh:
Nofita Tristanti 142330520
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik
agar lebih dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada.[1]
Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat
dipisahkan. Suatu pendidikan tidak akan lepas dari berbagai unsur, yang salah
satunya ialah pendidik.
Pendidik
dalam pendidikan islam pada hakikatnya adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi
dan kecenderungan yang ada pada peserta didik, baik yang mencangkup ranah
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Dan sebagai negara yang berpenduduk
mayoritas muslim, pendidikan islam baik pendidikan formal dan non formal mempunyai peranan yang signifikan terhadap pengembangan
sumber daya manusia dan pembangunan karakter yang islami. Sehingga masyarakat
yang tercipta merupakan cerminan dari masyarakat islami. Namun dalam
pelaksanaannya, sebuah pendidikan formal
maupun non formal memiliki problematika-problematika tersendiri yang harus
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis akan membahas tentang problematika yang
berada di dalam pendidikan formal dan non formal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana waktu dan tempat
pelaksanaan observasi?
2. Bagaimana gambaran umum tentang
lembaga pendidikan formal (MI Muhammadiyah Pengadegan) dan pendidikan non
formal (Tpq Al-Furqon)?
3. Apa saja problematika
pendidikan islam yang berada dalam lembaga pendidikan formal dan non formal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui waktu dan
tempat pelaksanaan observasi.
2. Untuk mengetahui gambaran umum
tentang lembaga pendidikan formal (MI Muhammadiyah Pengadegan) dan pendidikan
non formal (Tpq Al- Furqon).
3. Untuk mengetahui problematika
pendidikan islam yang berada dalam lembaga
pendidikan formal dan non formal.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Observasi
1. Lembaga Pendidikan Formal (Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Pengadegan)
Tempat :MI Muhammadiyah Pengadegan, Kec.Pengadegan,
Kab. Purbalingga.
Waktu Kegiatan : Sabtu, 29
April 2017
2.
Lembaga Pendidikan Non Formal (TPQ Al-Furqon)
Tempat : Tpq Al-Furqon,
Kec.Pengadegan,Kab.Purbalingga
Waktu Kegiatan : Selasa,
18 April 2017
B. Gambaran Umum Tentang Lembaga
Pendidikan Formal (MI Muhammadiyah Pengadegan) Dan Pendidikan Non Formal (Tpq
Al- Furqon).
1. Lembaga Pendidikan Formal (MI
Muhammadiyah Pengadegan)
a. Identitas sekolah
1)
Nama Sekolah : Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Pengadegan
2)
Tahun Berdiri : 1
Januari 1961
3)
Tahun Beroperasi : 1961
4)
Nomor Statistik Sekolah :
111233030159
5)
SK Terakhir Sekolah : Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/
Madrasah (BAN-S/M)
6)
Status Sekolah : Swasta
7)
Akreditasi :
A
8)
Luas Tanah :
1.450
9)
Kepemilikan Tanah : Wakaf
10)
Status Bangunan : Milik sendiri
b.
Alamat
Sekolah
1)
Provinsi : Jawa
Tengah
2)
Kabupaten/Kota : Purbalingga
3)
Kecamatan : Pengadegan
4)
Desa : Pengadegan
5)
Jalan : Jalan
Raya Pengadegan
6)
Telepon : -
7)
Website/Email : mim.pengadegan@gmail.com
8)
Kode Pos : 53393
c. Identitas Kepala Sekolah
1)
Nama :
Imawati Latifah, S.Pd.I
2)
NIP :
197006291994032001
3)
Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 29 Juni 1970
4)
Pendidikan Terakhir : S
1
5)
Fakultas/Jurusan :
Tarbiyah/PAI
6)
Pangkat/Gol :
Penata Muda Tk. 1/III b
7)
Nomor/Tanggal SK :
Kw.11.1/2/KP.07.1/5597/2010
8)
Alamat Rumah :
Desa Pengadegan Rt.05 Rw. 03,
Kec. Pengadegan Kab. Purbalingga
9)
No. Telp/Ponsel :
081327444973
d. Keadaan Siswa
Keadaan
siswa tiga tahun terakhir di MIM Pengadegan Tahun Pelajaran 2011 - 2016
No
|
Tahun Pelajaran
|
L
|
P
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
2011/2012
2012/2013
2013/2014
2014/2015
2015/2016
|
111
97
111
119
126
|
103
109
110
120
125
|
214
206
221
240
251
|
Kelas I
s/d VI
|
e. Jumlah Kelas Paralel
1) Kelas I : 2 Paralel
2) Kelas II : 2 Paralel
3) Kelas III : 2 Paralel
4) Kelas IV : 2 Paralel
5) Kelas V : 2 Paralel
6) Kelas VI : 1 Paralel
f. Keadaan Guru
1)
Jumlah Guru Keseluruhan : 13 orang
2)
Guru Tetap :
5 orang
3)
Guru Tetap Yayasan : 8 orang
g. Data Bangunan Lain
1)
Ruang Kantor : 1 buah
2)
MCK Guru :
1 buah
3)
MCK Siswa : 3 buah
4)
Perpustakaan : 1 buah
h. Sumber Air Bersih : Sumur Gali
i.
Susunan Pengurus Yayasan
1)
Ketua :PARWOTO
2)
Wakil
Ketua :YUL
HAJIONO
3)
Sekretaris
I :ACHMAD
KUSAIRI
4)
Sekretaris
II :ARIF
JUMANTORO
5)
Bendahara
I :Drs.
SUMITRO
6)
Bendahara
II :KUNTORO
7)
Anggota :MISRAN
8)
Anggota :PUJO
ASMORO
9)
Anggota :YUNDI
HARYONO
j.
Susunan Pengurus Komite
Susunan Pengurus Komite MI
Muhammadiyah Pengadegan
NO
|
NAMA
|
JABATAN
|
KETERANGAN
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
12.
13
14
15
|
Misran
Dj. Aseg
Widuri
Rian Dwi
Cahyono, S.Pd.I
Hartini
Sumitro,
SE
Istiroah
Pujo
Asmoro, S.Pd
Yulhajiono
Juliono
Mudzakir,
S.Pd
Tugiyo,
S.Pd
Untung
Adiyono, S.Pd.I
Yundi
Haryono
Paryono,
S.Pd.I
Amin
Sujari
|
Ketua I
Ketua II
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara I
Bendahara II
Kesiswaan
Kebijakan dan Program
Penggalian Dana
Penigkatan Motivasi Akademik
Akademik
Pemberdayaan Masyarakat
Dunia Usaha
Sarana Prasarana
Humas
|
Wali Murid
Tokoh
Masyarakat
Guru
Wali Murid
Wali Murid
Guru
Tokoh
Pendidikan
Tokoh
Masyaraakat
Wali Murid
Tokoh
Pendidikan
Wali Murid
Guru
Wk. Dunia
Usaha
Guru
Wali Murid
|
k. Visi misi MI Muhammadiyah
Pengadegan
Visi
“Pendidikan kader umat yang benar dan pintar”
Misi
-
Menanamkan dasar aqidah yang islamiyah dan murni
-
Membentuk pribadi yang berakhlakul karimah
-
Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
-
Mempersiapkan generasi penerus bangsa yang
berkualitas
l.
Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler yang berada di
MI Muhammadiyah Pengadegan ada ekstrakurikuler pramuka, tapak suci dan lainnya.
Namun untuk ekstrakurikuler yang diadakan rutin setiap minggu ialah tapak suci.
Selain itu untuk ekstrakurikuler lain
seperti MTQ dan lain lain, biasanya diadakan ketika akan diadakan
lomba-lomba atau event tertentu. Jadi semisal akan ada lomba pidato, MTQ, dan
seterusnya maka dari pihak sekolah akan mendampingi dan memberikan pelatihan
dan pengajaran kepada anak-anak.
m. Prestasi
Untuk prestasi di MI
Muhammadiyah Pengadegan ini cukup banyak memperoleh prestasi dari tahun
ketahun, hal ini bisa dilihat dari banyaknya piala yang berada di ruang guru.
Seperti halnya kejuaran di tahun ini yaitu:
-
Juara 2 kaligrafi Putra tingkat Kabupaten
(Muhammadiyah)
-
Juara 1 Matematika tingkat Kecamatan
-
Harapan 1 Paduan Suara tingkat Kabupaten
-
Harapan 2 Matematika tingkat Kabupaten
(Muhammadiyah)
-
Juara 1 Matematika LSM tingkat Kecamatan (MI Kemenag)
-
Juara 3 Pidato bahasa Indonesia kecamatan
Pengadegan
-
Juara 3 Putra Putri MTQ kecamatan Pengadegan
Kejuaraan-kejuaaran
tersebut merupakan data dari prestasi yang pernah diraih oleh MI Muhammadiyah
Pengadegan, namun sebenarnya masih banyak kejuaraan ataupun prestasi lainnya
yang belum peneliti tulis.
2. Lembaga Pendidikan Non Formal
(Tpq Al- Furqon)
a. Identitas Tpq
1) Lokasi Tpq Al- Furqon
Lokasi Tpq Al- Furqon ini
berada di Desa Karang Moncol, Dusun Bandingan, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten
Purbalingga. Proses kegiatan belajar mengaji dilakukan di Masjid yang bernama
MAsjid Al- Furqon. Oleh karena itu dalam proses pendidikannya dinamakan sebagai
Tpq Al- Furqon. Tpq ini letaknya cukup strategis, yaitu berada diperempatan dan
letaknya berada ditengah, sehingga anak yang rumahnya dari arah sebelah timur,
barat, utara dan selatan tidak terlalu jauh untuk menjangkau ke tpq tersebut.
2) Pengajar di Tpq Al- Furqon
Di Tpq Al- Furqon, pengajar di
Tpq ini berjumlah tiga orang. Yang mana kedua pengajar ini adalah pengajar yang
sudah lama mengajar dan sudah berpuluh-puluh tahun yaitu Bapak Amin Sarif dan
Ibu Asmiah , beliau adalah sepasang suami istri yang sudah mengajar sejak dulu
dan sampai sekarang beliau masih mengajar di Tpq Al- Furqon. Dan untuk pengajar
yang satunya lagi ialah pengajar baru yaitu Ibu Eni.
b. Visi misi
Visi misi di Tpq ini belum ada
secara tertulis, hal ini dikarenakan karena tpq ini belum adanya pengelolaan
yang baik. Dan untuk kegiatan belajar
mengaji diadakan berada di dalam masjid. Tpq ini belum ada visi dan misi secara
tertulis, namun dalam sebuah lembaga pendidikan islam tentunya memiliki sebuah
visi misi untuk menyiapkan generasi muslim yang beriman, berakhlak mulia, dan
berjiwa qurani serta berpengetahuan luas.
C. Problematika Pendidikan Islam
1. Lembaga pendidikan Formal (MI
Muhammadiyah Pengadegan)
Dalam wawancara yang penulis
lakukan di MI Muhammadiyah Pengadegan, yaitu hari Sabtu, 29 April 2017 dengan
Ibu Imawati Latifah selaku kepala Sekolah di MI tersebut, bahwa problematika
pendidikan islam yang berada di MI tersebut ialah:
a. Akhlakul Karimah Peserta Didik
Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan
orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang
masih perlu dikembangkan. Di sini peserta didik merupakan makhluk Allah yang
memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik
bentuk, ukuraan, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya.[2]
Adapaula penyebutan peserta didik dengan sebutan anak
didik. Dalam perspektif filsafat pendidikan islam, hakikat anak didik terdiri
dari beberapa macam:
1) Anak didik adalah darah daging sendiri. Orang tua adalah
pendidik bagi anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya dalam
keluarga.
2) Anak didik adalah semua anak
yang berada di ba2ah bimbingan pendidik di lembaga formal maupun non formal.
3) Anak didik secara khusus adalah
orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang menerima
bimbingan, pengarahan, nasehat, pembelajaran dan berbagai hal yang yang
berkaitan dengan proses kependidikan.[3]
Dalam wawancara yang penulis
lakukan dengan kepala sekolah MIM pengadegan yaitu Ibu Imawati Latifah, bahwa
salah satu masalah dalam pendidikan islam adalah akhlak siswa. akhlak merupakan
suatu gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatannya dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Dan dalam hal ini akhlak merupakan sebuah problematika dimana
siswa sulit di nasehati dan diberi arahan, serta menerapkan.
Akhlak siswa terbentuk tidak hanya dari peran
sebuah pendidikan formal namun dari keluarga , lingkungan, merupakan hal yang
sangat berpengaruh terhadapa akhlak siswa. Apalagi dengan berkembangnya arus
globalisasi dan teknologi yang semakin canggih tentu saja hal ini menyebabkan
adanya pergeseran budaya, etika dan sebagainya. Ketika zaman dahulu, seorang
anak ketika dinasehati oleh seorang guru anak pasti akan menurut dan cenderung
tidak akan melawan, ketika zaman dahulu anak sangat patuh dan hormat terhadap
seorang guru. Bahkan ketika hendak mengaji ke masjid hal ini menjadi sebuah
kebahagiaan tersendiri bagi anak ketika.
Namun melihat arus globalisasi sekarang, dan
teknologi yang semakin canggih terutama gadget anak-anak cenderung sulit untuk
menerapkan ajaran yang telah diberikan oleh guru, meskipun setiap hari ada
pembiasaan hafalan, solat duha, solat jamaah, berjabat tangan dengan guru dan
sebagainya. Selain itu minat siswa tehadapa hafalan juga semakin berkurang.
Begitupun akhlak antar sesama teman, masih saja ada anak-anak yang berlarian, mengejek
temannya, dan sebagainya.
Dalam paradigma jawa, pendidik
diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu dan dititu”.
Dikatakan “digugu” (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang
memadai, yang karenanya ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam
meihat kehidupan ini. Dikatakan “ditiru” (diikuti)
karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak
tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didikknya.
Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu (knowledge) tetapi juga ia mampu
menginternalisasikan ilmunya pada peserta didikknya.[4]
Guru merupakan seorang pendidik
yang harus di hormati namun, di zaman sekarang rasa penghormatan terhadap guru sekakan
berkurang. Anak-anak yang di ajarkan dan diberi arahan untuk memiliki akhlak
yang baik sesama teman, guru, dan orangtua tidak diterapkan oleh siswa,
sehingga guru terkadang bingung dengan cara yang harus ditempuh agar anak mampu
mendengarkan dan menerapkan.
b. Sarana dan prasarana
Di MI Muhammadiyah
Pengadegan,jumlah peserta didik keseluruhan ada 247 siswa yang terbagi menjadi
VI kelas. Dan untuk kelas I sampai kelas V adalah kelas paralel yaitu kelas A
dan kelas B dengan rata-rata siswa setiap kelasnya kurang lebih 20 siswa.
Sedangkan untuk kelas yang tidak paralel hanya kelas VI. Karena banyak kelas
yang paralel maka ada satu kelas yang ruangnnya hampir bebarengan dengan ruang
guru. Dan untuk sarana LCD yang dimiliki
oleh MI Muhammadiyah untuk sekarang ini baru memiliki satu LCD.
2. Lembaga Pendidikan Non Formal
(Tpq Al- Furqon)
Dalam observasi yang penulis lakukan di TPQ Al- Furqan Pengadegan, pada tanggal 10 april 2017, problem-problem atau
masalah yang berada di Tpq tersebut ialah:
a. Kurangnya SDM
Pendidik dalam konteks islam ,
sering disebut dengan murabbi, mu’alim,
dan mu’adib, yang pada dasarnya mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan
konteks kalimat, walaupun dalam situasi
tertentu mempunyai kesamaan makna. Pendidik dalam pendidikan islam pada
hakikatnya adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi dan kecenderungan yang ada
pada peserta didik, baik yang mencangkup ranah afektif, kognitif, dan
psikomotorik.
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik,
yang memberikan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan mempernaiki akhlak yang
kurang baik. Dari beberapa pandangan
ulama, Al- Ghazali berasumsi bahwa pendidik merupakan pelita segala aman, orang
yang hidup semasa dengannya memperoleh pancaran cahaya (nur) keilmuan dan keilmiahannya. Dalam pandangan Al- Ghazali,
seorang pendidik mempunyai tugas yang utama yaitu menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. [5]
Di Tpq Al-Furqon, guru yang
mengajar ngaji ada tiga orang. Dimana ke dua guru ngaji tersebut adalah orang
yang sudah lama mengajar dan sudah berpuluh-puluh tahun di tpq tersebut yaitu
Bapak Amin Sarif dan Ibu Asmiah. Namun ada satu tambahan guru ngaji belum lama
ini yaitu Ibu Eni. Dari pengamatan yang saya lakukan, dalam proses mengaji di
tpq tersebut masih tetap seperti dulu ketika saya masih kecil dimana dalam
proses mengaji menggunakan cara bergantian, ketika anak sudah datang anak-anak berdoa bersama dan langsung mengaji ke gurunya dan gurunya
menyimak sembari memperhatikan jika ada kesalahan dan membetulkannya. Dan
ketika anak tersebut dianggap sudah (dalam mengajinya) maka bergantian dengan
anak yang lain. Dan anak yang sudah mengaji biasanya anak langsung bermain
dengan teman yang lain. Anak yang sudah mengaji biasanya bermain sekaligus
menunggu semuanya selesai dan adzan untuk solat berjamaah. Setelah adzan ashar
berkumandang dan setelah selesai melkukan solat berjamaah, anak-anak langsung
pulang kerumah masing-maisng. Hal ini merupakan suatu probelmatika dimana
kurangnya pemberian materi lain tentang keislaman dan sebagainya setelah anak
selesai mengaji semua.
Sebenarnya pengajar atau
pendidik mampu memberikan materi lain, atau lagu-lagu, atau hal-hal tentang
kajian keislaman yang menarik setelah mereka semua solat berjamaah. Jadi
pengajar bisa bercerita tentang kisah-kisah nabi, tata cara wudhu, solat, doa
sehari-hari dan sebagainya. Sehingga selain anak mendapatkan pengetahuan
tentang ilmu keislaman yang lain, anak juga menjadi senang dan tertarik. Hal
ini juga mampu memberi penguatan tentang materi agama islam ke peserta didik
ketika di sekolah. Selain itu, guru juga
nantinya akan bisa mengevaluasi sejauh mana pengetahuan anak didiknya terhadap
keislaman. Hal ini juga dikarenakan karena kurangnya minat masyarakat atau
pemuda-pemudi yang memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman yang lebih untuk
menyalurkan ilmu mereka. Pendidik di Tpq tersebut yang notabennya pengajar
zaman dulu masih berpaku dengan metode terdahulu. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan
mengadakan sosialisasi dan motivasi akan pentingnya
Tpq kepada masyarakat sekitar. Selain itu, kurangnya SDM dapat dilakukan dengan meminta
para pemuda atau masyarakat yang memiliki kemampuan lebih dalam bidang keislaman
untuk saling berbagi ilmu maupun pengalaman untuk mengajar di Tpq tersebut.
b. Tidak adanya Kurikulum atau
Jadwal Mengaji
Dalam PP No. 19/2005, pasal 1,
yang dimaksud kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[6]
Kurikulum sebagai sebuah perangkat pendidikan terdiri atas empat unsur utama,
yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembeajaran, dan
evaluasi hasil belajar.
Dengan berkembangnya tujuan
pendidikan islam, materi pendidikan pun mengalami pekembangan. Setidaknya ada 4
bidang materi pendidikan islam yaitu pendidikan keberagamaan, pendidikan
akhlak, pendidikan kesehatan jasmani, serta pengetahuan yang berkaitan dengan
kemasyarakatan dan politik kenegaraan. Selain materi pendidikan, metodenya pun
mengalami perkembangan. Metode dialog mengedepan dalam pembelajaran materi
keagamaaan.[7]
Di Tpq Al-Furqon ini, sistem
mengaji atau proses mengajinya ialah dengan sisem bergantian dan tidak ada
jadawalnya, karena sistem ini masih berlanjut sejak zaman dahulu sampai
sekarang dimana anak yang mengaji langsung saja mengaji ke gurunya dan gurunya
hanya menyimak dan membetulkan. Dan ketika anak dianggap sudah mampu membaca di
halaman tersebut, maka anak lanjut ke halaman selanjutya. Dan biasanya setelah
semua anak selesai mengaji maka nantinya menunggu solat jamaah bersama. Jadi
tidak ada materi lain setelah mengaji.
Jadwal mengaji yang berada di Tpq Al-Furqon merupakan suatu kebiasaan
yang sejak dulu yang mana tidak ada jadwal setelah selesai mengaji seperti
bercerita tentang nabi dan lain-lain. Seperti yang sudah dijelaskan pada poin
atas bahwa pengajar di tpq ini ialah orang yang sudah mengajar berpuluh-puluh
tahun maka kurikulumnya pun tidak ada dan hanya meneruskan metode atau cara
yang sudah biasa diterapkan sejak dulu.
Kurikulum atau jadwal mengaji
menjadi hal penting untuk terciptanya ketepatan maupun kesesuaian dalam proses
pembelajaran. Karena ketika suatu lembaga pendidikan tidak ada kurikulum, maka
lembaga tersebut kurang berkembang. Tidak adanya kuikulum di Tpq ini, dapat
diatasi dengan kesiapan para pengajar untuk merumuskan visi, misi, tujuan
maupun hal lainnya. Karena kurikulum di Tpq biasanya dibuat oleh pengajar itu
sendiri yang mana disesuaikan dengan keadaan anak , masyarakat, lingkungan dan
sebagainya. Dengan adanya kurikulum maka tpq akan berkembang dan mampu untuk
melahirkan output-output yang berkualitas.
c.
Kurangnya
perhatian dari para orang tua mengenai
pendidikan islam
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang tertua dan
utama bagi anak. Secara sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup
bersama yang pertama dikenal oleh anak. Pendidikan keluarga dalam hal ini
berfungsi sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak, menjamin kehidupan
emosional anak, menenamkan dasar pendidikan moral pada diri anak, memberikan
dasar pendidikan sosial , serta meletakkan dasar-dasar pendidikan keagamaan
bagi anak.[8]
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu
kesatuan hidup bersama (sistem sosial, yakni: terdiri dari ayah, ibu, dan
anak). Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua
orang tua terhadap anaknya adalah memelihara dan membesarkannya, melindungi,
dan menjamin kesehatannya (jasmani dan rohani), mendidik dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak,
membahagiakannya dunia dan akhirat (sebagai tujuan akhir hidup muslim) dengan
memberikanya pendidikan sesuai dengan ketentuan Allah SWT.[9]
Dari hasil observasi yang saya lakukan, orang tua kurang memperhatikan pendidikan agama untuk anak-anaknya. Hanya sedikit orang tua yang
masih mengajarkan pentingnya pendidikan agama kepada anak-anak mereka. Para orang tua biasanya memasukkan
anaknya ke Tpq untuk belajar
mengaji ketika masih kecil. Orang
tua menganggap ketika anaknya dimasukkan kedalam tpq, maka anaknya nantinya dengan berjalannya waktu akan mampu membaca iqra
dan al-qur’an. Dan setelah anak
mereka khatam
Al-qur’an lalu kemudian beranjak remaja, orang tua menganggap proses belajar di
Tpq sudah sesesai. Dan dianggap bahwa kemampuan membaca Al- Qur’annya
dianggap baik. Selain itu ketika orang tua memasukan anaknya kesebuah lembaga Tpq, orang tua terkadang tidak mengajarkan kembali
di rumah, dan menganggap pembelajaran di tpq sudah cukup.
Kurangnya perhatian dan kesadaran dari para orang tua dapat
diatasi dengan adanya sosialisasi bahwa pentingnya pendidikan agama diberikan
kepada anak bukan hanya dalam pendidikan di Tpq atau Sekolah, namun pendidikan
agama akan lebih baik jika ditanamkan oleh orang tua sendiri (keluarga).
Dan anak-anak tidak hanya disiapkan
melalui kemampuan otak atau IQ saja tetapi juga harus disiapkan kemampuan
spiritualnya, agar anak-anak tersebut dapat menjadi manusia-manusia seutuhnya
di masa depan kelak dan mempunyai dasar yang kuat.
d. Kurangnya sarana dan prasarana
yang mendukung
Kurangnya ketersediaan sarana
dan prasarana dimana di tpq tersebut kurang adanya bahan bacaan atau
cerita-cerita islami yang membuat anak tertarik dan lebih memahami tentang
islam. Apabila sarana prasarana maupun fasilitas untuk menunjang proses belajar
mengajar atau mengaji terpenuhi dan banyak, maka kegiatan anak yang biasanya
selesai mengaji bermain sendiri dapat menjadi teralihkan dengan adanya
bahan-bahan bacaan yang menarik.
e. Kurangnya pengertian masyarakat
terhadap pembayaran
Dalam proses mengajar di
TPQ guru yang mengajar sama sekali tidak meminta balas jasa. Namun untuk
pembiayaan lain, orang tua hanya dimintai biaya 6 ribu sebagai biaya SPP. Namun
dengan uang 6 ribu satu bulan sekali, terkadang ada orang tua yang bermasalah. Kurangnya kesadaran dan pengertian akan sebuah lembaga
pendidikan non formal sangat kurang. Ketika biaya SPP per bulannya 10 – 15
ribu, maka pendidik atau pengajar bisa lebih mengkeasikan pembelajaran dan
mampu menghadirkan fasilitas-fasilitas untuk menunjang wawasan keislaman anak-anak.
Karena sebuah lembaga pendidikan juga berkembang ketika masyarakat ikut
berperan dalam proses mengembangkan sebuah pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik
agar lebih dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Dan Peran pendidikan sangat
penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan. Suatu pendidikan
tidak akan lepas dari berbagai unsur, yang salah satunya ialah pendidik. Semua
unsur akan saling mempengaruhi satu sama lain demi terciptanya sebuh pendidikan
yang baik. Dalam pendidikan terdapat berbagai macam pendidikan baik formal, non
formal, maupun in formal. Berekembangnya arus globalisasi dan kemajuan
teknologi menimbulkan berbagai macam problematika dalam segala aspek bidang
kehidupan, dan salh satunya ialah bidang pendidikan. Dan problematika ini
menjadi salah satu hal yang harus diselesaikan oleh sebuah lembaga pendidikan
dengan campur tangan oleh pihak orang tua, lingkungan maupun masyarakat.
B. Saran
1. Lembaga Pendidikan Formal
Sebagai pendidik jangan pernah
lelah dan letih untuk mengajar, membina, membimbing, dan mengarahkan anak agar
memiliki akhlakul karimah dan
pengetahuan yang baik. Karena peserta didik merupakan aset bangsa agar terciptanya
sebuah negara yang maju dan berkualitas.
2. Lembaga Pendidikan Non Formal
Masyarakat harus lebih menyadari akan pentingnya
lembaga pendidikan non formal yaitu Tpq, dan lebih saling bergotong-royong
bekerja sama antara pengajar dan masyarakat umum agar terwujudnya lembaga pendidikan non formal
lebih berkualitas, unggul dan berprestasi serta mampu mencetak output yang
memiliki daya saing tinggi baik di dalam maupun di luar lembaga.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Melton Putra.
Basri, Hasan. 2009. Filsafat
Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Muhammad
Muntahibun Nafis, Muhammad . 2011. Ilmu
Pendidikan ISLAM. Yogyakarta: Teras.
Sutrisno
dan Muhyid Albarobis. 2012. Pendidikan
Islam Berbasis Problem Sosial. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat
Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta:
Ciputat Pers.
Nurul
Yaqin, Zubad. 2009. Al- Qur’an sebagai media pembelajaran. Malang: UIN Malang Press.
Lampiran
:
Profil MIM Pengadegan Struktur Organisasi
MIM Pengadegan
Visi Misi MIM Pengadegan
Proses Wawancara dengan Kepala
Sekolah
Prestasi
yang diraih oleh MIM Pengadegan
Gambar
MIM pengadegan
[1] Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan,
(Jakarta : Melton Putra, 1991), Hal. 71
[2] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan
Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), hlm. 47.
[4] Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan ISLAM, (Yogyakarta:
Teras, 2011), hlm 90.
[5] Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan ISLAM, (Yogyakarta:
Teras, 2011), hlm 88.
[6] Sutrisno dan Muhyid Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2012), hlm 61.
[7] Sutrisno dan Muhyid Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem....,
hlm 90-91.
[8] Zubad Nurul Yaqin, Al- Qur’an sebagai media pembelajaran, (Malang:
UIN Malang Press, 2009), hlm21-22.
[9] Zubad Nurul Yaqin, Al- Qur’an sebagai media pembelajaran...,
hlm27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar